9

1.5K 44 0
                                    

"Aduh gue udah gak sabar hari Rabu!" seruku memainkan pulpen di tanganku seperti gerakan pemain drum yang memainkan stik drumnya.

"Yee sabar dong neng, kan udah besok tuh.."

"Kalian serius daftar PMR?" tanya Lita.

"Iya dong."

"Kok lo gak daftar, Lit?" tanyaku.

"Gue kan masuk Paskib hehehe.."

"Oh iya ya, keren juga lo."

"Mau masuk juga gak? Masih dibutuhkan 5 orang lagi soalnya."

"Ah gak deh. Ntar gue jadi gosong hihihi...." Iran menjawab asal.

Lita mencibir. "Takut gosong soalnya nanti Kak Imran gak suka sama lo ya?"

"Eh? Kok lo tau sih?" Iran memprotes.

"Hahaha iyalah, lo kan berisik banget kalo upacara. Kak Imran lah, Kak Andra lah..."

Aduh, aku segera menutup mulut Lita. "Diam dong.. kan gue bisa ketahuan!"

"Iya, gue juga.." ujar Iran setuju denganku.

Lita menyimbolkan peace, agar aku segera melepas tanganku dari mulutnya.

"Aduh gila, gue hampir gak bernafas tau!"

"Lagian sih lo berisik amat!" seru Iran.

"Tapi kan lo duluan yang berisik."

"Tapi lo gak usah tambah berisik kali, kan bisa?"

"Heh.. apaan sih jadi ribut gini. Diam ah!" sahutku jengkel.

Kan nggak lucu kalo berantem gara-gara bahas cowok. Lita dan Iran nyengir aja berdua.

*

"Ada novel gak Kak?" tanya Iran pada Kak Fera, salah satu staf perpustakaan sekolah.

"Gak ada!"

"Komik? Atau majalah?"

"Gak ada! Di sini cuman buku pelajaran. Kalo mau novel dan komik ya ke gramedia aja."

Iran manyun lalu segera berterima kasih meskipun dengan tampang nggak ikhlas, lalu mengajakku keluar.

"Ih sumpah deh, galak banget. Judes lagi!" gerutunya.

"Biar kita gak macam-macam kali," jawabku malas.

Dari tampang aja udah malas rasanya liat, apalagi kalo ngomong. Bisa makan hati, dijudesin kayak si Iran tadi. Ih... kok bisa ya, ada staf perpus sejudes tadi?

"Mendingan gue aja jadi staf perpusnya. Lumayan kalo Kak Imran datang kan gue bisa layani dengan baik. Pokoknya gue bakal senyum terus.." ujar Iran bersemangat.

"Ya udah, sekarang lo ganti baju, gak usah sekolah, jaga perpus aja sana.."

"Hahaha tapi dipikir-pikir, gue juga ogah. Mendingan sekolah, bisa upacara sambil liatin Kak Imran. Hihihi...."

"Huuuu modus emang lo ya!"

"Ssstt...." tampang Iran berubah total dari ketawa riang menjadi kalem. Ya elah, cek per cek, ada Kak Imran rupanya. Cowok manis itu sedang terlibat pembicaraan dengan Kak Tama.

"Ya ampun manisnyaaaa.." bisik Iran, dengan mata diam-diam melirik Kak Imran.

"Kak Imran apa Kak Tama????"

"Ih Kak Imran dong. Kak Tama bukan manis, tapi ganteng! Beda."

"Bagus kan kalo ganteng..."

"Manis lebih bagus tau. Lebih betah diliat lama-lama hehehe..."

***

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang