Chapter 37

6.7K 296 7
                                    

****

“Oh iya, kata Cilla, Chisa punya kembaran, itu benaran?” tanya Gaby serius, Alva menoleh, ia bingung kenapa cewek itu juga tahu soal itu.

“Iya, tapi udah meninggal.” jawab Alva lirih, lalu tersenyum.

“Oh... kok bisa?”  Gaby serius. Ia menatap Alva bingung. Alva menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan perlahan.

“Dia kangker otak, dia juga pintar kayak lo, dia juga lawan berat gue di SMP, dia beda banget sama Chisa, rada tomboy gitu, dia anaknya blak-blakan, gue lebih dekat sama dia dari pada Chisa.” jelas Alva datar.

“Dan dia juga sama kayak mama lo, diamin penyakit nya sendirian, pas tahunya udah stadium empat aja lagi, dia bahkan nggak ngasih tahu ibunya kalau punya penyakit sebesar itu, gue kira waktu itu dia cuma mimisan biasa, ternyata malah...” ucapan Alva terpotong,  ia menatap Gaby yang serius mendengarkannya.

“Serius amat, biasa aja dong Gab.” ucapnya membuat Gaby Langsung memasang muka kesal.

“Ya iya lah, lo juga serius, lanjutin dong?” sahut kesal Gaby.

“Bersambung, kalau lo mau dengar tahun depan mana tahu kita cabut lagi.” jawabnya tertawa. Sebenarnya Alva tak bisa menceritakan nya, jadi dia mengalihkan nya ke Gaby yang lagi serius didepannya itu.

“Oh tuhan. Alva gila, gue serius, cepat, gue nggak bisa dengar cerita nanggung gini.” jawab Gaby jutek memukul bahu Alva kesal. Alva tertawa dan menjauh.

Ia melihat wajah kesal Gaby. Alva tersenyum dan mau nggak mau dia harus melanjutkan ceritanya.

“Terus... waktu kelas 3 itu, dia makin sering mimisan dan sering pingsan di kelasnya, ibunya curiga dan bawa dia kerumah sakit, kita baru tahu dia mengidap kangker itu, kangker itu udah nggak bisa di operasi lagi dan dia koma lebih dari 4 bulan, setelah itu dia bangun cuma sejam, dia natap ibunya, gue sama Chisa diam, dan dia nggak ngomong apa-apa dia cuma nangis gitu, pas jam 7 malam itu, dia udah nggak ada.” jelas Alva lirih.

“Jadi gue juga pernah ngerasain kehilangan sama kayak yang lo rasain itu, dan rasanya memang berat banget.” sambung Alva lagi, Gaby masih diam.

“Gue juga nggak nyangka bakal kehilangan dia secepat itu, dan gue juga benar-benar nggak percaya waktu itu, gue sama Chisa juga udah kayak orang begok, di tinggal gitu aja.” tambah Alva datar.

“Jadi dia yang nggak bisa bikin lo move on?” ucap Gaby datar spontan  membuat Alva menoleh, ia tak percaya kalau cewek ini juga tahu soal ini.

“Lo, tahu dari mana?” tanya Alva bingung.

“Sorry, gue nggak sengaja dengar lo sama Aurel ngomong di belakang perpus waktu itu.” kata Gaby tersenyum.

Dia benar-benar tidak bermaksud menguping saat itu, kebetulan saja ia lewat dan mendengar Aurel teriak dan tanpa sengaja ia dengar. Alva menatap Gaby datar yang kini memasang muka sedikit bersalah ke arahnya.

“Gue serius, gue nggak nguping, cuma nggak sengaja dengar, tapi gue nggak ember kok, jadi lo tenang aja, nggak bakal gue kasih tahu juga sama fans lo, sueeer!” jelas Gaby mengangkat dua jarinya ke arah Alva sedikit tersenyum. Alva menggeleng tersenyum. Ia baru kali ini melihat muka lucu Gaby yang merasa bersalah.

“Kalau lo mau, gue bisa bantu lo bisa move on?” ucap Gaby lagi-lagi tersenyum.

“Emang lo bisa, apa?” tanya Alva serius.

“Gampang, kecil itu.” ucap Gaby tersenyum.

“Okey, gimana? nggak usah bertele-tele, deh.” kata Alva serius.

“Itu tembok, kan? lo banting aja kepala lo disana?” sahut Gaby tertawa. membuat Alva menggeleng kesal, ia pikir cewek itu serius ternyata tidak.

“Lo ngerjain gue, berarti kalau ingatan gue hilang lo dapat juara umum, ide lo licik amat, hebat!  otak lo udah mulai jalan ni.” ucap Alva mengacak rambut Gaby  dengan kedua tangannya yang masih tertawa.

“Aissst, Alva Rambut gue ini mahal, jangan disentuh, katanya lo mau move on, itu cara paling ampuh, lo untung gue juga untung, adil kan?” jawab Gaby merapikan rambutnya tersenyum.

“Gue kira lo serius, tapi gue benaran lho, Gab, gue juga bingung gimana biar bisa move on?” ucap Alva serius. Gaby menoleh ia tak percaya dengan ucapan cowok disamping nya itu. Cowok gagal move on.

“Lo! Serius?” tanya Gaby cepat. Alva mengangguk serius.

“Gue serius, jujur gue nggak pernah cerita soal ini ke siapa pun termasuk Chisa, jadi lo bisa jaga rahasiakan, gue bawain lo coklat tiap hari deh, buat tutup mulut.’ ucap Alva membujuk, dengan cepat Gaby mengangguk, tidak ada untung nya juga untuk dia jika membocorkan masalah itu.

“Okey, gue bisa bantu lo, gue juga tahu apa obatnya patah hati itu, teman gue Dio dia juga pernah patah hati kayak lo. Dan dia gue tahu rahasia itu dan nggak butuh lama dia udah move on lagi.” ucap Gaby serius. Ia mulai berpikir keras. kalau ucapannya itu cuma bohong dan akal-akalan dia aja untuk membujuk Alva, untuk mendapatkan coklat gratis dari Alva, toh, nggak ada salahnya, irit uang jajan.

“Okey, apaan?” tanya Alva serius. Ia menatap Gaby serius. Gaby tersenyum ia masih memutar otaknya.

“Ntar pulang gue kasih tahu. Ajak gue dulu nonton, gue udah lama nggak nonton, ni.” ucapnya ke arah Alva yang langsung memasang muka kecewa mendengar ucapan Gaby. Ini benar-benar akalan Gaby saja.

“Omegat, cewek jutek rada aneh kayak lo ini juga matre rupanya, ayolah.” ucap Alva berdiri. Gaby menatap Alva tak percaya ia tak menyangka kalau cowok nyebelin kayak Alva bisa di bohongin segampang ini.

***

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang