Chapter 43

6.8K 295 4
                                    

***

Gaby duduk disamping Alva, ia memutar bola matanya ke seluruh arah. Ia memang orang yang paling jarang nongkrong di cafe, kecuali Caca yang memaksanya pergi, jadi tidak heran jika Gaby selalu merasa aneh dan celingak celinguk seperti orang bodoh setiap kali masuk ke tempat baru yang iya kunjungi. Ia meletakan tas kecil yang dibawanya di atas meja dan menoleh ke arah Alva yang sudah sibuk membaca buku menu di depannya.

“Lo, juga sering kesini? “ tanya Gaby serius. Ia memperbaiki posisi duduknya.

“Sering, sih? nggak juga, tapi lumayan, gue yakin lo belum sarapan, lo pesan apa, gue ingat, Caca sering bilang kalau nggak sarapan dimarahin oma lo. Iya kan?” ucap Alva sedikit tersenyum, menyodorkan buku menu tadi ke arah Gaby. Gaby langsung mengangguk dan sedikit ragu ia mengambil nya.

“Lo tahu benar sama oma gue, Kayaknya Caca emang ember banget, apalagi yang dia bilang.” tanya Gaby penasaran. Alva tersenyum, ia mencoba mengingat apalagi yang Caca katakan padanya.

“Hm, Gue lupa, kebanyakan, tentang lo, sih.” ucapnya membuat Gaby langsung memajukan mulutmnya manyun, ia sudah bisa menebaknya, caca memang manusia paling ember dimuka bumi ini yang dikenalnya.

“Serius, dia bilang apa aja?” tanya Gaby kesal. Alva tersenyum.
“Dia bilang lo...” Alva menghentikan ucapnya, ia teringat kembali janji Gaby padanya. “Kasih tahu dulu, ide lo buat move on apaan?” lanjut Alva tersenyum. Gaby menggigit bibir nya, ia menatap Alva kesal. Ia benar-benar tak punya ide untuk itu sekarang.

“Okey, gimana?” tanya Alva serius, ia menatap Gaby bingung. Gaby masih berpikir keras, ia memutar otaknya.

“Caranya? lo, cari pacar lagi.” ucap Gaby tersenyum, ide itu muncul begitu saja di kepalanya. Alva spontan tertawa, alis Gaby terangkat. Dia pikir dia sudah lolos, ternyata, cowok itu malah menertawakan nya.

“Ya elah, Gaby. Anak kecil umur tiga tahun juga tahu, kali, kalau mau move on cari pacar lagi, gue kira lo emang punya ide lainnya, jadi kemaren lo cuma mau ngerjain gue.” kata Alva penuh selidik pada Gaby yang kini langsung tersenyum.

“Sorry Al,” jawabnya mengangkat jari telunjuk dan jari tengah sehingga membentuk huruf V  ke arah Alva, ia mencoba tersenyum, padahal sedikit merasa bersalah. Berharap cowok itu mau memaafkan nya. Alva menatap Gaby datar, ia benar-benar tak bisa menebak cewek aneh di sampingnya itu.

“Astaga, berarti lo harus balas semua nya.” sahut Alva kesal.

“Okey, lo mau apa? gue traktir, terus lo maafin gue, kan?” tanya Gaby serius. Alva memasang wajah serius, ia melihat Gaby yang serius minta maaf padanya, tampak merasa bersalah ia jadi ingin mengerjai cewek itu. Toh kemaren Gaby yang sudah mengerjainya. Tidak ada salahnya gantian.

“Okey, pokoknya lo harus ikuti semua ke inginan gue hari ini.” balas Alva serius.

“Yah, gue mau, jadi lo maafin gue, kan?” tanya Gaby lagi.

“Setelah itu, baru gue maafin.” balas Alva tersenyum. Gaby mengangguk pasrah.

***
Alva tak habis pikir ternyata Gaby memang sangat merasa bersalah padanya, sampai uang sakunya terkuras habis untuk mentraktir Alva.

“Jadi, lo udah maafin gue kan?” tanya Gaby serius  turun dari mobil Alva. Alva menoleh menatap cewek itu tersenyum.

“Besok disekolah gue maafin.” ucap Alva tertawa. Gaby langsung memasang muka jutek.

“Nyebelin banget lo, gue udah capek ngikutin kemauan lo seharian, berati kita imbas, seharusnya lo maafin gue, gue juga udah ngaku salah juga. awas lo.” teriaknya kesal dan tidak terima, beranjak pergi dari mobil Alva, berjalan ke pintu pagar rumahnya. Ini sudah menunjukan pukul lima sore, waktu yang terbuang sia-sia. untuk mengikuti ke inginan Alva. Tapi dia malah tidak dapat maaf sama sekali dari cowok sialan itu. Secuek-cueknya Gaby ia juga tidak akan tenang jika punya salah sam orang sebelum orang itu memaafkannya setelah ia minta maaf.

***

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang