Chapter 76

6K 276 5
                                    


***

Caca melihat ke arah Gaby yang sejak masuk kedalam mobil sudah memasang headset di telinganya. Ia Ingin sekali berbicara pada Gaby saat ini, ia ingin minta maaf dari hati yang paling dalam kalau ia benar salah. Ia memang bukan kakak yang baik untuk Gaby. Tapi ia tidak punya keberanian, ia masih memikirkan ucapan apa saja yang ingin ia utarakan pada Gaby nantinya. Sedangkan Gaby masih diam, ia juga sebenarnya merasa aneh setiap pergi dan pulang sekolah cuma diam-diaman tak jelas, ia juga ingin mulai berbicara tapi ia tidak tahu memulai dari mana, alhasil Gaby jadi memilih memasang headset setiap kali bertemu Caca, headset yang cuma ia letakan ditelinga nya tanpa ada suara.

karena itu keduanya masih saling bungkam tak berbicara, hal ini membuat Pak Rahmat sedikit kecewa dengan kedua nya.

Gaby turun dari mobil, melihat mobil papanya terparkir di bagasi mobil rumah, refleks membuat Gaby tersenyum dan melangkah cepat masuk kedalam rumah, ia sudah hampir satu bulan tidak bertemu Papanya.

Dari arah dapur, samar-samar terdengar suara papanya berbicara, suara oma dan mama caca, satu suara asing di telinga Gaby, Gaby berjalan mendekat, sambil terus tersenyum, ia memang sangat merindukan nya.

Tapi langkah kaki Gaby terhenti ketika mendengar ucapan oma menyebut namanya beberapa kali. Semakin dekat, suara itu makin jelas kalau oma dan yang lain memang sedang membicarakan nya.

"Iya, mama tahu, tapi untuk sekarang, belum waktu untuk berbicara pada Gaby, dia sedang masa mau ujian dan ada beberapa masalah yang cukup menganggu nya akhir akhir ini." jelas oma, Gaby terdiam, ia berdiri mematung di pintu dapur yang setengah terbuka, samar samar ia lihat papanya sedang berbicara serius.

"Iya , aku juga mikir sama ke mama, Aku takut Gaby belum bisa nerima ini, tunggu dia selesai ujian dulu," ucap mama Caca jelas.

"Iya, mas, nggak ada salahnya kita tunggu Gaby siap dulu, aku bersedia kok nunggu." suara asing ikut menimpali Ucapan omanya. Gaby mendadak bingung, seribu pertanyaan merasuk Di pikiran nya, ia sudah bisa menebak apa yang mereka bicarakan.

"Aku bisa jelasin ke Gaby, kalau aku mau nikah lagi kok ma.." ucap Papa Gaby membuat Gaby tersentak kaget tak percaya, mendengarnya, ia mencoba mencerna ucapan yang baru saja di dengar nya. Tanpa sadar Kaki Gaby melangkah masuk, ia tak sadar jika sudah berada di depan papa, Oma, mama dan satu wanita seusia mama caca melotot kearah Gaby.

"Gaby...." ucap papanya terbata, refleks berdiri dari tempat duduknya.

ia menatap sosok aneh itu dengan penuh tanda tanya.

"Papa bisa jelasin ke kamu.." kata papa nya cepat, dengan suara bergetar, ia sebenarnya juga belum siap untuk memberitahu Gaby soal ini.

"Pa....?" ucap Gaby singkat, hanya itu yang mampu ia ucapkan saat ini, Gaby perlahan mundur dari tempat berdirinya, air mata menetes di pipinya tanpa ia sadari.

"Gab, dengarin papa." ucapnya serius, Gaby menggeleng cepat, menyeka air matanya dan berlari keluar. Ia memang tak perlu penjelasan soal ini.

Caca yang baru masuk ke dapur juga ikutan mendadak diam melihat Gaby berlari ke arah luar.

"Gab, dengerin papa nak..." teriak papanya dengan wajah frustasi. Dia mengejar Gaby keluar.

Gaby melangkah pergi dengan langkah cepat. Ia masih menangis. Ia berlari sekuat tenaga.

Beruntung sebuah taxi lewat di depan Gaby, Gaby menyetop taxi itu dan masuk. Papa nya baru sampai keluar menatap Gaby pergi dengan wajah khawatir.

Wanita paruh baya itu cuma diam dengan wajah sedih. Oma menghembus kan napas berat, ia sudah bisa menebak hal ini bakalan terjadi jika Gaby tahu. Dia tahu Gaby masih belum menerima semua itu.

***
Gaby ia masuk kedalam tempat karoke dengan langkah gontai. Ia terduduk lemas di di balik pintu, semua organ tubuhnya terasa tidak berfungsi, semua ingatan itu kembali lagi. Ia masih mendengar jelas ucapan papanya.

Gaby memeluk lututnya dengan wajah frustasi, semua sirna, Gaby menyeka air matanya kasar, lalu tersenyum. Merasa lucu dengan semua yang ia jalani. Pikiran nya kosong, ia sendiri tidak tahu apa saja yang ia pikirkan saat ini. Ia hanya tersenyum dan tersenyum. Air mata sudah tidak ada lagi membasahi wajahnya, hanya senyum pahit yang menggambarkan perasaan hancur berkeping-keping. Air mata sudah tidak mampu mewakili jutaan perasaan nya saat ini. Semua mendadak gelap, Gaby terjatuh.

Ia tidak sadar sudah satu jam ia duduk bersandar di sana.
Ia sendiri tidak tahu kenapa ia bisa berada disini.

Dengan mengumpulkan tenaga yang tersisa Gaby beranjak ke bangku di depannya. Ia meletakan tasnya di atas meja dan duduk diam, menatap lurus ke depan. Ia tidak tahu, setelah ini apa yang akan terjadi padanya.

Gaby mengeluarkan buku-bukunya. kembali, ia hanya perlu belajar saat ini, agar semua yang ada di pikiran nya hilang. Gaby membuka buku kumpulan soal-soal milik nya, hanya membuka, ia menatap lurus halaman itu. Tidak tahu memulai dari mana. Bahkan ia lupa sudah halaman berapa ia kerjakan. Gaby mmenarik napas berat, lalu meng hembusan nya perlahan.

***

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang