Setiap Keping Kenangan (8)

3.3K 440 50
                                    

Kyungsoo menunggu Mia dengan gelisah. Sejak ia menggodanya, dan gadis itu pingsan karena ia mengira bahwa Mia mengingat sesuatu, ia tak juga bangun.

“Tak apa, dia pasti sadar sebentar lagi,” ujar Mira melihat jam di pergelangan tangannya.

“Apa harus aku membawanya ke rumah sakit?” tanya Kyungsoo untuk kesekian kalinya memeriksa suhu tubuh istrinya.

“Menurutku, lebih baik jangan. Media bisa bertanya-tanya,” jelas Mira membuat Kyungsoo kembali berpikir keras. Ia hanya tak ingin terjadi sesuatu pada Mia.

“… engh …” tiba-tiba, Mia mengerutkan keningnya dan perlahan membuka mata.

“Mia?” panggil Kyungsoo lega sambil membantu Mia untuk duduk. “Kau ingat sesuatu, ya?”

“Aku ingat sesuatu, tapi, masih berbentuk kepingan. Seperti puzzle … yang meminta untuk disatukan,” jelas Mia memijat dahinya.

“Tak apa, jangan dipaksa,” ujar Mira sambil memberikan air minum pada sahabatnya itu. “Aku kaget Kyungsoo langsung menghubungiku, Mia lebih baik jangan diingat terlalu paksa.”

Mia hanya mengangguk saja dan mengabaikan ucapan kedua orang yang jelas mengkhawatirkannya itu.

Bukan itu yang penting sekarang. Lagipula, aku juga tak memaksa untuk mengingatkannya. Dan saat ini, jangan salahkan aku kalau … tumbuh banyak pertanyaan dalam pikiranku,’ batinnya.

Mia tersenyum lemas seakan memberi kode bahwa ia baik-baik saja.

Semisal … kenapa Kyungsoo menyebutkan Sojin dalam ingatanku.’
















***

Mia keluar dari kamarnya dan mendapati Kyungsoo yang baru saja pulang bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

“Ohh, kukira kau sudah tidur,” ujarnya lalu melepaskan jaket dan tasnya. Mia selaku istri tentu saja membantunya.

“Jangan terlalu lelah,” ujar Mia merapikan rambut Kyungsoo yang sedikit berantakan. Lelaki itu tersenyum lalu mencium kening Mia.

“Baiklah,” ujarnya lalu masuk ke dalam kamar bersama Mia.

“Kyungsoo, boleh aku mendapat ponsel baru?” tanya Mia mendudukkan dirinya di samping kiri Kyungsoo.

“Besok aku belikan,” ujarnya pelan.

“Tapi, boleh aku tahu di mana ponselku diservis? Aku butuh memorinya,” ujar Mia dan Kyungsoo kembali mengangguk.

“Besok aku kirim alamatnya.” Mia tersenyum saja sambil memperhatikan Kyungsoo yang sedaritadi terus bergelut dengan dasinya.

“Tumben sekali memakai pakaian formal,” ujar Mia sambil menarik pundak Kyungsoo agar bisa menghadapnya. Lalu membantunya melepaskan dasi itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MBA or Misunderstanding???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang