"Ehem... udah baikan nih?" tegur Iran begitu aku dan Kak Ian berjalan menghampirinya.
Kak Ian tersenyum mengangguk, sementara aku hanya bergumam, "Ya gitu deh."
"Ih.. masih jutek aja lo, Va." Iran mencolek pipiku.
"Ha? Siapa yang jutek..." aku menjulurkan lidah. Kak Ian menggeleng-geleng.
"Kalian pulang naik apa?"
"Angkot Kak..."
"Ya udah aku anter kalian berdua ya, kebetulan aku bawa mobil."
"Wawww....." Iran berdecak kagum.
"Kenapa lo?" aku heran melihat tingkah Iran.
"Hehehe, kagum aja Va, masih SMA udah bawa mobil. Kita aja masih numpang angkot hahaha...."
"Ckck, ada-ada aja kamu, Ran. Lagian mobil papaku kok, aku minjem soalnya motorku lagi masuk bengkel," jelas Kak Ian.
Aku dan Iran manggut-manggut."Udah yuk buruan udah sore...." Kak Ian mengajak kami ke parkiran.
Baru saja aku akan membuka pintu mobil bagian tengah, Iran mendahuluiku. Ia malah menahan agar pintu itu tidak terbuka.
"Eittt... mau ke mana lo? Duduk di depan aja sana, Va!" Iran menyengir lebar dan memberi kode dengan matanya yang berkedip-kedip entah berapa kali.
Aku mengerutkan dahi. "Emang kenapa gue mesti di depan?"
"Udaaaaah... sana ke depan! Tega lo bikin Kak Ian jadi supir?"
"Ih dasar curang!" bisikku mendengus sejenak mengetahui akal-akalan Iran. Sengaja banget dia menyuruhku duduk di depan, bersebelahan dengan Kak Ian.
"Gue turun duluan kali Va, makanya lo aja di depan biar gak usah pindah-pindah lagi hehehhee...." Iran emang sejuta alasannya.
Aku ingat kami kan hanya nebeng, nggak enak berdebat lama-lama sementara yang punya mobil udah pengen pulang.
"Udah Va, duduk depan aja...." ujar Kak Ian tersenyum.
Aku menoleh sejenak ke arah Iran yang tersenyum meledek. Huh, awas aja! Kalo nanti Kak Imran juga bawa mobil, nggak bakalan kubiarkan Iran duduk di depan. Biar tau rasa. Aku akhirnya mengalah. Dua lawan satu.
Mobil perlahan melaju meninggalkan area sekolah. Kak Ian memutar mp3 agar suasana tidak terlalu hening.
Andai ku malaikat
Kupotong sayapku dan rasakan perih di dunia bersamamu
Perang kan berakhir
Cinta kan abadi
Di tanah anarki romansa terjadi.."Oh ya Iran tinggal di mana?" tanya Kak Ian.
"Aku dekat kompleks perumahan Graha Jaya Kak... deket kok.." jawab Iran.
"Oh... di situ.. okey!" Kak Ian terus melajukan mobilnya sambil sesekali mengikuti lagu yang mengalun di mp3.
"Kok Riva gak ditanyain Kak?" tanya Iran kemudian.
"Udah tau kali," jawabku cepat.
"Oh iyaaaaaa hihihi udah tau kan ya Va???" Sial, Iran menggodaku lagi. Ih, ekspresinya berlebihan banget.
Aku berbalik ke belakang dan menoyor kepalanya pelan. Biar kapok.
"Ih sadis banget sih Va, langsung sewot gitu," Iran mengelus kepalanya.
"Hahaha sori Ran, bukan gue yang ngelakuin itu, tapi tangan gue," aku menjulurkan lidah sejenak ke arah Iran.
"Tangan lo kan punya lo juga, berarti sama aja itu elo...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
Teen FictionAku ingin menunjukkan padamu, bahwa dalam setiap kisah cinta, tak selalu berakhir seperti yang diharapkan. Karena aku, satu di antara yang tak beruntung itu. #1 in ekskul (16/06/2019) #6 in watty2019 (22/07/2019) #21 in fiction (25/07/2019)