***
“Okey, gue kalah, terus ngapain lo sama dia, di Labor bahasa yang sepi itu, ayo ngaku?” selidik Randy sedikit tersenyum penuh kemenangan, ia sekarang tahu cara menjatuhkan Alva. Alva ikut tersenyum, ia menggaruk kepalanya. ini pertanyaan yang sama di ajukan oleh Rayn dan Chisa padanya, dia rasa semua orang juga pasti bertanya apa yang di lakukan dia bersama Gaby disana.
“Pikiran lo ngenes amat, kebetulan gue lagi ngejar Gaby, yang bilangin resleting celana gue kebuka, dia ngerjain gue, makanya gue kejar, dia lari kesana, dan pas kita mau keluar, empat orang itu masuk, dari pada banyak yang curiga kita ngapain disana, jadi kita diam aja, eh nggak tahunya dia ngomongin gue, gitu ceritanya, udah puas, lo bisa tanya Gaby langsung, tu dia udah balik.” tunjuk Alva ke arah Gaby yang kebetulan masuk ke kelas, ia bingung menatap Alva yang menyuruh nya mengangguk.
“Iya kan, Gaby?” tanya Alva lagi. Gaby mengangguk cepat karena semua teman kelasnya sudah menatap ke arahnya aneh.
“Nah, gitu ceritanya, jadi jangan mikir aneh-aneh sama gue dan Gaby.” balas Alva tersenyum.“Kecuali kalau lo berdua jalan sama dia, baru boleh curiga yah.” ucap Bryan ke arah Alva.
“Wah, belum tentu juga sih, tapi iyain aja, ntar lo nangis lagi, kecuali Gaby nya mau jalan sama gue.” Sahut Alva tersenyum melirik Gaby yang sudah duduk di bangku nya dan menoleh ke arah Alva sekilas.
“Gue? nggak mau, mending sama orang gila dari pada sama lo.” jawab Gaby jutek membuat Cilla dan yang lain tertawa.
“Rugi banget dong lo, disaat semua orang ngantri buat jalan sama gue dan lo, malah nolak.” jawab Alva tersenyum, membela dirinya.
“Berarti gue beda sama yang lain.” Sahut Gaby mantap.
“Wah, berarti secara langsung lo nolak Alva dong Gab. Padahal tadi dia bilang suka sama lo.” ucap Bryan tersenyum melirik Alva sekilas.
Gaby mengangguk cepat, disaat bersamaan bu Selvi masuk dengan tampang kesal. Melihat semua siswa nya yang sedang berada di dalam, kelas yang tadi sedikit heboh langsung diam dan melihat bu Selvi yang berkacak pinggang, lalu menggeleng, di pintu masuk.
“Lho! bukannya latihan, tapi malah kumpul disini, ayo cepat, bu Tami udah nungguin tu.” ucap Bu Selvi dengan nada tinggi membuat semua siswa yang dikelas beranjak dari tempat duduknya. dan berjalan keluar kelas dengan wajah malas.
“Males buk, mending belajar aja.” sahut Randy langsung di pelototin bu Selvi.
“Randy, kamu!” ucap Bu Selvi menunjuk Randy yang langsung kabur sambil tertawa, takut di jewer bu Selvi yang sudah siap siaga dengan tangannya.
“Iya, buk, saya juga malas.” tambah Andy yang juga kabur setelah bicara seperti itu.
“Apalagi saya bu.” tambah Alva sedikit tersenyum lewat didepan Bu Selvi.“Yah, pantes aja kalian nggak bisa sampai sekarang, nggak ada yang serius gini.” ucap Bu Selvi berteriak ke arah rombongan Alva yang mulai berlari dari sergapan bu Selvi yang hendak mengejarnya.
“Kalian juga yah?” tanya Bu Selvi ke arah Gaby dan Cilla yang dengan polosnya kedua mengangguk tersenyum. Bu Selvi mengeleng tak percaya melihat siswa nya jadi pemalas seperti ini.
“Malas banget, buk!” jawab Bryan tertawa ikut berkomentar di belakang Gaby dan Chisa sedikit tersenyum.
“Ya ampun, anak-anak ini...” gerutu Bu Selvi kesal menatap semua siswanya yang berjalan dengan langkah malas menuju lantai satu. Tempat mereka biasa latihan.
***
Untuk memperingati hari ibu yang akan di adakan dua hari lagi. Semua siswa juga harus mengikuti satu pertunjukan untuk acara besok. Kelas Gaby yang di tunjuk untuk menyanyikan lagu ‘Terimakasih Ibu’ diikuti dengan irigan permainan Piano dari Alva di awal acara. Dan tidak hanya itu. Masih banyak acara lain lagi yang akan di tampilkan oleh siswa kelas lain. Seperti Drama musikal, pertunjukan band dari kelas 2 Ips dan pertunjukan rabbana dan juga ceramah. Masih banyak lagi. Semua kelas diberikan kesampatan untuk menunjukan bakat masing-masing siswa. Tak cuma itu, orang tua siswa juga akan diundang dalam acara ini. Dan acara malam hari nya juga akan di buka Bazar untuk umum, acara bazar nanti akan di isi dengan bintang tamu salah satu band yang cukup terkenal.
Gaby dan Cilla duduk diam memandangi teman-temannya yang saling heboh menyanyikan lagu yang akan di bawakan besok.“Ayoo, kita ulang lagi.” ucap Bu Tami menatap seluruh siswa dengan tatapan bingung.
“Jadi kalian satupun tak ada bisa yang nyanyi. Bisanya cuma belajar doang, Waktu tinggal dua hari lagi dan kalian masih terdengar tidak kompak.” omel bu Tami dengan raut muka kecewa, bagaimana tidak, mereka sudah satu minggu latihan, tapi masih saja banyak yang lupa lirik, ketinggian, dan malah tidak mengikuti permainan piano Alva.
“Kita mulai lagi, Al sudah siap!” ucap Bu Tami pada Alva yang duduk di depan Piano dengan cepat mengangguk. Mereka sudah sepuluh kali Mengulanginya.
Gaby dan Cilla ikut bergabung dengan teman-temannya dan mulai kembali latihan, semua siswa tampak serius karena sudah sering di marahin bu Tami, jadi tidak ada lagi yang main-main, jika ada yang tidak serius bu Tami berjanji akan menghukumnya. Sepertinya bu Tami berhasil, semua Siswa nya serius dan tidak ada terdengar tidak kompak dan lainnya. Bu Tami bertepuk tangan setelah semua siswa berhasil menyanyikannya.
“Yah, bagus, ini baru kelas terbaik, kita ulang lagi, sampai kalian semua benar-benar sempurna.” ucap Bu Tami memberi aba-aba dan semua mengikutinya kembali.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...