80 - Rain : I Stand Here

24 6 3
                                    

Word: 2375

Vote dan komentarnya 🙏😆

Terima kasih dan selamat membaca 🙌


← 😴😐😋😄😒😛😍😉😑😃 →

Baru saja Suga mencoba untuk tidur begitu guru keluar kelas di jam istirahat, datanglah seorang remaja lelaki yang bertumpu pada mejanya. Orang yang selalu Suga abaikan kehadirannya sejak mereka kembali dari Busan.

"Apa?" tanya Suga pada akhirnya. Dia tak dapat mengabaikannya karena tatapannya sangat menusuk Suga, walaupun Suga sedang menunduk di mejanya.

"Hyung, pulang sekolah ke ruang Bangtan, ya?" pinta Jungkook dengan mata memelasnya.

Suga melirik sedikit ke arah Jungkook. Benar juga, Suga tak boleh mengendapkan masalah ini terlalu lama. Dia harus menyelesaikannya agar masalah baru pun dapat diselesaikan.

Masalah baru: tes kemampuan akademik

Suga mengangkat tangannya dan mengacungkan jempol ke atas.

Jungkook langsung memeluk Suga dengan bahagia. "Makasih, Hyung." dan meninggalkan Suga yang terdiam di mejanya.


←🐋→

Tak dapat dipungkiri bagi anak yang sudah ada di tahun ketiga mereka, minggu ini adalah penderitaan. Suga menghabiskan seluruh energinya untuk menjalani tes akademik itu.

Karena jadwal singkat, Suga pulang lebih dahulu dari Jungkook. Sambil menunggu Jungkook, Suga mengirimkam pesan padanya bahwa dia ada di ruang Bangtan untuk tidur jadi datang saja begitu pulang sekolah.

Namun sebenarnya, Suga sama sekali tak dapat tidur di sini.

Ruangan ini sangat ramai, dulunya. Padahal baru satu minggu semenjak mereka berkumpul bersama. Suga merasa dirinya semakin menjauh dari mereka semua.

Apakah karena Suga merasa dirinya sangat berbeda dibandingkan mereka? Seperti, Suga bukanlah orang yang memiliki kehidupan anak SMA pada umumnya. Dia sudah bekerja dan merupakan anak angkat dari bossnya sendiri.

Dia sudah dua kali membunuh orang. Yang pertama adalah Min Hyungseok—Ayah dari Kembar Min Yoon—dan Kim Hyojin—Ibu dari Jeon Jungkook—.

Meski Seokjin mengatakan bahwa kedua hal itu sama sekali bukan salahnya, Suga tak percaya. Dia tak akan percaya kalimat orang lain semudah itu. Sedekat apa pun dirinya dengan Seokjin, hanya itu yang tak dapat dipercaya. Bila bukan salah Suga, tak mungkin Yoongi menyimpan dendam padanya selama ini. Bila bukan salah Suga, tak mungkin Jungkook menderita selama ini.

Bahkan bila bukan salah Suga sekali pun, semua masalah tersebut akan mendekati Suga, menjadikannya target.

Di tengah hujan badai tersebut, di sana lah Suga berdiri. Sosok yang tertampar oleh angin, tersambar petir dan terguyur air yang berat. Kuat namun rapuh.

Terkadang Suga merasa ada yang memanggil dirinya dari belakang. Saat menoleh ke sumber suara, hanya tangan yang ada di sana. Ketakutan menyelimutinya dan dia berlari menjauh, lebih jauh ke dalam kegelapan.

Barulah Suga berpikir, apakah sebenarnya tangan tadi mencoba untuk menyelamatkan dirinya? Namun, apakah bisa dipercaya? Bagaimana bila tangan itu hanya berkata ingin menyelamatnya padahal sebenarnya ingin menghancurkannya lebih dalam? Ketakutan atas ketidakpercayaan itu menyakiti hati Suga, segores demi segores luka ditorehkan sang pemilik hati itu sendiri.

Namun, barang kali ada suatu saat seseorang sedang memeluk dirinya di jalanan gelap yang kosong tak berujung tersebut. Saat dirinya terjatuh di tengah jalanan dan kakinya tak mampu menopang tubuhnya lagi, seseorang merangkulnya.

4 in 1 [BTS AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang