***
Terpaksa
***Ini pertama kalinya ia naik taxi sejak penculikan 4 tahun lalu, Gaby masih sangat trauma dan berjanji tidak akan naik taxi seumur hidupnya, tapi sekarang apa, dia malah naik taxi demi cabut dari sekolah, dua hal yang tidak ia pikirkan sebelumnya. Lebih parahnya lagi bersama cowok yang sangat di bencinya. Gaby memegang kepalanya yang terasa cukup berat, ia tak percaya apa yang sedang ia lakukan sekarang.
"Kenapa? Nyesal?" tanya Alva melihat Gaby memasang wajah bingung di samping nya.
"Banget, tapi nggak apa-apa, gue juga nggak mau disana." balas Gaby datar, ia menatap Alva sekilas. Lalu tersenyum.
"Sumpah, ini pertama kali gue naik taxi." ucapnya serius. Alva Menoleh. Ia tersenyum menggeleng. Taxi berhenti, Alva meraba saku celananya dan memberikan beberapa uang ke sopir Taxi.
"Sorry Gab, soalnya ke paksa, gue tahu lo nggak suka." Jawabnya meminta maaf, sontak saja Gaby menoleh bingung. Kenapa cowok itu tahu Gaby tidak suka naik taxi.
"Kok, lo tahu gue nggak suka naik taxi?" tanya Gaby bingung.
"Oh, Caca pernah cerita lo pernah diculik, katanya." Balas Alva membuka pintu Taxi dan turun. Gaby mengikutinya dengan wajah lega, untung saja dia nggak di culik lagi."Itu anak emang ember banget." gerutu Gaby kesal, mengikuti Alva.
"Gue rasa dia emang ember banget, dia juga bilang kalau lo pintarnya karena belajar doang." ucap Alva tertawa, Gaby menaikan alisnya.
"Serius?" tanya Gaby tak percaya. Alva Mengangguk tersenyum.
"Omg, awas tu cewek nanti dirumah." gerutu Gaby kesal mengepal tangannya. Alva menoleh melihat wajah kesal Gaby tercetak habis.
"Kita ke Cafe situ aja yah, gue sering kesana, lo suka es krim, kan?" ucap Alva menunjuk ke Cafe tak jauh dari tempat ia dan Gaby berdiri, Gaby mengangguk, ia menuruti langkah Alva.
***
Dua menit berikut ia dan Gaby sudah berada di cafe itu. Gaby mengedar pandangannya ke segala arah, ia pertama kali kesini, ia baru tahu ada cafe bagus untuk baca buku disini.
"Lo, sering kesini?" tanya Gaby mengikuti Alva yang berjalan ke salah satu meja di pojok cafe, di dekat Jendela. Alva mengangguk dan duduk.
"Iya, bareng kakak gue, dia suka es krim disini!" balas Alva senyum. Gaby mengangguk paham, matanya masih tak lepas dari ruangan itu.
"Lo punya kakak?" tanya Gaby lagi.
"Iya, tapi dia nggak disini, dia kuliah di Sydney." jawab Alva serius, ia melepaskan dasi sekolahnya dan meletakkan nya di atas meja.
"Oh..." jawab Gaby datar.
"Oh, baru tahu!" sambung Alva tersenyum. Gaby menoleh menatap Alva aneh.
"Plisss, jangan bikin gue kesal." balas Gaby jutek, ia mengepal tangannya
"Jutek amat, lo, pesan apa, gue traktir, nggak bohong." kata Alva sedikit tersenyum meraih buku menu di depannya.
"Yang enak apaan?" Tanya Gaby balik, ia melihat Alva mulai membaca daftar menu disamping nya.
"Gue nggak tahu, lo cari aja sendiri, udah gue traktir, malah nanyain gue juga." sahut Alva tersenyum, Gaby kembali melotot kesal ke arah Alva. Cowok ini memang menyebalkan.
"Gue bisa bayar sendiri." ucap Gaby jutek meraih buku menu dari tangan Alva kasar. Membuat Alva tersenyum mengangguk, cewek aneh dan jutek memang seperti ini.
"Oh tuhan, lo mau gue jantungan." ucap Alva ikutan kesal, ia melihat Gaby kini serius membaca daftar menu itu. Gaby menepuk jidat nya, kalau iya baru sadar kalau iya tidak membawa uang sepersen pun, ia baru ingat kalau uangnya ia letakan didalam tasnya, dan ia titipkan ke Caca sebelum tampil tadi.
"Sial!" gerutu Gaby kesal.
"Al, ucapan gue tadi gue tarik lagi, uang gue di dalam tas gue dan tas gue tadi gue titip ke Caca." Gaby tersenyum manis ke arah Alva, ia tahu, ia harus membujuk cowok itu agar bisa mentraktirnya. Dan ia benar benar bergantung pada cowok itu sekarang.
"Lo lagi ngerayu gue?" jawab Alva datar, Gaby mengangguk polos membuat Alva tertawa. Ia baru tahu kalau cewek jutek kayak Gaby bisa merayu juga.
"Iya, lo mau kan, jadi besok di sekolah gue bayar deh, janji." ucap Gaby lagi, menunjukkan dua jarinya dan ia mengedip kan matanya, mencoba tersenyum manis ke arah Alva yang masih tertawa melihat tingkah lucu Gaby. Pemandangan langkah yang ingin ia abadikan.
"Okey, dua kali lipat, setuju." sahut Alva menyeka air matanya di sudut matanya, ia tertawa sampai air matanya keluar.
Membuat perjanjian dengan gadis ini tak ada salahnya.
"Okey, nggak apa, yang penting gue coba ini." Gaby mengangguk tersenyum dan langsung menunjuk ke salah satu es krim pilihannya ke arah Alva. Es krim Coklat kesukaannya tentu saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...