***
Gaby si Jutek dan Ide busuk
***
Gaby baru saja balik dari toko buku depan sekolahnya, ia minta izin pada satpam untuk membeli buku matematikanya yang sudah habis dan kebetulan di koperasi sekolahnya juga kehabisan stok, membuat ia harus keluar dari lingkungan sekolah. Mata Gaby tertuju pada dua gadis yang juga melihat ke arahnya dengan tatapan aneh, merasa tak peduli, tapi tiba-tiba dua cewek berseragam sekolah beda dengan Gaby itu menghentikan langkahnya.
“Hey, tunggu!” ucap salah satu gadis itu berjalan ke arah Gaby yang langsung melihat kiri kanannya, berharap bukan dia yang dipanggil orang itu.
“Gue!” tunjuk Gaby pada dirinya setelah sadar di jalan itu hanya ada dia saja.
“Ya iyalah, emang kita ngomong sama tembok.” ucap cewek di belakangnya memangku tangannya melihat ke arah Gaby dari ujung kaki ke ujung kepala. Merasa aneh dan sangat tidak suka, Gaby melototi matanya membuat kedua cewek itu tersenyum.
“Sebentar, lo, bisa bantuin kita, nggak?” ucap Cewek satunya lagi yang berdiri di sebelah Gaby, Gaby spontan menaikan alisnya bingung, anak sekolah lain minta tolong padanya, apa mereka tidak sedang sekolah. Oke, ini lagi jam istirahat tapi bisa saja seenaknya mereka keluar dari halaman sekolah dan malah berakhir di depan sekolah Gaby.
“Oh sorry, gue bukan orang yang bisa lo suruh-suruh.” jawab Gaby jutek hendak melangkah kembali, tapi cewek itu menahan lengan Gaby membuat Gaby menoleh kesal.
“Astaga? Apaan sih pegang-pegang gue, lepasin, gue sibuk.” jawab Gaby kesal.
“Parah banget lo, kita cuma mau minta tolong panggilkan Alva ke sini.” ucap cewek berambut pendek di belakangnya, mendengar nama Alva, Gaby langsung tertawa dan melirik kedua cewek itu dengan tatapan aneh. Gaby sekarang mengerti.
“Kita tahu, lo pasti tahu kan sama Alva, jadi kita minta tolong lo panggilan dia untuk ke sini, sebelum bel berbunyi, ada yang mau kita kasih ke dia.” ucap cewek yang berambut panjang dengan nada serius.
“Kalau gue nggak mau, gimana?” tanya Gaby tersenyum sinis menoleh ke barang bawaan dua gadis itu, masing-masing membawa bucket bunga dan sekotak coklat.
“OMG, cewek kucel kayak lo aja Belagu amat, mentang-mentang lo sekolah di sini, cuma minta tolong doang.” sahut cewek berambut pendek dengan wajah kesal.
“Bodoh amat, yang penting kan gue mesti cari dulu tu anak, gue nggak tahu dia di mana dan di kelas berapa?” bohong Gaby kembali hendak berjalan.
“Oke, lo mau berapa?” tanya cewek satunya lagi. Gaby tersenyum sinis, lalu menggeleng, matanya kembali tertuju pada coklat yang di pegang kedua cewek itu.
“Gue nggak mau uang, cuma coklat itu.” tunjuk Gaby tersenyum licik. Kedua cewek itu langsung menggeleng tak setuju.
“Nggak bisa, ini buat Alva.” ucap cewek itu kesal, Gaby tersenyum, kembali melangkah hendak pergi.
“Ya udah, nggak maksa juga.” balas Gaby melengang masuk tapi lagi-lagi dia dihentikan oleh kedua gadis itu. Alva yang dari tadi duduk di atas atap melihat semua kelakuan Gaby dengan tersenyum.
Alva turun ketika Gaby sudah balik ke kelas membawa sekotak coklat di tangannya.
“Lihat Alva nggak?” tanya Gaby pada Cilla yang duduk di bangkunya, ia memutar matanya ke seluruh penjuru kelas mencari sosok itu.
“Itu Alva, tumben lo nyariin dia?" tanya Cilla balik, Gaby tidak menjawab, melihat cowok itu muncul di pintu masuk. Lalu berlari kecil ke arah Alva.
“Al, fans lo dibawa, di gerbang samping, mereka nyariin lo.” ucap Gaby serius, kembali beranjak kebangkunya setelah itu. Alva berjalan mendekatinya, sedikit tersenyum berniat mengerjai cewek itu.
“Kalau gue nggak mau, gimana?” tanya Alva spontan membuat cewek itu menoleh kesal. Bagaimana bisa Alva tidak mau.
“Bukan urusan gue juga, yang penting gue udah nyampain pesan itu ke elo.” tunjuk Gaby pada Alva.
“Oh yah. trus? Gimana sama coklat itu.” ucap Alva membuat Gaby ikut melirik coklat yang dia letakan di atas mejanya bersama buku matematika yang baru dia beli tadi.
“Ini, yah, punya gue lah, tugas gue kan cuma nyampain pesan itu ke elo, kalau lo nggak mau, itu bukan urusan gue, tapi tunggu,” Gaby menaikan alisnya bingung melihat cowok itu.
“Tadi lo liat gue sama mereka?” tanya Gaby bingung. Alva tersenyum samar. Ia mengeleng heran.
“Iya, gue liat semua ide bulus lo buat dapatin coklat jatah gue.” Alva merampas coklat itu dan berlari keluar sambil tersenyum senang. Gaby mengepal tangannya kesal. Ingin sekali ia memukul cowok itu.
***
“Cewek jutek, ide bulus, tampang emosian dan rada aneh, gue lagi nyari julukan yang cocok buat orang kayak lo ni.” Alva duduk di depan Gaby yang sibuk dengan sendirinya tanpa peduli Alva yang sedari tadi menganggunya. Kelas siang itu sepi, hanya ada ia dan Gaby saja di sana, maklum ini jam Istirahat pertama dan biasanya semua siswa makan di kantin.
“Lo kenapa? Sakit? Dari kemaren gangguin gue mulu, jangan-jangan lo suka lagi sama gue.” ucap Gaby dengan nada datar membuat Alva tertawa.
“Kok tahu, jangan-jangan lo juga punya rasa lagi sama gue.” sahutnya tertawa.
“Haha, gue? Sama lo? Enggak banget.” ucap Gaby tertawa mengejek. Alva tersenyum dan mengubah posisi duduknya, duduk di samping Gaby, membuat Gaby menaikan alisnya bingung dan berusaha menjauh.
“Gue penasaran? Sebanyak itu cewek di sekolah, cuma lo doang satu-satunya orang yang paling benci sama gue, gue butuh alasan kenapa lo segitunya benci sama gue?” wajah Alva berubah serius melihat cewek di sampingnya yang masih kaget dan berusaha menjauh.
“Ok... Gue tahu lo tu benci sama gue karena gue rival lo di sekolah ini dan gue yakin ada alasan lain lagi kenapa lo benci sama gue, berarti lo nggak jauh beda sama Baim cs, ngapain nggak gabung aja lo sana, buat ngancurin gue juga dalam soal prestasi gue di belajar.” tambah Alva makin serius. Gaby menenangkan dirinya, dia juga bingung kenapa Alva jadi berubah seserius ini.
“Apaan sih lo, gue emang benci banget sama lo, itu karena lo sok cakep, sok keren, sok pinter, sok jago dan masih banyak lagi yang nggak bisa gue sebutin satu-satu jadi mending lo pergi, sebelum para fans lo lihat dan gue nggak mau cari masalah sama orang kayak lo ini.” jawab Gaby kesal berharap Alva berdiri dan menjauh darinya, tapi ia salah, Alva masih duduk menatap lurus Gaby dengan wajah datar tanpa ekspresi, membuat Gaby makin bingung. Gaby merapikan rambutnya dan berdiri, berjalan keluar kelas dengan wajah kesal. Alva tersenyum, melihat Gaby keluar dengan langkah cepat dan muka kaku, tak tahu arah.
“Cowok gila, dia mau ngapain sih, godain gue biar nilai gue turun, kurang kerjaan banget.” Gerutu Gaby kesal berlari menuju toilet dan mencuci mukanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Fiksi Remaja"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...