***
"
Rumah lo, keren banget Al, gue suka banget" ucap Gaby serius, Alva tersenyum mendengarnya. Alva ikut brdiri dari tempat duduknya. Ia mengingat sesuatu.
"Oh, yeah, Gab, tunggu bentar..." Alva berlari ke lemari nya. Gaby bingung.
Membalikkan tubuhnya melihat Alva berlari ke lemari di kamarnya. Alva tersenyum, mengeluarkan boneka beruang berukuran sedang, dan menyodorkan ke tangan Gaby. Alis Gabt terangkat, tak mengerti."Buat, lo, atas kunjungan ke rumah, dan ke kamar gue" ucapnya tersenyum ceriah, sedikit ragu Gaby mengambilnya.
"Makasih, lucu juga, lo punya boneka juga..?" tanya Gaby tersenyum.
"Sedikit, gue simpan sih, kalau pajang, beda lagi ceritanya, haha" Alva tertawa, Gaby menyengir dan menatap boneka itu senyum.
"Dari fans...?" tanya Gaby lagi.
Alva menoleh, dan menunjuk boneka Gaby.
''Kalau, itu nggak, gue beli kok, serius, masa gue ngasih lo hadiah dari fans" ucap Alvs sewot, Gaby tersenyum.
"Mana, tahu, nggak milik Gheissa kan? Ucap Gaby menghentikan langkah Alva, Gaby memukul kepalanya, merasa bodoh dan keceplosan.
"Omegat, nggak ada embel-embel Gheissa dirumah Gue, Gab, plis jangan bahas Gheissa lagi, lo orang yang membuat gue lupa sama dia, jadi gue nggak mau lo bahas dia" ucap Alva membuat mata Gaby melotot. Alva tak kalah kaget, ucapan itu meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa bisa ia hentikan. Keduanya diam mematung, saling menatap aneh, tak mengerti.
"Hallo!! anak bunda lagi ngapain?" suara bunda Alva membuat keduanya tersadar. Gaby menoleh tersenyum. Ia dan Alva terselamatkan dari rasa canggung yang mendadak terjadi dengan kehadiran bundanya.
Alva berjalan lebih dulu, ia melewati Gaby begitu saja, keluar dari kamarnya.
"Udah, kelilingnya, Gab, kamu dikasih boneka sama Alva, coklat juga?" rentetatan pertanyaan bunda Alva pada Gaby.
"Oh, iya nih tante, katanya sebagai ucapan kunjungan nya" ucap Gaby menujukan coklat dan boneka yang dipegang nya sedikit tersenyum.
"Ooh, bagus lah, yuk, papa kamu udah mau pulang, tante senang banget kamu kesini, tante mau besok kesini lagi yah, besok tante suruh jemput Alva, deh" ucapnya tersenyum merangkul Bahu Gaby, Gaby mengangguk tersenyum. Ia benar-benar nyaman berada disini, dan ia juga tidak mengerti, kenapa rumah ini tidak asing baginya.
***
Gaby sudah berada didepan pintu masuk rumah Alva, sebentar lagi mereka akan pulang, Alva ikut berdiri dibelakang bundanya."Gaby..izin pulang dulu tante, makasih makan malamnya, aku serius, rumah tante keren banget" ucap Gaby ramah menunjukan dua jempol nya. Bunda Alva tersenyum, mengangguk.
"Makasih, cantik, besok main lagi kesini yah, kan kalian kenal, jadi jangan ragu-ragu kalau mau kesini?" ucap bunda Alva tersenyum. Gaby mengangguk tersenyum.
" dan juga ini, thanks Al" ucap Gaby pada Alva yang masih berdiri mematung sejak tadi.
Alva mengangguk. Sedikit tersenyum.
"ya udah kita pamit dulu, Alva ngapain kasih ratu coklat, dia udah punya banyak dirumah" ucap papanya membuat bunda Alva memicingkan matanya ke arah Alva.
"Jangan bilang.....?" bunda Alva penuh selidik, Alva menepuk jidat nya, ia tahu apa yang harus ia lakukan, dan apa yang ia janjikan dengan bundanya kemaren.
"Om, saya minta maaf...?" ucap Alva menunduk menyesal membuat bunda, ayahnya dan Gaby ikutan bingung.
"Soal apa? Kok minta maaf?" tanya Papa Gaby bingung.
Alva menggaruk kepalanya, sedikit tersenyum, matanya melirik Gaby yang sama memasang muka bingung."Soal, ngajak anak om, cabut" ucap Alva cepat, muka bersalah tercetak jelas di muka Alva. Papa Gaby tersenyum mengangguk.
"Ooh, Jadi firasat bunda beneran, Gaby orangnya, tapi dia nggak jutek"ucap bundanya membuat Alva melotot, kembali mengingat ucapannya kemaren.
"Om, maafin, tapi jangan di ulang, dan om nggak tahu soal ini, Gaby nggak pernah cerita, tapi karena kamu minta maaf, om bangga sama kamu, menyadari kesalahan kamu" ucapnya menepuk bahu Alva lembut. Alva tersenyum. ia menatap Gaby sekilas yang masih bingung.
Gaby tak menyangka Alva punya keberanian seperti itu, membuat ia cukup kaget."Awas, kalau cabut lagi, ayah nggak bakal maafin" tambah ayahnya yang dari tadi geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.
"Sip, bos, nggak bakal lagi kok, yah kan Gab" lempar Alva pada Gaby yang mengangguk cepat lalu tersenyum.
"Yah, benar, kita minta
Kita minta maaf" ucap Gaby mantap, menunduk, Alva tersenyum ikut menunduk. Membuat ketiga orang itu tersenyum.Dengan perasaan legah Alva menatap Kepergian Gaby dan Papanya keluar dari pekarangan rumah nya. Menghilang di Gelap malam.
"Masuk... Nanti masuk angin" teriak bundanya dari dalam.
"Bentar lagi bun..."teriak Alva duduk diam di teras rumah nya, mengingat kembali ucapan tidak diduganya, yang meluncur begitu saja di mulutnya.
Ia tidak mengerti, tapi itu memang kenyataan bahwa sejak dekat dengan Gaby iya benar-benar lupa akan cewek itu.Alva mengusap mukanya, dan berdiri, masuk kedalam, menuntup pintu rumahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Roman pour Adolescents"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...