Malaikat Hidup Ku part 12

1.6K 75 0
                                    

Khawatir.....

Rio membantu Ify turun dari mobil nya, untunglah darah yang keluar dari hidung Ify sudah berhenti tapi tetap saja Rio khawatir dengan keadaan Ify saat ini. Wajah Ify pun masih pucat.
"Lo pulang aja, gue nggak apa apa "ucap Ify. Rio menggelengkan kepalanya.
"Nggak apa-apa gimana, orang lo lemes gini apalagi wajah lo. Udah lo nurut aja susah amat "Ify tidak memperdulikan ucapan Rio, toh memang perkataan Rio benar. Tubuh nya benar benar lemah saat ini.
Tok..tok..
Rio mengetuk pintu rumah Ify dan tak butuh waktu lama, pintu pun dibuka oleh ibu Ify.
"Ify kamu kenapa ?"tanya Ibu khawatir saat melihat Ify.
"Bu sebaiknya Ify dibawa masuk dulu, kasian Ify "Ibu menganggukan kepalanya menyutujui ucapan Rio. Lalu ibu pun membantu Rio menuntun Ify kedalam rumah.
"Kamar Ify disana, kamu langsung bawa Ify ke kamar nya aja ya, nak Rio. Ibu mau bawa air panas sama kompresan dulu "Rio hanya menganggukan kepalanya saja lalu membawa Ify ke kamar Ify .
Rio membaringkan Ify di kasur milik Ify. Dia menyelimuti Ify dengan selimut.
"Gue udah nggak apa-apa, lo mendingan pulang sekarang "Rio menulikan telinga nya dan sibuk memeriksa Ify. Sedangkan Ify sendiri hanya dapat mendumel dalam hatinya menyumpahi Rio yang begitu keras kepala.
Rio menempelkan tangannya di kening Ify untuk memeriksa suhu badan Ify. Rio terkejut karena kening Ify sangat panas sekali.
"Lo demam, badan lo panas banget "ucap Rio panik. Rio keluar dari kamar Ify menuju dapur rumah Ify. Namun Rio sangat bodoh, tentu saja dia tidak tahu letak dapur rumah Ify. Tapi untunglah Ibu Ify akhirnya datang dengan membawa sebaskom kecil air hangat juga handuk kecil untuk mengompres Ify.
"Nak Rio,bagaimana keadaan Ify? Kenapa dia bisa jadi seperti ini ?"tanya Ibu Rio khawatir. Rio menerima baskom dan handuk yang ibu Ify sodorkan kepadanya.
"Ify hanya demam, bu. Ibu jangan khawatir ya "Rio mencoba untuk menenangkan ibu Ify walaupun sebenarnya dia juga sangat khawatir dengan kondisi Ify.
"Biar Rio aja yang ngompres Ify, bu. Ibu bisa tolong buat teh hangat sama bubur buat Ify ?"tanya Rio. Ibu menganggukan kepalanya lalu meninggalkan Rio menuju dapur. Rio menghela nafas nya lalu berjalan menuju kamar Ify.
*I.F.Y.*
Ify merasakan kepalanya sangat pusing dan sedikit sakit namun Ify mencoba untuk mengacuhkan rasa sakit nya itu.
Ify memegang dahi nya dan terkejut dengan suhu nya sendiri. Ify sedikit kebingungan, soalnya baru sekarang dia seperti ini. Ify memejamkan matanya saat rasa pusing itu kembali ia rasakan.
CLEK...
Ify kembali membuka matanya saat pintu kamarnya terbuka. Ify dapat melihat Rio datang dengan membawa baskom kecil juga handuk kecil. Ify menyeritkan kening nya menatap Rio.
"Lo belum pulang juga ?"ucap Ify saat Rio duduk disamping ranjang nya.
"Lo ngebet banget ya ngusir gue "kesal Rio yang membuat Ify terkekeh.
"Banget, bosen gue liat wajah lo "ucap Ify yang membuat Rio menatapnya sebal.
"Udah ah lo jangan ngomong terus, ntar lama lama lo jadi burung beo lagi "ucapan Rio itu membuat ify langsung menatap nya tajam.
"Sialan lo *maaf kasar ya * "Rio tidak memperdulikan Ify yang terus berbicara, dia mencelupkan handuk ke baskom yang berisi air hangat lalu memeras nya. Saat hendak menempelkan handuk itu di dahi Ify, tiba tiba saja Ify bangkit dan berlari menuju kamar mandi.
"Ueek..ueek.."
Rio langsung berlari menyusul Ify saat mendengar suara Ify yang sepertinya sedang muntah.
"Lo nggak apa-apa kan,fy ?"tanya Rio khawatir. Ify tidak menjawabnya karena dia masih sibuk mengeluarkan isi perut nya. Namun Ify tidak memuntahkan apapun, tapi perutnya sangat mual dan sedikit sakit.
Rio memijit pelan bagian belakang leher Ify untuk membantu Ify. Rio sangat khawatir sekali.
"Hah..hah.."nafas Ify terengah-engah saat perutnya sudah tidak terasa mual lagi namun masih terasa sakit. Dia menyalakan air untuk membersihkan muntahan nya dan mematikannya kembali.
"Kita kerumah sakit aja ya "mendengar ucapan Rio, Ify langsung membalikkan badan nya dan menatap Rio.
"Gue nggak apa apa, lo jangan berlebihan gitu juga kali. Risih tau nggak "ucap Ify sambil menatap Rio tajam. Rio juga menatap ify tak kalah tajam.
"Lo tuh nggak tau terima kasih banget ya, gue udah baik baik buat bantuin lo tapi lo malah kayak gini. Kalau tau gini nggak nyesel gue bantuin lo "ucap Rio yang membuat Ify terkejut. Seakan ada batu besar yang terlempar mengenai ulu hatinya saat mendengar ucapan Rio.
"Gue nggak minta bantuan lo,kan? Bukannya lo sendiri yang terus maksa buat ngebantuin dan sekarang lo malah nyesel sendiri kan ? "balas Ify. Rio semakin menatap Ify tajam.
"Gue cuma khawatir sama lo, apa lo nggak bisa peka sama itu. Gue cuma nggak mau lo kenapa-napa apa gue salah ? Apa gue salah kalau gue khawatir sama lo ? Gue tau kalau kita memang baru kenal, tapi apa salah kalau gue mau bantuin lo ? "Ify hanya dapat terdiam setelah mendengar ucapan Rio. Namun terlihat jelas jika air mata sudah memupuk di sudut matanya.
"Lo mau gue pergi kan ? Oke "setelah berucap seperti itu Rio langsung bergegas meninggalkan Ify yang masih terdiam. Rio memutuskan untuk pergi saja karena takut jika emosinya akan terus bertambah dan malah akan memarahi Ify lebih dari tadi. Sedangkan Ify sendiri hanya dapat terdiam namun beberapa saat kemudian air matanya dengan turun dengan bebas membasahi kedua pipi nya. Entah apa yang Ify rasakan saat ini. Tapi mengapa Ify sekarang menjadi lemah seperti ini ? Kenapa dia menjadi seorang Ify yang dulu ? Kenapa dia harus kembali seperti dulu ? Dan jawabannya tentu saja karena RIO. Rio yang berhasil membuat Ify menjadi seperti ini. Membuat Ify yang dingin menjadi Ify yang dulu. Wajah yang selalu terlihat datar namun kini selalu dihiasi oleh sebuah senyuman dan itu semua jelas karena Rio. Rio !Rio ! Dan Rio.
Ify menghapus air matanya kasar lalu berjalan keluar dan langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur nya. Ify menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut nya.
"Gue nggak butuh orang kayak dia, gue sama sekali nggak butuh "batin Ify yang bertolak belakang dengan hatinya. Perlahan air mata itu kembali turun namun kali ini Ify membiarkan saja air mata itu turun. Ify memang ingin menangis saat ini. Menangis untuk meluapkan segalanya. Tak ada yang bisa membuatnya menjadi seperti ini bahkan ibu dan adiknya pun tidak bisa membuatnya menjadi seperti dulu lagi. Tapi Rio ? Padahal dia dan Rio baru kenal namun Rio yang dapat merubah Ify menjadi Ify yang dulu. Menjadi ify yang ...ah sudahlah.

Aku ingin menjadi aku yang seperti dulu.
Aku yang selalu dicintai oleh orang lain...
Aku yang mempunyai keluarga utuh...
Aku yang selalu tersenyum dan bersikap ramah kepada setiap orang..
Aku yang selalu bersikap manja kepada ayah ku..
Aku yang selalu bercanda dengan ibu dan adik ku..
Dan aku ingin menjadi aku yang dulu karena aku yang dulu tidak seperti aku yang sekarang.
Namun apakah aku bisa ?

Bersambung....

*Hai maaf baru muncul ...gimana part ini ? Kasih comment dan saran atau kritik ya..vote juga hehehe..*

 Malaikat Hidup Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang