***
Semua sudah pulang, hanya tinggal ia dan Alva yang masih diparkiran cafe. Menatap kepergian semua teman-teman nya.
"Al, makasih untuk hari ini." ucap Gaby ke arah Alva yang berada disamping nya. Alva menoleh mengangguk tersenyum.
"Sama-sama Gaby, maafin gue yah," balasnya menunduk membuat Gaby menoleh bingung.
"Soal Apa?" tanya Gaby heran.
"Soal.. rahasia lo." balas Alva datar. Alis Gaby terangkat. Tak mengerti.
''Gue kasih tahu Caca semuanya" jujur Alva menunduk.
"Nggak apa. Al. Jujur gue terharu banget hari ini." ucapnya dengan mata berkaca ke arah Alva. Ia menunduk beberapa detik. Lalu detik berikutnya ia kembali mendongakkan kepalanya menatap Alva.
Alva terdiam, ia menatap Gaby dengan tatapan datar.
"Gue, boleh peluk lo nggak " ucapnya membuat mata Alva membulat ke arah Gaby, lalu mengangguk cepat. Gaby tersenyum dan mulai mendekat ke arah Alva, ia mulai memeluk Alva, air matanya menetes deras, ia tak tahu kenapa ia begitu terharu hari ini.
"Makasih buat semuanya...." lirihnya terisak dalam pelukan Alva. Alva mengangguk tersenyum.
"Maafin gue juga, selama ini gue anggap lo buruk tambah nya lagi. Alva tersenyum, ia ikut memeluk Gaby erat.
"Okey, terus apa lagi." tambahnya menyadarkan kepalanya di bahu Gaby.
"Gue udah salah sangka sama lo juga." ucapnya masih terisak.
"Udah, itu aja, dengarin aku ngomong yah." ucapnya tersenyum.
Gaby diam, ia menyeka air matanya pelan. Lalu mengangguk.
"Pliss, tetap kayak gini sampai gue selesai ngomong.'" ucapnya perlahan. Gaby kembali mengangguk. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia tersenyum.
Alva menggigit bibirnya, lalu menarik napas dan menghembus kan perlahan.
"Aku... Sayang sama kamu Gab." ucapnya refleks membuat Gaby terdiam, matanya membulat, ia tak salah dengar. Alva makin memperat pelukannya.
"Aku serius soal ini Gab, aku sayang banget sama kamu, aku nggak tahu sejak kapan, jujur kamu yang bikin aku nggak ingat apa-apa lagi jika sama kamu, dan kamu juga yang udah bikin aku move on, aku nggak minta kamu buat jadi pacar aku kok, cukup tahu aja gimana perasaan aku sebenarnya." ucapnya membuat Gaby kembali terdiam. Ia mencoba mencerna semua ucapan Alva padanya. Ia tak tahu sejak kapan detak jantungnya makin tak karuan.
"makasih udah bikin aku selalu nyaman pas sama kamu, happy birthday yah." Alva melepaskan pelukannya menatap Gaby dalam-dalam tersenyum.
Gaby cuma diam, ia benar-benar sudah seperti patung tidak tahu harus berkata apa."Selamat ulang tahun coklat..." ulang Alva mengacak rambut Gaby dengan kedua tangannya tersenyum.
Alva mengeluarkan sebuah kalung berliontin coklat dari dalam saku celana yang di pakai nya dan menyodorkan nya ke arah Gaby.
"Aku pasangin yah." ucapnya mengalungkan kalung itu keleher Gaby yang masih diam tak berkutik. Ucapan Alva sudah benar-benar merubahnya jadi patung. Detak jantungnya kembali berpacu kencang.
''Cantik banget,..."Ucapnya tersenyum.
Bahkan untuk mengucapkan terimakasih saja ia sudah tidak sanggup.
"Yuk, balik." Alva menarik tangan Gaby yang masih diam. Ia benar-benar tidak punya tenaga untuk berjalan setelah mendengar semuanya dari Alva.
''Yah, kok bingung..." ucapan Alva kembali terpotong saat Gaby kembali memeluknya erat, bahkan lebih erat dari pelukan pertama tadi. Gaby tersenyum. Ia meletakan kepalanya di dada Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...