Chapter 39

6.5K 288 1
                                    

***
Next
***

Gaby menghentikan langkahnya, ia sudah tidak sanggup lagi berjalan, dada nya begitu sesak, kakinya terasa lemas.

“Lo? Nggak apa, kan?” tanya Alva melihat ke arah Gaby yang masih pucat Terjatuh di kakinya.

“Gaby... lo sadar nggak sih?” Alva mulai panik mengoyang tubuh Gaby yang duduk di jalan itu, keringat masih bercucuran di dahinya.

“Gab... Gab?” Alva mengoyang kembali tubuhnya, berusaha menyadarkan Gaby yang makin pucat. Gaby Mengigit bibirnya dan baru sadar setelah Alva menggoyang tubuhnya makin kuat, Gaby menoleh melihat Alva dengan tatapan datar.

“Gab, lo sadarkan?” tanya Alva lagi, ia masih panik, Gaby mengangguk menyeka keringat dingin di dahinya dan berusaha berdiri, kakinya begitu terasa lemas, sampai ia tidak sanggup untuk berdiri, kalau saja Alva tidak membantunya bisa jadi dia sudah ambruk lagi ke bawah.
Alva masih diam melihat Gaby yang kini duduk di sampingnya. Alva mengerti kenapa cewek itu masih trauma dengan ulang tahun nya, dia masih merasa bersalah pada ibunya. “Gue nggak apa, sini coklatnya.” ucap Gaby ke arah Alva. Alva menyodorkan coklat itu ke tangan Gaby.

“Yuk, kita pulang?” ucap Alva serius. Berdiri dari tempat duduknya.

“Bentar, kalau pulang, di sekolah masih ada acara, yang jelas gue bakal dimarahin oma, jadi nanti aja.” sahut Gaby membuka coklat Itu dan langsung memakannya. Alva mengangguk paham. Gaby memutar otaknya, melihat ke arah Alva.

“Al? lo, punya tempat yang bisa tidur selain di bioskop nggak, soalnya nggak mungkin juga kita balik kesana lagi.” ucap Gaby serius, Alva memandang Gaby bingung.
“Lo, mau tidur?” tanya Alva heran, Gaby mengangguk serius.
“Kaki gue lemas banget, jadi gue butuh tenaga baru, jika gue tidur 5 menit aja, gue pasti nggak lemas lagi.” jelas Gaby serius. Alva memutar otaknya, dia juga kasian lihat cewek didepannya itu yang masih tampak pucat. Alva tersenyum menarik tangan Gaby.
“Gue tahu dimana?” kata Alva membuat Gaby tersenyum dan mengikuti Alva dengan langkah lambat.
***
Family karoke. Tujuan keduanya kali ini. Alva dan Gaby masuk. Keduanya saling tersenyum.
“Gimana? Menurut lo?” tanya Alva berjalan ke kursi panjang yang di sediakan disana. Sekarang ia bias menyuruh Gaby tidur nyenyak disini, dan Gaby cukup tak menyangka kalau ide Alva lumayan juga.
“Lumayan, tapi ini tidur di bayar, gue mau tidur nyenyak, awas jangan gangguin gue, kalau lo macem-macem awas aja.” Ancam Gaby ke arah Alva dan Alva tersenyum menggeleng, berjalan ke arah bangku yang diduduki Alva.
“Nggak ada yang menarik di diri lo, datar semua, gitu.” balas Alva membuat Gaby melotot kesal dan langsung melempar bantal yang ada disitu ke arah Alva. Alva tertawa, ia menghindari serangan Gaby. Ia tak menyangka kalau Gaby masih punya kekuatan untuk mempelototinya dan melemparnya.

“Gue serius, muka jutek, rada aneh, nggak ada yang menarik sama sekali.” tambah Alva melihat pada Gaby dari ujung kaki ke ujung kepala, lalu detik berikutnya ia terkekeh.

“Ah, baguslah.” balas Gaby tersenyum, berarti ia bisa aman, awalnya ia ragu jika Alva macam-macam diruang tertutup seperti ini. Alva masih tersenyum melihat Gaby mulai mengatur posisi tidurnya di bangku panjang itu.

Membelakangi Alva yang masih duduk diam memangku tangannya. Gaby menoleh ke atasnya melihat Alva bingung.

“Lo, nggak tidur?” tanya Gaby heran.

“Tidur, rugi dong gue bayarin lo doang.” balasnya Alva tertawa mengambil posisi tidur di atas kepala Gaby. Kepalanya ia letakan sejajar dengan kepala Gaby.

“Perhitungan banget, sih?” gerutu Gaby kesal kembali ke posisinya dan mencoba tidur.  Alva meraih ponselnya disaku celananya dan menghidupkannya. Ia mematikan ponselnya sejak acara dimulai sampai sekarang, saat ia hidupkan, ada 5 pesan masuk. Alva membelalakkan matanya melihat satu-satu pesan itu. Yang pertama dari Chisa.

Chisa : Al, lo dimana? kepsek nyariin lo sama Gaby, Gaby juga nggak ada.

Pesan kedua

Rayn: Al... kepsek nyariin lo, cepat kesini.

Pesan ketiga

Raya :  Al, lo cabut yah, bu Selvi nyariin lo sama Gaby, jangan bilang lo cabut bareng Gaby yah.

Pesan ke empat

Caca : Al. Dimana? Gue bawa kue kesukaan lo ni, sini gue di atap.
pesan ke lima dari bundanya
Bunda: maafin bunda, bunda mesti balik lagi ke kantor, kamu keren, Love you sayang.

Alva menutup layar ponselnya kembali dan memasukan kembali kedalam saku celananya.

“Gab, lo udah tidur?” tanya Alva serius.

“Belum, gue masih mikir, kita bakal kena hukum nggak nanti?” ucap Gaby serius.

“Kayaknya iya deh, soalnya kepsek nyariin kita.” balas Alva datar, Gaby menoleh bingung.

“Kok bisa, tahu dari mana?” tanya Gaby cepat.

“Pesan di ponsel gue, ya udah terima aja, toh kita udah disini, nggak mungkin juga kita balik kesana lagi.”

“Itu namanya cari mati.” tambah Alva tersenyum. Gaby mengaruk kepalanya, ia tak tahu apa yang akan terjadi besok pagi. Yang jelas ia akan menerima hukuman itu.

Merasa tak peduli yang jelas ia mau tidur sekarang. Gaby kembali mengatur posisi paling enak untuk tidur, dan mulai memejamkan matanya, mencoba tidur.

“Gab...” panggil Alva serius, tapi tak ada jawaban, Alva kembali mencobanya.

“Gab?" ulang Alva masih sama, Alva bangkit dan melihat Gaby sudah tertidur pulas ditempatnya.

“Astaga cewek ini, belum sampai lima menit udah tidur aja.” gumam Alva jengkel, Ia melihat Gaby dengan tatapan datar. Baru kali ini ia melihat wajah Gaby begitu dekat. Ia baru sadar kalau cewek itu benar-benar cantik.

***

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang