***
Selamat membaca***
Gaby menatap buku di depannya dengan tatapan datar, dia benar-benar kehilangan konsentrasi kali ini, seminggu lagi, tepat ulang tahun Caca yang ke tujuh belas tahun, dan Gaby tak sengaja mendengar ucapan oma, mama Caca, mereka ingin membuat acara ulangtahun besar untuk Caca, tapi disisi lain mereka tidak ingin menyakiti Gaby. Gaby tak sengaja mendengar ucapan itu dan itu membuat ia cukup merasa orang paling menganggu didalam kabahagian Caca dan mama nya. Sejak Gaby tinggal bersama Caca, Caca juga ikut jadi korban dirinya, Caca juga tidak pernah merayakan ulang tahunnya sekalipun, ia rela hanya diberi hadiah ulangtahun dan tidak perlu dirayakan besar-besaran seperti teman nya yang selalu merayakan ultah semeriah mungkin. Alva masuk, meletakkan buku yang ia pinjam minggu lalu, melihat Gaby diam seperti orang frustasi. ia mendekat, dan duduk di depan Gaby yang masih tak sadar akan kedatangan cowok Itu.
“Coklat, kok lo bengong?” Alva menarik buku ditangan Gaby, spontan saja menoleh kaget.
“Lo, ngapain?” jawabnya ketus, Alva tersenyum meletakkan buku itu kembali.“Kok diam aja, ntar kerasukan,” tanya Alva masih tersenyum. Gaby menarik napasnya dan menghembuskan perlahan, mengumpulkan buku-buku didepannya, dan menumpuk nya jadi satu.
“Gue pusing, nggak konsentrasi belajar, lo bisa ngajak gue cabut lagi, nggak?” ucap Gaby serius, Alis Alva terangkat, lalu ia tersenyum. Acara cabutnya ternyata cukup menarik buat Gaby.
“Lo, ketagihan cabut juga?” tanya Alva. Gaby mengangguk cepat, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kenapa? Lo ada masalah?” tanya Alva datar, ia berubah serius, ia melihat wajah Gaby tampak frustasi dan tak biasanya. Gaby ragu, apa ia harus cerita pada cowok didepannya itu atau tidak, tapi ia benar-benar butuh solusi agar Caca bisa merayakan ulang tahunnya minggu depan. Gaby mengiggit bibirnya kuat, menatap Alva ragu. Diam beberapa detik, detik berikutnya ia mencoba bercerita.
“Minggu depan Caca ultah, dan...” ucapan Gaby terpotong, ia masih ragu, apa dia bercerita pada orang yang tepat atau tidak.
“Terus...?” sambung Alva penasaran dengan apa yang Gaby pikiran saat ini, yang membuat gadis ini jadi berubah aneh.
“Dan gue jadi orang penghalang dia buat ngadain acara dia.” lanjut Gaby menunduk, akhirnya ucapan itu keluar dari mulutnya. Wajah merasa bersalah Gaby terlihat jelas dimata Alva. Alva mengangguk paham, jadi ini yang dipikirkan Gaby sejak tadi. Ia merasa kasihan pada cewek itu.
“Gue, merasa enggak berguna banget Al, gue merasa bersalah, dan gue nggak punya tempat cerita yang bisa kasih gue solusi.” tambah Gaby lirih. Alva masih diam, ia belum mau berkomentar, ia tahu, Cewek itu masih butuh cerita, dan mengeluarkan seluruh isi hatinya.
“Caca, juga jadi korban gue, sejak dia tinggal sama gue, dan gue nggak mau itu terjadi lagi, gue yakin Caca cuma jaga perasaan gue doang, gue tahu dia pasti pengen banget ngerayain ulang tahun dia sama seperti teman-teman dia, dan gue nggak tahu gimana caranya, biar oma dan mama bisa ngerayainnya.” jelasnya masih terdengar lirih, dan sangat putus asa. Alva tersenyum, ia menatap Gaby serius.
“Temuin mereka, kasih tahu, kalau lo nggak keberatan Caca ulang tahun, dan jelasin semua yang ada dihati lo selama ini, lo nggak mau jadi beban mereka, nggak mau jadi penghalang Caca lagi, gue siap kok, bantu lo cabut dari rumah pas Caca lagi ultah itu, jika lo nggak sanggup disana.” jelas Alva tersenyum, Gaby menatap Alva tak percaya, ia tak menyangka Alva punya solusi dan mau membantu dia untuk masalah ini. Dengan mata berkaca-kaca. Gaby mengangguk pelan, ia sekarang mengerti apa yang ia harus lakukan.
“Makasih Al, sorry selama ini gue kira lo orang paling ngeselin yang pernah ada, maafin gue.” ucap Gaby terharu, tanpa ia sadari sebulir air mata menetes di pipi nya. Alva terdiam, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghibur gadis itu, Alva mengusap air mata itu tersenyum.
“Kok, lo cengeng sih, bukannya jutek, gue lebih suka Gaby yang jutek dan pasang muka murung kesemua orang.” balas Alva tersenyum. Gaby mengangguk ikut tersenyum.
“Makasih Al, gue bakal coba ngomong pas pulang nanti, lo maafin gue nggak?” tanya Gaby berubah jutek menyeka air matanya. Alva berdiri, menggeleng.
“Gue laper, traktir gue dulu, baru gue maafin,” balas Alva tersenyum. Mendengar ucapan Alva Gaby langsung manyun, ia mengambil bukunya dan mengikuti Alva keluar.
“Aissst, uang gue korban lagi.” gerutu Gaby kesal, Alva tersenyum mendengar gerutuan Gaby dibelakang nya. Dari kejauhan Chisa menatap keduanya dengan tatapan aneh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...