***
Caca menyeruput mocha latte di depannya sedikit, lalu meletakan kembali gelasnya di atas meja. Lalu menoleh ke arah Alva yang sedang memainkan ponselnya. Detik berikutnya Alva menutup permainan di ponselnya.
"Lo, mau ngomong apa, ca." Tanya Alva memetakan ponselnya di atas meja, fokus ke Caca.
Caca diam, memandang Alva datar.
"Soal Gaby." jawabnya jujur. Alis Alva terangkat tak mengerti.
"Kenapa?" Tanya Alva serius.
"Gimana perasaan lo sama dia." tanya Caca serius, membuat Alva refleks terdiam. Matanya membulat.
"Gue mau lo jujur soal ini, gue suruh lo jauhin dia, tapi masih tetap lo dekatin." jelasnya. Alva mengigit bibirnya, berpikir sejenak.
"Sorry, gue nggak nurutin ucapan lo." balasnya datar. Caca tersenyum sedikit.
"Gue nggak larang lo, cuma gue takut dia juga bisa....." ucapan Caca terpotong, ia menatap Alva serius.
"Gue tahu, tapi gue nggak bisa jauhin dia." potong Alva refleks membuat Caca menoleh menatap Alva dengan tatapan bingung.
"Kenapa?" tanya Caca lagi.
"Gue... sayang sama dia.'' balas Alva terbata, Caca melotot kaget tak percaya jawaban Alva.
"Gue serius soal ini, Gue bukan jadiin dia Bayangin Gheisa di hidup gue, kalau lo mikirnya gitu, gue sama sekali nggak ingat Gheisa pas lagi sama dia, gue benar-benar lupa dan gue,, nyaman sama dia." Jawab Alva jujur. Caca masih diam, ia berusaha sadar kalau ucapan Alva tidak benar-benar ada.
Dada nya terasa sesak. Caca menarik napas perlahan dan menghembuskan nya berat.
Ia sudah bisa menebak ia akan mendengarkan ucapan ini lagi, untuk kedua kalinya. Ia merasa Dejavu. Mengingat kejadian ketika Gio juga mengatakan hal yang sama padanya, menyukai Gaby daripada dia."Baguslah, gue lega dengar nya, lo udah bilang itu ke dia." jawab Caca serius. Alva menggeleng pelan.
''Belum, Gaby lagi banyak masalah, gue nggak mau nambah beban pikiran dia." ucapnya datar.
"Habis ujian lo bisa nembak dia, gue atur jadwal kencan nya, asal nggak lo sia-siain dan Lo sakitin aja." ucap nya sedikit tersenyum.
"Enggak usah, Ca, gue masih ragu mau bilang secepat itu sama dia, tunggu dia aman dulu dan masih banyak yang mesti gue kasih tahu ke dia."tambah Alva. Caca mengangguk tersenyum.
"Okey, terserah lo deh, yang jelas minggu depan Gaby ulang tahun, dan gue rasa itu kesempatan yang bagus buat kasih tahu dia hal itu." ucapnya tersenyum. Alva menaikan alisnya, menatap Caca serius.
"Nggak di rayain?" tanya Alva serius. Caca menggeleng pelan.
"Mama sama Oma masih mikir, takut dia marah dan trauma dia kambuh lagi, jadi gue nggak tahu, biasanya aku kasih dia hadiah ultah satu hari sebelum itu, gue masih mikir buat kasih dia apa?" balasnya bingung.
"Dan papanya juga nggak bisa datang karena kerjaan dia lagi banyak-banyak nya, biasanya Gaby hampir satu hari di tempat mamanya dan kita nggak mau ganggu dia." tambahnya Datar. Mendadak Alva mengingat ucapan Yang tempo hari.
"Kenapa dia nggak mau di ganggu?" tanya Alva serius.
"Hm, nggak tahu sih Al, Oma bilang kalau suruh biarin Gaby sendirian disana." ucapnya serius.
Alva mengangguk paham, ia sekarang mengerti oma lah yang semakin membuat Gaby semakin sedih.
"Gue bukan mau ikut campur urusan keluarga lo, gue cuma mau bilang kalau perlakuan oma lo itu sebenarnya salah sama Gaby, Gue rasa dia tidak pernah mau sendiri, dia udah kesepian masa kalian suruh sendiri lagi dan satu lagi gue rasa Gaby butuh juga perlakuan sama kayak biasanya, oma lo menganggap Gaby Terlalu menyedihkan padahal ia sendiri udah tahu hal itu, dan seharusnya oma lo nggak usah memperjelas ke adaan seperti itu lagi." jelasnya kesal dan terdengar jutek. Caca menatap Alva dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Alva? Gaby cerita apa aja ke Lo, jujur ke Gue?" ucapnya serius. Alva menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia baru sadar kalau ia keceplosan beberapa ucapan Gaby.
"Hm, nggak ada, gue cuma sedih aja cara oma lo ke dia, dan gue pikir itu salah Ca." jujurnya lagi.
"Gaby pasti cerita ke lo kan? Dia ngomong apa aja." Caca makin penasaran menatap Alva penuh seledik.
"Nggak ada." Jawab Alva menggeleng cepat.
Caca tersenyum simple.
"Alva, lo bohong, gue yakin
Gaby cerita ke lo, dia cerita apa aja, bagaimana juga gue harus tau, dia adik gue, lo lupa" ucap Caca serius. Alva menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan."Bukan gue nggak mau, cuma dia larang gue buat kasih tahu hal itu ke lo." jujur Alva refleks membuat Caca terdiam. Ia menatap Alva dalam-dalam.
"Truss, lo mau, lo pikir gimana kita tahu perasaan Gaby kalau dia nggak kasih tahu kita dan pas ada orang yang dia kasih tahu, lo malah mau jaga rahasia dia." balas Caca serius. Alva diam, ucapan Caca ada benarnya.
"Jadi dia ngomong apa aja ke lo, gue tahu dia orang yang jarang cerita ke siapa aja. Berarti dia percaya ke lo, Al" ucapnya serius.
"Dia cuma bilang mau diperlakukan sama kayak lo sama oma lo," jawab Alva jujur. Caca terdiam. Ia baru sadar ucapan Gaby beberapa minggu lalu juga seperti itu. Gaby memang ingin sekali di perlakukan seperti itu.
***
Ujian semester berakhir hari ini, Hari ini dan dua minggu kedepan bebas belajar dimulai. Gaby mengangkat tinggi-tinggi tangannya, sedikit tersenyum. Dia merasa bebas, Gaby Lalu mengumpulkan alat tulisnya yang berserakan di atas meja dan memasukan kedalam tasnya."Gaby, besok pagi ke mall yuk." ajak Cilla dari belakang ke arah Gaby. Gaby menoleh, ia memikirkan ajakan Cilla beberapa detik, lalu menggeleng.
"Sorry Cill, gue mau ke tempat mama, soalnya." balas Gaby lirih. ia ingat hari besok ulang tahun dia dan mesti berada di tempat mamanya."Gimana kalau sekarang aja." ajak Aurel dari arah bangku nya refleks membuat Cilla dan Gaby menoleh.
Gaby kembali diam, ia tidak punya rencana untuk hari ini dan tidak ada salahnya ia pergi dengan dua orang ini, lagian selama ini hubungan mereka sudah semakin meregang.
"Hm...gue bawa mobil kok Gab." tambah Aurel lagi, ia beralih pandang pada Cilla, memberi kode agar Cilla ikut berkomentar untuk mengajak Gaby.
"Yukk, Gab, pergi yah, kita nonton sama makan yuk, kangen nih, kita nggak pernah pergi bareng soalnya." Cilla tampak memasang muka manyun ke arah Gaby.
"Okey, yuk, tapi lo yang traktir yah." ucap Gaby refleks membuat Cilla mengangguk tersenyum.
"Pastii, yuk rel." Ajaknya menarik tangan Gaby dan Aurel merangkulnya keluar kelas sambil tertawa.
"Gab, gue minta maaf yah," lirih Aurel ke arah Gaby. Gaby menoleh Lalu mengangguk tersenyum.
"Maafin gue juga. udah sering nolak lo berdua." sahutnya merangkul Cilla dan Aurel bersamaan sambil tersenyum.
"gini dong, akur, baru namanya sahabatan." ucap Andy dari belakang bersama Randy membuat ketiga nya menoleh, lalu saling pandang, detik berikutnya mereka malah tertawa.
Menyadari kalau mereka memang sudah berbaikan. Gaby tersenyum merasa lega, ia berjanji tidak akan menolak jika dua orang ini mengajaknya lagi. Ia berharap semoga semua tetap seperti ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...