***
selamat membaca
***
Pertandingan baru saja usai, Alva menyeka keringat di dahinya lalu menoleh ke arah Caca, Siska, Cilla, Rayn, Raya, Dika, Andy dan Randy, mereka membrondongi Alva dengan beribu pertanyaan yang hanya bisa ia jawab dengan senyuman.
"Al, lo kenapa?" tanya Siska kesal, memukul bahu Alva kuat, lagi dan lagi Alva hanya bisa tersenyum.
"Iya nih, Al? Enggak seru lo." Tambah Cilla manyun diikuti anggukan Andy dan Randy yang ikutan tak percaya dengan keputusan Alva kali ini
"Gue punya alasan yang nggak bisa gue jelasin ke kalian, tenang aja, kita masih bisa kumpul kek biasa kok. Gue nggak pindah sekolah juga kali." Jelas Alva tersenyum sebiasa mungkin, padahal di hatinya ingin sekali berteriak tidak, bukan itu keinginannya.
"Tapi Al? Lo kok tiba-tiba aja, nggak seru tahu." Protes Caca tak terima diikuti anggukan yang lainnya, masih butuh penjelasan Alva yang lebih jelas.
"Gue minta maaf udah ngecewain kalian tapi ini udah keputusan gue, jadi mau nggak mau terima aja, oh yah makasih udah suport gue sejauh ini. Jujur gue sayang sama kalian semua." Ucap Alva serius, sesak dan sangat sulit ia ucapkan, akhirnya selesai juga.
"Gue ikut Pak Charles dulu. Duluan yah," Ucap Alva mengambil tasnya dari tangan Siska, lalu menoleh ke arah Baim yang berjalan mendekat ke arahnya, menatap Alva dengan tatapan kemenangan. Dan Alva memilih untuk tidak peduli, berjalan menjauh tapi langkahnya terhenti, ia mengingat sesuatu, ia kembali menoleh ke arah Siska yang kini menatapnya datar, lalu beralih pandang pada Baim, Nick dan Rio yang juga datang hendak menghampirinya.
"Oh yah satu lagi Sis, gue minta maaf sebelumnya, lo nggak usah bareng gue lagi, gue enggak suka sama lo, soalnya gue punya cewek yang gue suka dan gue harap lo bisa cari orang yang lebih baik dari gue." ucap Alva tiba-tiba, membuat Siska kaget tak percaya, begitu juga Caca dan Baim dan lainnya. Kembali Alva keluar dari kerumunan siswa yang mengelilinginya yang mendadak diam tak bersuara mendengar semua ucapan Alva. Alva melangkah cepat ke arah Pak Charles yang sudah menunggunya disisi lapangan.
***
Alva duduk tepat di depan Pak Charles yang sedari tadi menanyakan atas keputusan Alva yang keluar mendadak dari tim basketnya. Ia butuh penjelasan lebih kenapa cowok itu berhenti tanpa suruhannya dan tanpa ada masalah, sedikitpun. Justru selama ada Alva di sekolah ini, tim basketnya bertambah maju. Dan Alva jadi orang paling banyak menyumbang piala untuk sekolah.
"Kenapa? Dan ada apa kamu keluar?" tanya Pak Charles untuk sekian kalinya, ia sendiri bingung harus menjawab apa pada Pak Charles. Jujur tentu saja tidak mungkin, itu sama saja ia bunuh diri. Melibatkan Baim Cs. Walaupun sebenarnya mereka yang salah.
"Hm... Saya mau fokus ke belajar Pak." Jawab Alva seadanya, ide fokus belajar muncul begitu saja di benaknya, Alva tersenyum sedikit. Ia meraih botol minuman di depannya dan meminumnya sedikit, meletakannya kembali ke tempat semula. Menatap Pak Charles yang mendadak diam, menatapnya dengan tatapan tidak percaya, bagaimana bisa seorang Alva yang tidak pernah belajar, mengatakan kalau ia mau fokus belajar. Itu sama sekali tidak dapat ia terima.
"Apa cuma itu, Bapak yakin ada alasan lain lagi? Selama ini nggak ada masalah dengan peringkat kelasmu, dan kenapa tiba-tiba aja keluar?" tanya pak Charles lagi. Alva kembali tersenyum, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, melirik pak Charles sekilas dan kembali menunduk, dia juga bingung entah apalagi yang harus ia katakan pada Pak Charles. Ia tahu Pak Charles tidak akan menyerah segampang itu dan akan mencari tahu apa penyebab Alva keluar dari sana setelah semuanya baik-baik saja. Sejauh ini.
"Saya udah rencanain ini udah lama pak, Cuma, belum siap untuk bicarakan ini pada Bapak, jadi saya pikir kemaren waktu yang tepat untuk keluar, saya minta maaf sudah kecewakan Bapak, tapi ini memang sudah keputusan saya Pak, oh yah saya rasa Rayn juga jauh lebih baik dari saya untuk jadi kapten." Alva berdiri dari tempat duduknya kembali tersenyum. Ia tidak bisa lebih lama duduk disini, semakin lama, ini akan semakin sulit untuk dirinya berbohong.
"Saya pamit pak, makasih untuk semuanya." ucap Alva serius dan beranjak keluar dari ruang Pak Charles dengan langkah cepat berjalan menuju parkiran sekolah, masuk ke mobilnya.
***
Alva memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap ia segera sampai ke rumah dan melupakan semua yang terjadi hari ini. Suasana hatinya benar-benar kacau, bagaimana bisa ia meninggalkan tim basket kesayangannya, hal yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya, hal yang selalu membuat ia tersenyum dan melupakan semua yang terjadi. Sebenarnya ia tidak mau, tapi disisi lain ia juga harus memikirkan temannya, bukankah ia sudah di cap serakah prestasi. Ikhlas merelakan meski harus kehilangan, memberikan kesempatan untuk yang lain dan merelakan kebahagiannya, meski ia harus kehilangan satu hobby yang sudah ia tekuni beberapa tahun ini.
Alva memasukan mobilnya ke dalam garasi mobil dan berlari ke kamar tanpa memperdulikan Bik Inah yang sedang menyapu halaman rumah. Bertanya kenapa dirinya pulang cepat. Ia bingung tak biasanya Alva pulang cepat di hari minggu seperti ini.
Dan Alva sudah mengurung dirinya di kamar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...