Chapter 15

8K 381 1
                                    

***
Baru menyadarinya
****


Gaby duduk di dekat jendala kamarnya, sedang membaca buku bahasa Indonesia, ia tidak bisa konsentrasi dari tadi, sudah satu jam lebih Gaby duduk di sana, tapi ia masih membaca halaman itu-itu saja, dan tidak ada satupun yang masuk ke kepalanya, pikirannya tertuju pada kejadian tadi siang di sekolah, dengan mudahnya Alva percaya dia yang mengadukan Baim pada Pak Charles, Gaby membanting bukunya kesal ke meja di depannya dan memungut coklat yang berserakan di atas meja, dan memakannya dengan kesal.

"Awas lo, Alva, lo bikin gue nggak bisa konsentrasi." Gerutunya kesal. Ia mengusap mukanya Frustasi. Biasanya kalau sedang tidak bisa konsentrasi Gaby akan memainkan kalung Mamanya. Gaby meraba lehernya dan kaget. Kalung itu tidak ada di sana. Sontak saja Gaby berdiri.

"Kalung gue?" gumamnya baru sadar Gaby kembali mengeceknya tapi tidak ada, dengan panik Gaby berlari pada tasnya yang ia letakan di atas meja belajarnya, mengambil tas itu dan menuangkan semua isinya ke atas meja berharap benda itu ada di sana.

"Tidak ada, Gaby bego, lo tarok di mana?" batinnya mulai berpikir dimana ia letakan kalung itu tapi pikirannya benar-benar tidak menunjukan apa-apa.

"Aissst." Gaby makin panik, ia mencari di semua tempat di dalam kamarnya. Caca yang masuk tiba-tiba, jadi kaget di buatnya dengan kamar Gaby yang sudah tidak berbentuk lagi dan super berantakan.

"Omg.... Apa yang terjadi di sini?" Caca masuk melihat Gaby duduk di atas tumpukan boneka dan buku-buku dengan wajah lemas.

"Lo, kenapa?"

"Ngamuk?" tanya Caca mendekat, melihat Gaby heran.

"Kalung gue hilang, lo lihat nggak?" ucapnya dengan nada lirih, menunjuk wajah kasian pada Caca, Caca mengeleng tidak tahu.

"Gue nggak tahu, kalau gue tahu pasti udah gue kasih ke elo." Ucapnya serius sambil memungut beberapa boneka dan menyusunnya di atas tempat tidur Gaby lalu kembali menatap Gaby dengan wajah datar.

"Coba lo pikir lagi, tarok di mana?" usul Caca ikut mencari di beberapa tumpukan buku-buku Gaby sambil menyusunnya.

"Gue nggak tahu, mungkin di sekolah, pak Rahmat belum pulang, kan?" ucapnya berdiri berjalan ke lemarinya mengambil jaketnya di gantungan.

"Dia udah pulang dan ini udah malam, nggak mungkin lo ke sana sendirian, besok aja." Caca menoleh pada Jam dinding kamar Gaby menunjukan pukul setengah sebelas. Gaby meletakan kembali jaketnya dan mulai merapikan barang-barangnya yang berserakan di mana-mana. Caca menoleh serius pada Gaby yang kini tampak diam dengan muka kusut.

"Lo nggak apa? Besok pasti ketemu, nggak usah khawatir." ucap Caca mencoba menenangkan. Gaby mengangguk pelan sedikit tersenyum, semoga saja, Caca ikut tersenyum, ia tahu kalung itu berharga banget buat Gaby, dia ingat pertama kali Gaby tinggal disini, hampir tiap hari ia melihat Gaby memegang kalung itu, dia melihat tak ada satu kalipun Gaby tak membawa kalung itu kemana ia pergi. Sampai akhirnya Oma membujuk untuk memakaikannya pada Gaby, tapi dia tidak mau dan bilang kalau kalung itu Mamanya. Kalung itu satu-satu peninggalan Mamanya, hadiah Ulang tahun Gaby terakhir kalinya yang diberikan Mamanya padanya.

***

Omanya menatap Gaby dengan tatapan datar, lalu beralih pada Caca yang sibuk memotong roti selainya jadi kecil-kecil. Gaby mengambil roti miliknya dan memakannya sedikit, menatap piring-piring di depannya dengan tatapan kosong. Oma dan Caca saling pandang, keduanya mengangkat bahu bersamaan. Tidak tahu berbuat apa.

"Hilang dimana kalungnya?" tanya omanya dengan nada lirih, Gaby menoleh dan menggeleng.

"Ntah la, aku lupa di mana Oma." Jawabnya dengan raut muka sedih.

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang