Vote dan komentarnya 🙏😆
Terima kasih dan selamat membaca 🙌
↑
← 😴😐😋😄😒😛😍😉😑😃 →
↓Cup!
Bibir Jimin menempel di dahi Yoonji. Yoonji membuka matanya setelah Jimin menjauhkan diri dan menariknya untuk duduk.
"Kenapa?" tanya Yoonji bingung.
"Kupikir kamu merasa bersalah ke aku karna soal Jungkook. Tapi kalo kita beneran ciuman, kamu merasa bersalah ke Yoongi. Jadi, kita jalani aja sampai Yoongi merestui. Aku tunggu kok." Jimin tersenyum sambil menggenggam erat tangan Yoonji.
Saat Yoonji menutup mata dan melepaskan pegangannya di lengan atas Jimin, dahinya berkerut. Yoonji sedang memikirkan sesuatu yang komplikatif saat itu dan membiarkan Jimin melakukan sesukanya. Secara pribadi, Jimin tidak akan pernah mengambil manfaat dari pikiran Yoonji yang kalut. Lagipula tangan Yoonji yang mengepal di dadanya terlihat gemetar. Dia memutuskan untuk mengizinkan Jimin tapi dia sendiri takut.
Yoonji menyandarkan kepalanya di bahu Jimin dan memejamkan mata. "Maaf kalo aku bilang 'boleh' tapi gak yakin."
"Gaapa. Aku juga salah karna niat deluan." Jimin melingkarkan lengannya di sekeliling bahu Yoonji, jadi Yoonji bersandar di dadanya. Tangan Jimin yang satu lagi digunakan untuk mengelus punggung tangan kanan Yoonji. "Harusnya aku gak dorong kamu tadi."
Yoonji menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya dia merasa lebih bersalah. "Tapi Jimin-ah, apa kamu gapapa kita gak ciuman?"
"Aku ngehukum diriku sendiri karna ninggalin kamu trus gak bilang alasanku balik ke Korea." Jimin mengangkat bahu. Seakan-akan apa yang dikatakannya hanyalah hal sepele. "Atau jangan-jangan kamu ya yang pengen ngerasain bibirku?"
"Aku gak kayak kamu." Yoonji memutar telunjuk Jimin ke belakang, menghasilkan jeritan kesakitan dari sang pemilik jari bantat tersebut. Setelah mengelus jari Jimin untuk mengurangi sakit, Yoonji terkekeh. "Aku cuman mikir. Waktu kamu mau cium aku, tapi kamu batalkan karna belum waktunya bagimu jelaskan alasannya. Sudah lima bulan kamu nahan diri karena itu bukan karena kamu yang belum pengen."
Jimin tersenyum kecil. Yoonji tidak salah menilai. Namun begitu pula dengan Jimin. "Tapi kamu sendiri belum siap juga kan? Tanganmu gemetaran tadi loh."
Yoonji menggeleng pelan. "Aku takut dengan apa yang sebenarnya jadi alasanmu kembali ke Korea. Itu aja."
Jimin merasa bersalah pada Yoonji. Andai saja Yoonji mengetahuinya, dia akan merasakan teror setiap hari. Jimin tidak ingin hal itu terjadi. Dia memeluk Yoonji dengan kedua tangannya kali ini. "Aih comel betul pacarku satu ini. Alasannya gak serem kok. Kan alasanku buat ketemu Yoonjiku tercinta~"
Yoonji tersenyum. Jimin selalu bisa mencerahkan suasana. Kebohongan itu memang selalu indah dibandingkan kejujuran yang menyakitkan.
Namun, andai Jimin tahu, Yoonji lebih rela sakit karena kejujuran daripada bahagia di antara kebohongan. Karena itu lebih pasti dan lebih menguatkannya untuk menghadapi rintangan baru yang akan datang.
"Aku takut sama diriku sendiri, Yoon, sumpah." Jimin memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya ke belakang.
Jimin secara pribadi merasa dirinya berada di posisi yang sama dengan Suga. Bedanya, Suga tahan tidak menjelaskan selama lima tahun, dan Jimin baru memendam selama lima bulan. Apakah Jimin akan seperti Suga bila dia terus tidak berani?
KAMU SEDANG MEMBACA
4 in 1 [BTS AU]
FanfictionWe cried a lot and laughed a lot, yet all of them were so beautiful From now on, We'll cry a lot and laugh a lot, yet all of them will be so beautiful too 😋 Kim Seokjin 😴 Min Suga 😐 Kim Namjoon 😄 Jung Hoseok 😒 Min Yoongi 😛 Min Yoonji 😍 Pa...