Mia menonton film dalam tablet Kyungsoo di atas kasurnya. Terlalu serius dan saking seriusnya, ia bahkan tak menyadari Kyungsoo sudah duduk di samping kanannya.
"Menonton apa?" tanyanya dan tak mendapatkan respons apapun dari Mia. "Kalau menonton, duduknya yang benar."
Mia memang hampir merebah untuk tiduran sekarang. Selimut ia pakai sampai dadanya. Maklum, udara cukup dingin dan ia hanya memakai piyama tanpa lengan.
"Sshh, aw!" Mia melihat adegan sadis dalam film yang ia tonton. Ia bahkan menggigit jempol tangan kanannya, bentuk rasa ngerinya. Di saat Mia fokus pada filmnya, Kyungsoo malah diam-diam menenggelamkan wajahnya di leher Mia. Mengendus-endus aroma jeruk yang menguar dari tubuhnya.
"..." deru napasnya barulah membuat Mia sadar. Ia menoleh ke kanan lalu mendorong wajah Kyungsoo agar menjauh.
"Kau ini sedang apa, sih?" tanya Mia mengerutkan keningnya lalu melihat lagi film. Tapi tanpa ia duga, Kyungsoo malah memeluknya, ia kembali mengendus-endus lehernya. Ia juga beberapa kali mengecup sekitar pipi kanannya.
"Ayo," ucapnya pelan dan berat.
"Kemana?" tanya Mia mulai menggerak-gerakkan kepalanya risi.
"Tidur," bisiknya menambahkan. Ia lalu membalas tatapan Mia, dan perlahan mengambil tabletnya. "Ini sudah malam."
"Ini baru jam sembilan, Kyungsoo," jawab Mia pelan sambil tanpa sadar merebahkan dirinya di atas kasur karena Kyungsoo terus saja mengikis jarak di antara keduanya. "Tabletnya ..."
"Tidur," ucap Kyungsoo sambil menyimpan tablet itu tanpa mengalihkan tatapannya dari Mia. Gadis itu jelas tak bodoh apa kemauan suaminya itu. Ia melirik bajunya sebentar lalu nyengir.
"Kalau begitu, aku bawa jaket dulu. Udaranya dingin, hehe ..." ucap Mia mengelak. Kyungsoo mencegah Mia yang mulai bergerak.
"Biar saja. Kan ada aku."
"Eh?!"
TEK!
Lalu lampu mati karena ulah Kyungsoo. "Ahh, Kyungsoo~ kita kan mau tidur!"
***
Mia membuka matanya pelan lalu mengerjap-ngerjapkannya. Ia menghirup udara sebanyak mungkin lalu menghembuskannya pelan. Ia berbalik dan melihat Kyungsoo masih tidur di sampingnya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Ia bangkit perlahan lalu mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya. Handuk di laci nakas yang Mia sediakan.
Selesai mandi, Mia membuat sarapan seperti biasa. Ia juga bersiap membangunkan Kyungsoo, tapi lelaki itu malah sudah keluar dengan wajah segarnya.
"Ohh, sudah bagun," gumam Mia lalu duduk di meja makan. "Sini, sarapan."
Kyungsoo duduk di samping kirinya lalu mengetuk-ngetuk pundak Mia. Membuat sang empu menoleh dan
CUP!
Kyungsoo menciumnya.
"Apa, sih?" tanya Mia super pelan lalu kembali pada aktivitasnya. "Hari ini ada jadwal?"
"Hmm, seperti biasa."
"Syutting?" Kyungsoo mengangguk.
"Kau bekerja sekarang?" Mia mengangguk. "Tidak lelah?"
"Aku kan tidak sesibuk kau, Kyungsoo," ucap Mia terdengar mencibir lalu menyuapkan lagi makanannya.
"Maksudku, semalam ..."
TRANG!
Saking salah tingkahnya, Mia menjatuhkan sendok begitu saja ke atas piringnya. "Astaga, ini masih pagi Kyungsoo!"
Lelaki itu terkekeh dan berkata, "Semalam ... kita makin hebat ya?"
"Yak!"
***
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kyungsoo pulang dan berjalan langsung memasuki kamar.
"Mia?" Ia mengedarkan pandangannya. Mia tak ditemukan di kamarnya. Bahkan di dalam kamar mandi. "Dia belum pulang?"
Kyungsoo menyalakan ponselnya dan menghubungi Mia. Tapi, deringan telepon Mia malah terdengar di ruang tengah. Ia ke luar lalu melihat ponsel Mia tergeletak begitu saja di atas meja makan. Di sana juga ada semangkuk bubur yang sepertinya tak tersentuh sama sekali.
"Loh? Mia kemana?" Kyungsoo lalu mengecek ponsel Mia dan ia cukup terkejut mendapati banyak pesan di sana. Ia lalu membukanya satu persatu.
Semua pesan yang ia baca, sebagian besar adalah dari teman kerja Mia. Dan mereka menanyakan kemana Mia berada.
"Mia tak masuk kerja?"
Kyungsoo baru saja ingin menghubungi orang-orang yang kemungkinan besar bersama Mia, tapi, ia mendengar sesuatu yang aneh,
"Uwooo ... uhuk! Uhuk! Uwoo ..." Ia lalu berjalan cepat menghampiri kamar mandi yang berada di dekat dapur lalu membukanya.
Mia berjongkok tepat di depan kloset. Memuntah-muntahkan sesuatu yang bahkan tak keluar sama sekali dalam mulutnya. Kyungsoo langsung saja menghampirinya,
"Hey, kenapa?" Mia melihat Kyungsoo dengan wajah pucatnya. Kyungsoo terlihat sangat khawatir padanya. "Sakit?"
"Tidak," jawab Mia lemas.
"Kenapa kau tak menghubungiku?" tanya Kyungsoo. Bukannya menjawab, Mia kembali memuntahkan isi perutnya. Lagi, tak keluar apa-apa. "Pusing?"
"Tidak."
"Lalu?" Kyungsoo mengecek suhu tubuh Mia. Tak panas.
"Hanya mual saja. Rasanya ... seperti, hhh~" Mia mengelus perutnya lagi.
"Mau diperiksa?" tanya Kyungsoo sambil mengusap pundak Mia pelan. Gadis itu menggeleng.
"Tak usah." Keduanya terdiam sebentar. Lalu, Mia kembali muntah. Membuat Kyungsoo tak tega melihatnya, ada apa dengan Mia?
Detik berikutnya, gadis itu terdiam cukup lama. Mia segera mendongak menatap Kyungsoo. "Tanggal berapa sekarang?" tanya Mia lemas dan mendesak.
"Hmm, tanggal 12. Kenapa?" raut wajah Mia langsung berubah. "Hmm?"
"Hah ...? Aku ... terlambat datang bulan?" Mia melihat Kyungsoo, lelaki itu juga terdiam. Lalu ia tampak terkejut.
"Perasaan ... kita tak sering melakukannya," jawab Kyungsoo mulai sepemikiran dengan istrinya. "Dan 'aman'."
"Kau yakin?" tanya Mia sambil mengingat, kini, malah Kyungsoo yang terlihat ragu-ragu.
"Mungkin ..."
"Terakhir kali ... bulan lalu?" tanya Mia pelan.
"Semalam Mia," ralat Kyungsoo.
"Tidak tidak, semalam kan ... hah ...?" Mia bengong sesaat. Lalu mengusap perutnya lagi.
"Kita periksa saja," ucap Kyungsoo. keduanya saling memandang. Sama-sama berdebar.
.
.
.
."Aku ... hamil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA or Misunderstanding???
Fiksi PenggemarPernikahan ini terjadi karena MBA atau kesalahpahaman??? 📍cover by: readers 📍Started : 13 maret - 30 Juli 2017 📍rank : Amnesia. Kirain dulu nggak penting. Haha 223?