***
Jam istirahat, siang itu, Caca dan Alva, sedang makan di Kantin. Alva masih fokus ke nasi goreng di depannya, la tidak sadar Caca sedang menatapnya aneh. setelah beberapa detik kemudian Alva baru Menyadarinya, ketika ia memergoki Caca yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ada, Apa?" tanya Alva serius, ia meraih gelas air putih didepannya dan meminum, lalu meletakan kembali ke tempat semula.
"Lo, nggak pacaran kan, sama Gaby" ucap Caca membuat Alva menoleh bingung dengan Pertanyaan Caca pada nya.
"Nggak, pacaran, berarti maksud lo, gue nggak boleh pacaran sama dia?" tanya Alva membuat Caca langsung menggeleng cepat.
''Maksud gue, nggak gitu, gue cuma nanya," Jelas Caca jadi salah tingkah dan berusaha jelasin apa maksudnya dia.
"Kalau gue jawab, iya, apa lo keberatan?" jawab Alva penuh selidik ke Caca yang dia rasa butuh jawaban dari cewek itu.
"Lo, boleh dekat sama siapapun, tapi jangan Gaby," ucapnya membuat Alva terdiam tak mengerti.
"Kenapa? Lo nggak suka gue sama dia?" tanya Alva heran.
Caca menunduk beberapa detik, detik berikutnya ia menganggkat kepalanya menatap Alva datar."Gue, nggak mau lo nyakitin dia hanya karena lo butuh tempat untuk move on." ucapnya spontan membuat Alva melotot. Menatap Caca dengan tatapan tak percaya.
"Gue, nggak mau itu terjadi sama dia, dia udah cukup menderita, dan gue nggak mau dia jadi bayang-bayang Gheisa di hidup lo, kecuali lo serius, jadi gue mohon jauhin dia, sebelum dia benar-benar suka sama lo, gue serius soal ini" ucapnya dengan nada penuh penekanan ke arah Alva. Alva diam, sesuatu terasa menusuk jantung nya dan terasa sesak. Lidahnya kelu, ia tak tahu harus berkata apa.
Caca menarik napasnya, lalu menghembuskannya perlahan, kembali menatap Alva serius."Gue, serius, jadi gue mohon lo ngerti, nggak ada cewek yang nggak bakal suka sama lo, setelah dekat dan tahu siapa lo?" tambah Caca lagi. Dia memang takut hal itu terjadi pada Gaby. Setelah melihat beberapa minggu ini Gaby dan Alva jadi dekat. Dia tidak masalah kalau dia juga korban dari Alva, tapi dia nggak mau Gaby juga.
Alva masih diam, dia menunduk, tak tahu apa yang akan di ucapkan, lidahnya benar-benar kelu, setelah tahu apa yang diutarakan Caca padanya.
"Bayang-bayang Gheisa"
"Sampai saat ini dia masih bilang benci, iri sama lo, dan jika lo masih dekat sama dia, gue nggak jamin pikirannya bakal nggak berubah, setelah ia tahu, sisi lain dari lo, seperti apa? Jadi gue mohon, lo ngerti maksud gue, gue nggak dendam atau apa itu, sama lo, gue bicara ini karena gue peduli sama Gaby, dia satu-satunya orang yang bikin gue mengerti banyak hal dan gue nggak mau ada orang lain yang nyakitin dia. Gue juga ngomongin ini ke Gino sebelum mereka jadian, jadi gue mohon jauhin dia" jelas Caca lagi.
"Gue, minta maaf soal ini, tapi gue serius, lo bebas dekatin siapa aja yang lo mau, tapi nggak adik gue, soory Al, gue duluan, gue bayar makanan lo" Caca berdiri dan meninggalkan Alva yang masih diam tak berkutik sejak tadi. Kata-kata Caca seolah mengubahnya menjadi patung.
Dada nya begitu sesak, detak jantungnya berdetak tak beraturan, semua tubuhnya terasa tak bertenaga, Alva sendiri juga tidak tahu kenapa dia begitu merasa sakit setelah mendengar ucapan itu, sakit yang tidak bisa ia mengerti dan ia pahami.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...