Mia melihat kalender yang tergantung di dinding dekat jendela ruang tengah. Di bulan berikutnya, yaitu bulan Agustus, ia membulatinya dengan bentuk hati, menggunakan spidol berwarna merah. Bulan itu, adalah bulan dimana ia diperkirakan akan melahirkan.
Tapi, perasaan Mia tak sebahagia yang semestinya.
Beberapa bulan kemarin, Kyungsoo dan Mia merubah sedikit dekorasi rumah mereka. Sekarang, tempat mereka tinggal itu berubah menjadi dua tingkat. Dan itu cukup membuat Mia senang karena ia bisa memandang langit yang teramat disukainya dengan bebas.
Tidak. Tidak untuk malam ini.
Ia melihat Kyungsoo keluar dari pintu mobil yang tak Mia kenal. Biasanya, lelaki itu diantarkan oleh manager menggunakan van, atau ia akan mengendarai mobilnya sendiri.
Yang cukup membuat Mia terkejut adalah, Kyungsoo keluar dari dalam mobil itu, tersenyum dan memberi salam perpisahan. Pada seorang wanita.
Cantik.
Tak lama setelah mereka berbincang, Kyungsoo masuk dan segera berjalan ke lantai dua. Berniat istirahat di kamar barunya. Namun, langkahnya segera terhenti saat melihat Mia terdiam di dekat jendela. Entah sedang apa.
“Kau belum tidur?” tanyanya sambil masuk ke dalam kamar dan menyimpan tas beserta topinya. Kyungsoo keluar lagi dan menghampiri Mia, walau tak melakukan apa-apa.
“Tadi siapa?” tanya Mia berbalik sambil mengelus perutnya yang sudah membuncit. “Yang mengantarmu.”
“Ohh, itu Beril noona,” jawab Kyungsoo sambil merapikan poni Mia yang sedikit menutupi pengelihatannya.
“Noona?”
“Ohh, dia memang lebih tua dariku,” ucap Kyungsoo mengangguk-angguk. “Maksudku … dia hanya teman. Dia salah satu kru di project filmku yang Room no.7. Kadang aku diantarkan pulang-"
“Kadang? Aku sering melihatmu diantar pulang olehnya,” tuduh Mia sambil menepis pelan tangan Kyungsoo.
“Sudahlah Mia, aku benar-benar tak ada apa-apa dengannya,” ucap Kyungsoo lembut namun terdengar lelah. “Kenapa kau sensitif sekali akhir-akhir ini?”
“Karena seharusnya kau menemaniku, Kyungsoo. Sebentar lagi aku melahirkan!” pekik Mia membuat Kyungsoo bungkam. Ia bukannya tak bisa membantah, tapi memang itu kenyataannya. Ia disibukkan dengan berbagai pekerjaan. “Bulan depan aku melahirkan.”
“Iya, nanti aku akan luangkan waktu. Aku akan bicarakan dengan manager,” jelas Kyungsoo sambil mengusap rambut Mia, lalu setelahnya mengusap perutnya.
“Nanti kapan?”
“Ayo, kita tidur saja,” ucap Kyungsoo mengabaikan pertanyaan terakhir Mia.
Mia menghela napas lalu berjalan menuju kamar.
“Kau bukan mau selingkuh, kan? Karena aku bertambah jelek dan gendut?” tanya Mia setelah melihat kaca di meja riasnya.
“Ya ampun Mia, kita tidur saja …”
***
Mia merenggut. Sejak obrolan malam itu, Kyungsoo sama sekali tak menepati ucapannya. Bahkan, kini Mia berjalan-jalan keliling komplek bersama Lia.
“Sudahlah, jangan diambil pusing.”
Mia menggeleng mendengar ucapan kakaknya itu. “Ini anak pertama kami.”
“Iya tahu,” jawab Lia mengangguk. “Yang penting kan nanti saat kau melahirkan, dia datang. Karena itu yang paling pentingnya.”
“Hhh, menyebalkan,” desis Mia sambil mendelik. “Sekarang tanggal berapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA or Misunderstanding???
FanfictionPernikahan ini terjadi karena MBA atau kesalahpahaman??? 📍cover by: readers 📍Started : 13 maret - 30 Juli 2017 📍rank : Amnesia. Kirain dulu nggak penting. Haha 223?