***
Gaby baru saja hendak keluar dari toilet, iya tak sengaja bertemu dengan Aurel di pintu masuk, Aurel menatapnya dengan tatapan aneh, memangku tangannya, mendekat ke arah Gaby, Gaby mundur, sedikit bingung. Ia benar-benar tak mengerti kenapa gadis itu jadi berubah aneh padanya.
“Oh, jadi sekarang lo ngajak Alva cabut, keren banget.” ucapnya sinis, Alis Gaby terangkat. Jadi Aurel mengira Gaby yang mengajak Alva cabut. Gaby menghentikan langkahnya, iya benar-benar geram melihat Aurel yang berubah dratis tanpa tahu masalah nya.
“Kalau iya kenapa?” jawab Gaby ketus sedikit tersenyum, melihat tampang kesal Aurel tercetak habis diwajahnya.
“Oh, iya, gue lupa, lo udah berapa kali ditolak, tapi tetap aja ngejar, kasian banget sih lo, malu-maluin banget.” ucap Gaby tersenyum sinis, Aurel menoleh kaget, matanya menatap Gaby melotot, ia hendak menampar Gaby, untung saja Cilla masuk dan menghentikan keduanya. Kalau Cilla tidak datang lebih cepat bisa saja keduanya sudah berantem di sana.
“Dasar cewek gila, jangan sok pinter lo,” balas Aurel kesal menatap Gaby sinis. Gaby kembali tersenyum sinis.
“Oh Tuhan, gue kok kasian yah sama lo, lo baiknya ada maunya aja.” ucap Cilla kesal menarik Gaby keluar dari sana. Ia benar-benar benci melihat tingkah Aurel akhir-akhir ini.
“Lo, nggak apa-apakan Gab?” tanya Cilla menoleh Gaby, Gaby mengangguk tersenyum.
“Kenapa, kok lo nyusul gue?” tanya Gaby bingung.
“Alva nyuruh gue ngikutin lo, dia takut lo Pingsan di toilet.” ucapnya membuat Gaby terkekeh, ia mengucir rambutnya tinggi-tinggi.
“Haha, Dia kira gue penyakitan, apa?” balas Gaby masih terkekeh, merasa lucu sendiri. Cilla mengangguk polos, sedikit tersenyum.
“Dia takut lo mewarisi penyakit mama lo, makanya dia suruh gue nyusul lo kesini, gue juga tadi khawatir banget sama lo, lo nggak apa-apa, kan? tadi gue titip minum ke Rayn, dia kasih ke lo juga kan?” tanya Cilla serius. Gaby mengangguk tersenyum, ia kira minuman itu dari Rayn, ternyata bukan, tapi dari cewek manis yang sedang berjalan disamping nya itu.
“Cilla,”panggil Gaby serius, Cilla menoleh bingung.
“Apa?” jawab Cilla datar.
“Lo, ikhlas nggak sih jadi teman gue, gue harap lo nggak kayak Aurel juga.” ucapnya serius. Cilla menoleh tersenyum dan merangkul bahu Gaby erat.
“Gue nggak gitu, kalau nggak, ngapain juga gue masih disini bareng lo, bisa aja gue cari teman baru atau nggak ngikutin Aurel, gue masih mau main sama cewek jutek kayak lo.” balasnya tertawa ke arah Gaby yang ikutan tertawa.
“Serius, gue kira lo bohong.” jawab Gaby tersenyum.
“Kagak,” Cilla mengeleng. Gaby bersyukur masih punya Cilla yang mau jadi teman dia, menginggat dia kecewa dengan perubahan sikap Aurel padanya. Entah karena apa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...