"Sebenarnya waktu kecil, aku melamar Yoongi karena masih belum bisa membedakan mereka berdua." - Park Jimin
↑
← 😴😐😋😄😒😛😍😉😑😃 →
↓Word : 2085
Vote dan komentarnya 🙏😆
Terima kasih dan selamat membaca 🙌
↑
← 😴😐😋😄😒😛😍😉😑😃 →
↓Kali ini tiada keraguan lagi, Yoongi datang ke kediaman Jeon Joonki di Seoul.
Karena nada penuh penasaran yang sarat akan keputusasaan dari Yoongi, akhirnya Jeon Joonki menawarkan pertemuan mereka diadakan di rumahnya saja agar privasi lebih terjamin.
Untungnya perpustakaan khusus daerah ini membuat kebijakan untuk buka di hari minggu. Meski hanya sampai jam tiga sore, itu menguntungkan karena dapat menjadi alibi Yoongi untuk pergi hari ini. Tidak mungkin seorang Yoonji tidak percaya Yoongi akan pergi ke perpustakan meski hari minggu sekalipun.
Yoongi mengambil ponselnya dan mematikannya. Satu-satunya alasan adalah untuk tidak dapat dilacak. Mengapa Yoongi tidak meninggalkan ponselnya saja? Karena dengan menekan tombol khusus, GPS pada kalungnya akan menyala. Tentu dia tidak akan meninggalkan kalung pemberian Ibunya tersebut.
Rumah Jeon Joonki di ujung kota, dapat ditempuh selama 30 menit dari halte terdekat rumah Yoongi. Bukan naik bus, Jeon Joonki mengutus supirnya untuk menjemput Yoongi. Sungguh supir yang ramah sekali, tapi perhatian Yoongi sangat fokus dengan foto USG dengan nama Jeon Jungkook. Dia tidak bisa teralihkan begitu saja.
Saat sampai, penjaga mengarahkan Yoongi masuk ke dalam rumah. Kemudian, pelayan perempuan mendampinginya ke lantai dua. Yoongi harus menunggu sendirian di ruang tengah ini karena Jeon Joonki masih ada urusan sejenak. Setelah pintu ruang tengaj ditutup oleh pelayan, Yoongi langsung menuju jendela dan membukanya. Entah mengapa, udara terasa sesak baginya. Mungkin ada pengaruh pemikiran dia sekarang dekat dengan Jeon Joonki. Secara psikologis, hal itu mengganggu Yoongi lebih dalam dari perkiraannya.
Di sekitar ruangan ini hanya ada barang-barang estetika, sofa, meja, lemari, ambal, dan lukisan. Tidak ada satu pun yang menunjukkan wajah pemilik rumah. Meski Jeon Joonki terlihat sangat percaya diri, dia tidak narsis. Atau sebenarnya dia tidak suka melihat dirinya sendiri?
Mendengar suara pintu terbuka menarik atensi Yoongi. Dia berbalik dan mendapati Jeon Joonki berjalan menuju tempatnya berdiri.
Senyum menyebalkan, pikir Yoongi. Seketika perasaan gelisah menggerogoti pikirannya.
"Selamat pagi, Yoongi-kun." sapa Jeon Joonki saat tiba satu meter di depan Yoongi. Dia menampilkan senyum ramah seperti biasa.
Sedetik saja muncul keraguan di hati Yoongi begitu melihat senyum itu. Entah mengapa, dia merasa tidak ingin merusak senyumnya. Namun, Yoongi menguatkan diri. Dia merogoh saku bajunya dan menyerahkan lembaran foto pada Jeon Joonki.
"Ap-" kalimat awal Jeon Joonki berhenti di udara begitu menyadari apa yang dia lihat.
Dugaan Yoongi benar, Jeon Joonki pun pernah melihat foto ini. Bahkan bisa jadi yang menulis nama Jungkook di foto itu adalah Jeon Joonki sendiri. Yoongi menatap lelaki di depannya itu lamat-lamat. Dia tidak ingin melewatkan sepersen pun dari ekspresinya. Namun, pria itu tetap tidak terbaca.
Jeon Joonki menampilkan senyum miris. Hal itu membuat Yoongi cukup tertegun alih-alih terkejut. Dia pikir Jeon Joonki akan tersenyum manis seperti biasa. Kali ini wajahnya terlihat seperti ingin menangis. Yoongi harap dirinya tidak salah menilai.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 in 1 [BTS AU]
FanfictionWe cried a lot and laughed a lot, yet all of them were so beautiful From now on, We'll cry a lot and laugh a lot, yet all of them will be so beautiful too 😋 Kim Seokjin 😴 Min Suga 😐 Kim Namjoon 😄 Jung Hoseok 😒 Min Yoongi 😛 Min Yoonji 😍 Pa...