Acara pernikahan sudah selesai 2 jam yang lalu. Mia baru saja selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan piyama. Begitupun dengan Kyungsoo yang bahkan sudah segar.
Setelah dari gedung pernikahan, Mia dan Kyungsoo langsung saja pulang ke rumah baru yang sudah dibeli lelaki ini. Keadaan di rumah itu masih kosong. Karena keduanya memang belum membawa barang-barang mereka.
“Nah, sekarang kalian istirahat." Ibu Kyungsoo tampak bahagia. Dia sampai mengelus pundak Mia dan tersenyum terus.
“Iya, emm…” ucap Mia sambil menggigit bibir bawahnya.
“Eomma. Panggil aku eomma …” tuturnya gembira.
“Eomma …” Ia bertepuk tangan mendengarnya dan Mia memasang wajah bingung.
“Ah, ya. Kalian istirahat dulu. Ini sudah malam, kalian pasti lelah,” ucap ibu Mia dan pasangan pengantin itu mengangguk.
“Jangan bangun siang yaaa ...” goda Mira sambil tertawa dan Mia langsung saja menendang pantatnya, malu. Jelas saja, sedaritadi banyak sekali yang menggodanya. Setelah basa-basi sebentar, akhirnya keduanya ditinggalkan di rumah baru itu.
Kyungsoo keluar dari kamar dan menatap Mia. Canggung. Mia menggaruk kepalanya lalu mendekati lelaki itu.
“Jadi, aku tidur di kamar mana?” tanya Mia gugup. Kyungsoo menunjuk kamar di sebelah kirinya.
“Kau bisa tidur di kamar ini. Aku sudah mengeceknya,” ucap Kyungsoo dan Mia mengangguk mengerti. Baru saja ia ingin masuk, Kyungsoo mencegahnya.
“Tapi--” Mia menoleh heran. “--yang sudah ada kasur beserta seprainya … hanya kamarku.”
***
Mia menggerak-gerakkan bola matanya menelisik setiap sudut ruangan. Sedangkan Kyungsoo terus saja memainkan jarinya. Keduanya berada di satu ranjang, tapi, pada jarak yang bisa dikatakan sangat aman.
“Kalau saja ada sofa …” ucap Kyungsoo pelan dan Mia segera saja menoleh.
“Iya. Maksudku … ya kalau ada sofa, salah satu dari kita akan tidur di sana. Tapi, kalau tidak ada kan bagaimana … suhu malam ini cukup dingin,” jelas Mia kembali memelan.
Lalu hening kembali.
“Kyungsoo …” panggil Mia dan Kyungsoo menoleh. “Aku akan membayar setengah dari biaya hidup kita. Rumah, makan dan yang lainnya. Tapi, setelah aku bekerja.”
“Tak usah. Aku kepala keluarganya, kau fokus saja pada kuliahmu dulu,” jelas Kyungsoo. “Terima kasih ya …”
“Hmmm …?”
“Terima kasih … karena sudah menikah denganku. Walau kau tahu, aku masih belum bisa … melupakannya,” ucap Kyungsoo menunduk. Mia menatapnya lalu tersenyum kaku.
“Aku akan membantumu,” ucap Mia membuat Kyungsoo menoleh. “Move on.”
Kyungsoo tersenyum lalu mengangguk walau masih tak yakin. Ia merasa bersalah karena sudah melibatkan Mia sejauh ini. Ia sampai menikah dalam waktu 3 bulan kenal. Ia tak memikirkan itu sebelumnya.
“Kalau sudah berhasil, mungkin kita …” lanjut Mia terpotong. “bisa bercerai.”
DEG!
“Mia, jaga bicaramu,” ucap Kyungsoo kaget mendengarnya. “Kita baru saja menikah.”
“Iya, maaf. Aku hanya merasa jika kau sudah bangkit kembali, tak ada yang perlu aku lakukan lagi,” jelas Mia menerawang masa depan dalam pikirannya. “Kita bisa hidup sebagai teman. Rasa nyamanmu juga tak lebih dari itu, kan?”
Kyungsoo terdiam. Memang, ia akui.
Rasa nyaman yang ia rasakan hanyalah sebagai tanda teman. Ia merasa jika ia menikahi Mia, maka ia bisa melupakan Sojin.
Gadis itu punya cara tersendiri untuk membantunya bangkit. Hanya dengan mencurahkan isi hati saja, Kyungsoo merasa bebannya terangkat banyak.
“Baiklah, ini sudah malam. Kita lanjutkan saja pembicaraannya besok,” ucap Kyungaoo akhirnya dan Mia mengangguk setuju. Keduanya membaringkan tubuh yang lelah itu di atas kasur. Saling memunggungi lalu terlelap.
***
Paginya,
Sinar mentari masuk ke dalam kamar itu. Mia tahu, matahari sedang menggantikan jam weeker untuk membangunkannya. Tapi, ayolah … Tubuhnya terlalu lelah. Badannya serasa remuk. Bayangkan saja, kemarin ia harus selalu memakai pakaian pengantin yang super ketat, high heels dan riasan rambut yang sangat berat.
Tapi ia ingat, masih banyak yang harus ia urus hari ini.
“Ahh, pengap sekali …” gumam Mia dengan suara seraknya. Ia masih memejamkan matanya walau kesadarannya sudah terkumpul. Tangan kanan Mia mengusap-usap gulingnya. Tapi … rasanya ini terlalu keras untuk ukuran guling.
‘Guling? Kenapa besar dan keras begini?’ batin Mia bingung. Perlahan ia membuka matanya dan menatap sesuatu yang datar berwarna putih di depannya. ‘Kenapa bergerak?’
Dan dengan perlahan pula, Mia mendongak, melihat apa yang menurutnya aneh sedaritadi. Lalu dalam detik itu juga, Mia membulatkan matanya.
‘Yang kuelus sedaritadi adalah punggung Kyungsoo?! Dan di depanku sekarang adalah dada bidangnya???!’
“Kyaaaa~!!!” teriak Mia sambil melepaskan pelukannya. Kyungsoo yang berada di alam mimpi terpaksa bangun dengan keterkejutannya. Ia melihat Mia menjauh darinya. Dan ia tak bodoh untuk menyadari itu.
“Kenapa bisa kita berpelukan?” tanya Mia horror dengan yang baru saja dialaminya.
“Maaf, aku juga tak sadar,” ucap Kyungsoo tak kalah gagap dengan Mia. Keduanya saling pandang. Canggung. Lalu mempunyai pikiran yang sama,
‘Ya ampun … pagi hari macam apa ini???! Memalukan sekali!!!’
Unchhh Kyungsoo 😘😘😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA or Misunderstanding???
FanficPernikahan ini terjadi karena MBA atau kesalahpahaman??? 📍cover by: readers 📍Started : 13 maret - 30 Juli 2017 📍rank : Amnesia. Kirain dulu nggak penting. Haha 223?