Chapter 74

6.4K 284 1
                                    

***

Alva menoleh ke jam yang melingkar ditangannya menunjukan pukul 7 malam, ia Melihat Gaby masih sibuk dengan bukunya. Alva mendekat, merebut buku itu serius.

"Yuk, pulang, dari tadi sampai sekarang lo belajar mulu, ntar lo bisa mimisan. Atau nggak kena kanker otak." ucap Alva serius, Gaby menoleh kesal menarik paksa bukunya kembali.

"Gue belum mau pulang, pulang aja lo, mau mimisan atau sekalian mati itu lebih bagus," sahutnya kesal. Alis Alva terangkat menatap Gaby tak percaya.

"Lo ada masalah, apa dirumah?" tanya Alva serius.
Gaby mengeleng serius.

"Ntar nenek lo nyariin, ayo pulang." sahut Alva lagi.

"Alva, plis jangan ganggu gue, gue masih betah disini, mending lo pulang deh." ucapnya serius.

"Sebelum lo pulang, gue juga nggak bakal pulang. Udah dong, Gab, lo udah pinter kok. Dari jam 4 sampai sekarang lo masih betah sama ni buku. Yuk pulang.." Alva mengumpulkan semua buku-buku Gaby yang berserakan di atas meja dan memasukan kedalam tas Gaby. Gaby mengaruk kepalanya Kesal.
Konsentrasi Gaby hilang, Ia sudah tidak bisa lagi menyelesaikan satu soal pun. Karena Alva terus mengoceh mengajaknya pulang.

"Yuk..."ajak Alva lagi setelah memasukan semua buku Gaby dan menarik tangan Gaby. Gaby melepaskan pegangan Alva dengan wajah datar.
Dan merebahkan kepalanya di meja karoke dengan wajah sedih. Alva menatap cewek itu bingung.

"Kalau ada masalah, lo bisa cerita gue kok." ucapnya serius. Gaby menarik napasnya berat, lalu mengeleng perlahan. Ia tidak mungkin cerita kalau ia jadi terlihat canggung plus aneh sama saudara nya gara-gara cowok bego yang sedang berada di disampingnya dan terus menganggunya sejak tadi siang. Ia tidak mungkin mengatakan hal itu.

Sebenarnya ia masih belum ingin pulang dan berada tetap disini. Tapi ia juga tidak mau untuk berdebat dengan cowok super nyebelin itu. Gaby meraih tasnya dari tangan Alva yang masih diam menatapnya bingung.

"Gue, nggak apa-apa, yuk pulang." ucap Gaby menyandang tasnya dan beranjak dari tempat duduknya. Alva mengikutinya dengan seribu tanda tanya.

Gaby melangkah keluar karoke dengan langkah cepat.

"Tempat burger yang enak lo tahu dimana..?" Tanya Gaby serius ke arah Alva yang berjalan disampingnya bingung. Heran cewek ini masih belum ingin pulang.

"Dekat sini, sih, hm..ada di seberang sana, nggak jadi pulang?" tanya Alva serius.

"setelah itu...baru pulang, cepat dimana, gue lapar ni." balasnya serius mendorong Alva sedikit tersenyum. Alva mengangguk menuruti Gaby, ia mengambil langkah cepat, dan Gaby mengikutinya dari belakang.

Gaby mengikuti langkah Alva sedikit tersenyum, ia memang sudah lama tidak makan burger dan sekarang waktu yang tepat, batinnya. Tinggal beberapa meter lagi menuju tempat yang di maksud Alva, matanya menatap langit yang bertabur bintang. Refleks Gaby terdiam, kakinya masih terus berjalan. Untuk pertama kalinya ia berdiri menatap begitu banyak bintang disana. hal yang ia sukai, yang selalu ia hindari, sejak kematian ibunya. hal yang membuat ia sedih, tapi untuk hari ini, ia merasa ada yang aneh, ia tidak merasa sedih sama sekali, bahkan ia merasa bahagia melihat begitu banyak bintang yang seolah mengatakan kalau mereka memang indah

"Gab, itu tempatnya.." tunjuk Alva membalikan tubuhnya ke arah Gaby yang Berjalan sambil menatap langit, Langkah Alva terhenti melihat cewek itu bingung. Seulas senyum terpampang jelas di bibir Gaby refleks membuat Alva terdiam, ia mengikuti arah pandangan Gaby ke arah langit.

"Bintang..."Gumam Alva. Lalu kembali menatap cewek itu serius yang terus berjalan ke arahnya. Sedikit tersenyum Alva menunggu cewek itu untuk menabrak nya.

Bruuukk....

Gaby menoleh kaget melihat ke arah Alva berdiri tepat didepannya, sedang menatap nya Diam, Gaby menggigit bibirnya. ia sadar untuk kedua kalinya ia Menabrak cowok itu. Matanya menatap Alva yang juga menatap Gaby serius.

"Sorry,, Al.." ucapnya terbata, menepuk jidat nya, merasa bodoh. Gaby mundur satu langkah dan Kembali fokus ke langit.

Alva menoleh lagi ke cewek yang di depan nya sudah sibuk melihat bintang-bintang itu sambil terus tersenyum. Alva ikut tersenyum, ia kembali mengingat ketika cewek itu bilang iya tidak suka bintang, hanya ibunya yang suka.

"Berarti lo banyak bohong nya." ucap Alva refleks membuat Gaby menoleh.

"Maksud lo?" Gaby menatap Alva binggung. Ia tidak ingat akan ucapannya beberapa waktu lalu.

"Kemaren lo bilang nggak suka, tapi lo lihat nya nggak berkutik dan nggak berkedip...sama sekali, dasar tukang bohong." ucap Alva tertawa mengoyang kepala Gaby dengan kedua tangannya. Gaby hanya diam lalu tersenyum.
Ia mengingatnya.

"Lihat, Ma, ada orang yang berani ngacak-ngacak kepala anak mama." ucap Gaby membuat Alva tersenyum.

"Lo, ngomong sama siapa? Tanya Alva cepat.

"Sama mama gue. dia disana lagi lihatin lo ngacak-ngacak isi kepala gue, jadi menjauh sebelum mama gue marah." ucap Gaby kesal, lalu tersenyum menyadari Alva yang mendadak diam.

"Gaby, lo masih normal kan?" tanyanya cepat. Gaby merapikan rambutnya, lalu mengeleng.

"Setengah gila," ucapnya tersenyum berlari pergi ke arah tempat burger yang di maksud Alva, meninggal kan Alva yang mengeleng bingung melihat tampang aneh Gaby. Dan mengikuti Gaby.

Gaby memesan dua burger untuknya dan Alva. Sebelum pesanannya datang, Gaby kembali fokus ke langit.

"Wah, banyak banget kan Al," ucapnya terus tersenyum menatap langit, membentangkan kedua tangannya ke Udara.

Alva mengangguk, ikut menoleh ke atas langit dan beralih ke cewek di depannya, untuk pertama kalinya ia melihat cewek itu se bahagia ini di depan matanya.

"Suka banget...?" tanya Alva refleks membuat Gaby mengangguk tersenyum.

"Banget, cuma dulu gue sedih karena selalu ingat mama kalau lihat bintang kayak gini, makanya gue bilang nggak suka, sekarang nggak lagi, gue udah iklas mama pergi kok. Dan memang sih gue nggak pernah lihat bintang lagi setelah mama pergi." ucapnya tersenyum. Alva cuma bisa mengangguk.

"Dan ini pertama kalinya, gue lihat lagi..." tambahnya tersenyum.

Alva mengangguk paham, ia membiarkan Gaby. Dan mengambil pesanan Gaby, setelah itu beranjak ke arah Gaby, yang matanya masih menatap Lurus langit. Alva menyodorkan Burger ke tangan Gaby. Gaby mengambilnya tersenyum.

"Thanks, Al, besok gue bayar." ucapnya Beranjak pergi.

"Taxi..." ucap Gaby melihat taxi berhenti tak jauh darinya. Dan berlari kesana. Tapi dengan cepat Alva menghentikan langkah nya. Gaby menoleh bingung.

"Gue antar pulang..." ucapnya serius.

"Hm...makasih Al, gue juga mau ngilangin trauma ini, nggak selama nya gue harus pake sopir pribadi." ucapnya serius, melepaskan pegangan Alva padanya dan masuk kedalam taxi itu.

Alva cuma bisa diam, ia tidak bisa mencegah kemauan cewek ini, ia tampak begitu serius.

Gaby masuk kedalam taxi tersenyum, ia melambaikan tangannya ke arah Alva.

"Al, good night, see you yah.." ucapnya membuat Alva tersenyum, lalu Mengangguk.

"Byeee...hati-hati, kalau ada apa-apa telpon gue '' ucap Alva meletakan tangannya di telinga. Gaby mengangguk cepat.

"Lo, juga hati-hati. Jalan pak" ucap Gaby tersenyum. Alva mengangguk tersenyum.

***

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang