Perasaan ini...
Hujan sudah berhenti, Rio dan Ify duduk di rerumputan sambil memandang ke arah depan. Baju mereka sangat basah sekali apalagi ditambah dengan udara yang sangat dingin, namun entah mengapa mereka berdua seperti tidak merasakan dingin.
Rio menolehkan kepalanya kearah Ify yang saat ini kembali memasang wajah datar nya. Rio menghela nafasnya melihat wajah Ify itu.
"Fy "panggil Rio yang membuat ify menolehkan kepalanya.
"Kenapa ?"tanya Ify dingin.
"Pulang yuk, bentar lagi sore nih disini udara nya udah dingin banget lagi. Yuk nanti lo sakit "ucap Rio. Ify menghela nafas nya pelan lalu menganggukan kepalanya.
"Ya udah cepetan "ucap Ify lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Rio yang saat ini hanya bisa menghela nafas nya sambil mengelus dada nya.
"Padahal baru aja tadi dia berubah jadi sosok malaikat eh sekarang udah jadi ..."Rio tidak melanjutkan perkataan nya karena tiba tiba Ify kembali lagi dan langsung menatap nya tajam.
"Ngomong apa lo barusan ?"tanya Ify dengan tatapan tajam nya.
"Hah ? Ng..nggak.. gue nggak ngo..ngomong apa apa kok "ucap Rio gugup. Ify menggelengkan kepalanya tegas.
"Nggak tadi gue denger kalau lo bilang.."
Ucapan Ify terhenti karena tiba tiba tiba Rio menempelkan jari telunjuk nya di bibir nya.
"Apaan sih lo "ucap Ify kesal sambil melepaskan jari Rio yang menempel di bibirnya. Rio terkekeh.
"Abis nya lo bawel banget sih, yaudah yuk pulang "ucap Rio sambil menarik tangan Ify lalu membawa Ify menuju mobil nya.
Rio dan Ify sama sama masuk ke dalam mobil Rio. Ify mengusap tangannya yang terasa dingin.
"Nih pake, biar lo nggak kedinginan "ucap Rio sambil memberikan jaket nya yang memang ada di dalam mobil kepada Ify. Ify menatap ragu jaket Rio.
"Jangan di liatin doang, buruan pake "ucap Rio karena Ify hanya diam sambil menatap jaket nya.
"Kalau gue pake jaket lo, nanti lo pake apa ? Lo juga kedinginan kan ?"Rio tertawa kecil mendengar ucapan Ify.
"Lo khawatir ya sama gue "goda Rio sambil menaik-turunkan alis nya yang membuat Ify jadi gelagapan sendiri.
"Hah? Idih ngapain gue khawatir sama lo "ucap Ify sambil menolehkan wajahnya ke arah lain sedangkan Rio hanya tersenyum kecil melihat Ify.
"Tenang gue nggak apa apa kok, nih pake cepetan "Ify pun dengan perasaan yang masih ragu akhirnya mengambil jaket Rio lalu memakai nya. Rio pun langsung menjalankan mobilnya.
**********
Sedangkan di tempat yang berbeda lebih tepatnya di rumah Ify, terlihat Ray yang sedang menangis di kamarnya. Ray mengunci dirinya sendiri di kamarnya sedangkan di luar ibu nya yang khawatir kepada Ray terus terusan memanggil dan mengetuk pintu kamar Ray.
"Ray kamu kenapa,nak ? Buka pintu nya, bicara sama ibu "terdengar suara ibu nya namun Ray tetap pada posisinya.
"Maafin Ray kak "batin Ray. Ray masih sangat merasa bersalah saat mengingat kejadian yang telah terjadi tadi. Dimana dia membentak kakak nya bahkan melukai kakak nya. Ray juga tidak menyangka jika dia akan melakukan semua itu kepada kakak nya.
"Ibu tunggu kamu di ruang tamu ya nak, kalau kamu udah tenang kamu langsung temui ibu ya "Ray tidak menjawab ucapan ibu nya itu, dia masih terus menangis.
************
Sepanjang perjalanan Rio terus memperhatikan Ify yang saat ini sedang menundukkan kepalanya sambil tangannya memegang kepalanya, Rio jadi khawatir sendiri.
"Lo kenapa fy ?"tanya Rio khawatir, perlahan Ify mendongakan kepalanya dan menoleh kearah Rio. Rio terkejut melihat hidung Ify yang mengeluarkan darah, Rio pun langsung memberhentikan mobil nya secara mendadak.
"Ify lo mimisan "pekik Rio khawatir. Ify menyentuh bawah hidung nya dan langsung terkejut saat melihat tangannya yang sekarang sudah terkena darah nya. Rio tambah panik sendiri.
"Tisu yo "ucap Ify, Rio pun langsung mengambil tisu lalu memberikan kepada Ify. Ify mendongakan kepalanya namun langsung dicegah oleh Rio.
"Lo jangan dongak, ntar darah nya malah menggumpal di otak, nunduk aja keluarin darah nya "Ify menuruti ucapan Rio.
"Kita ke rumah sakit aja ya "Rio tambah cemas karena darah yang keluar dari hidung Ify sangat banyak bahkan wajah ify pun sekarang sudah menjadi pucat. Ify menggelengkan kepalanya pelan.
"Nggak gue mau pulang "tolak Ify.
"Nggak lo harus..."
"Gue mau pulang ibu pasti khawatir sama gue "ucap Ify lagi. Rio menghela nafas nya pelan lalu kembali menjalankan mobilnya menuju rumah Ify.
Selama perjalanan Rio membagi dua konsentrasi nya satu untuk menyetir dan satu nya lagi kepada Ify yang saat ini masih sibuk dengan darah yang keluar dari hidung nya. Rio mendumel dari hatinya merutuki ify yang sangat keras kepala sekali karena tidak mau dibawa ke rumah sakit.
"Dasar kepala batu,nggak peka banget sih lo. Gue kan khawatir sama lo, gue nggak mau lo kenapa-napa "batin Rio.
Rio menambah kecepatan mobil nya agar bisa cepat sampai di rumah Ify, dia sangat khawatir sekali dengan kondisi Ify saat ini.Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Hidup Ku
RomanceMembencinya ?.. Ya aku sangat membencinya. Merindukan nya ? ..Ya aku juga sangat merindukan nya. Aku membencinya namun aku juga merindukan nya bahkan sangat merindukan nya. Sempat terselip rasa iri kepada semua orang yang masih memiliki sosok pah...