***Pembagian kelas ujian telah selesai.
Semua siswa sibuk belajar, baik masing-masing, maupun kelompok. dan Alva kebagian jadi guru private teman-teman dan adik kelas nya, yang sudah ngantri minta di ajarin."Kak, nomor 15, aku duluan." ucap Riri anak kelas 10 Ips menyodorkan bukunya ke arah Alva.
"Aku duluan kak, Ri lo curang, baru datang udah main ambil posisi orang aja." sahut Tika anak 10 Ipa 2. Alva menarik napas berat, lalu berusaha tersenyum.
"Oke, gantian yah Ri, Tika duluan, budayakan budaya antri, kita lagi di Indo, ingat itu" sahut Alva tersenyum mengambil buku milik Tika. Tika tersenyum menunjukan soal miliknya.
"Nomor 1 sampai 5 kak, itu aja." ucapnya cepat. Alva mengangguk dan mulai mengajarkan cewek itu.
Setelah selesai Alva berpindah Pada buku Riri."Kak, aku juga yah. Nomor 7 sama 19 kok." ucap Devi dari belakang. Alva mengangguk pasrah dia sudah berkeringat dingin.
"Kak, aku nomor 30" ucap Santy dari arah samping nya.
"Kakak, aku nomor 6, cuma itu." terdengar suara Ranty dari arah belakang Riri. alva mulai panik. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berpikir bagaimana ia bisa lolos dari sini.
Alva sudah berada hampir 2 jam menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan teman-temannya.
Ia sedang mencari cara agar bisa lolos dari kerumunan itu, lebih tepatnya kerumunan fans nya.
Gaby yang sedari tadi melihat ke arah Alva tertawa. Ia tahu Alva sudah bosan disana. Ia ingat kalau Alva sudah banyak membantunya. Ia mendekat ke arah kumpulan orang-orang itu.
Dan memberanikan diri berbicara.
"Al, pak Charles nyariin lo, tuh." ucap Gaby dengan suara lantang refleks membuat Alva dan semua orang disana menoleh ke arah Gaby dengan tatapan aneh.
Gaby mengerjapkan matanya dua kali ke arah Alva, berharap cowok itu paham maksudnya.
"Oh, kakak lupa, kalau pak Charles mau nanya soal lomba besok, jadi diskusi nya sampai disini saja, Yah." Alva berdiri sedikit tersenyum ke arah Gaby yang mulai mundur dari tempat berdirinya.
"Yah, kak...." ucap semua hampir bersamaan dengan nada kecewa ke arah Alva. Alva berdiri dan berusaha keluar dari kerumunan itu.
"Yah kan, nanti pak Charles marah lagi, oke udah yah, bye..." Alva berhasil keluar dari sana dengan hati lega, menatap ke arah Gaby tersenyum.
"Thank's..." bisiknya beranjak pergi ke arah kantin, ia benar-benar kelaparan saat ini.
"Al... Lo harus bayar dong, ajarin gue juga." Ucap Gaby serius mengikuti Alva ke arah kantin.
"Yah...dasar lo, ternyata ada mau nya juga..." balasnya kesal.
"Ya ialah, lo pikir didunia ini ada yang gratis apa." sahut Gaby tersenyum menyodorkan buku matematika nya ke arah Alva.
"Aissst, lo yah... Sama aja kayak mereka." tunjuk Gaby ke hidung Gaby. Gaby mengangguk tersenyum.
"Dikit kok, cuma 20 soal yang nggak gue ngerti." ucapnya membuat Alva melotot ke arah Gaby.
"Gillaaa., soal sebanyak itu lo bilang, cuma..." sahutnya jengkel. Gaby mengagguk tersenyum. Memasang muka memelas.
"Aissst, kalau gitu lo beliin gue roti di kantin sama minum, habis itu lu bawa ke atap, gue kerjain." ucapnya beralih jalan ke arah tangga. Gaby mengangguk cepat.
"Okey..siap laksanakan." ucapnya serius langsung ngacir pergi dari harapan Alva. Alva tersenyum membuka buku Gaby menoleh bingung. semua soal yang Gaby ajukan adalah soal untuk anak kelas 1 dan kelas 3.
Beberapa saat kemudian Gaby sudah kembali membawa pesanan Alva. Ia meletakan nya diatas pangkuan Alva.
"Ini soal kelas 1 sama kelas 3, bukan pelajaran kita dodol." ucapnya kesal menyodorkan buku itu ke arah Gaby.
"Gue bukan dodol, gue nggak ngerti nya cuma itu, jadi ajarin aja, gue udah capek ni, beliin lo minum makan gratis pula." jawabnya kesal plus manyun.
"Omg, perhitungan banget sih, iya... Gue ajarin, gue makan dulu. persis kayak emak-emak lo" Ucap Alva mulai makan. Gaby tersenyum mengambil duduk disamping Alva.
"Kok, lo suka banget disini?" tanya Gaby serius. Ini pertama kalinya ia duduk disini, ia biasanya cuma melihat Alva duduk sendiri disini.
"Nggak tahu, suka aja.." jawab Alva asal, karena ia sendiri juga tidak tahu kenapa ia jadi keterusan duduk disini dan sendiri pula.
"lo, nggak apa?" tanya Alva serius. Gaby menoleh mengangguk sedikit tersenyum.
"Kenapa? Emang gue kelihatan nggak baik apa?" tanya Gaby balik. Alva menggeleng, meraih minuman disampingnya. Lalu membukanya dan meminumnya.
"Gue cuma perlu, mengikhlaskan papa sama orang lain, itu aja cukup," ucapnya membuat Alva kembali menoleh serius.
"Jadi..udah ikhlas nih..." sahut Alva tersenyum. Gaby mengangguk, lalu menggeleng bersamaan membuat Alis Alva terangkat. Ia tak mengerti, lebih tepatnya sangat tidak mengerti dengan cewek aneh ini.
"Aneh, lo..maksudnya apa coba, raguu..." ucap Alva kesal meraih buku Gaby kembali.
Gaby mengangguk pelan. Jawaban Alva memang benar, ia sangat ragu sekarang."Kalau gue bilang iya, gue nggak terimah, gue bilang nggak, kasian papanya. jadi gue kayak nya mesti terjun sungai dulu, pas udah nemuin jawaban nya, baru naik lagi." jawab Gaby tertawa. Alva menoleh bingung.
"lo keburu mati, baru ketemu jawabannya." sahut Alva kesal. Gaby tertawa. Ia mulai mengerjakan soal pertama. Dan Gaby menoleh melihat Alva serius.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...