****Gaby duduk di meja makan sendirian. Ia membawa buku matematika dan setumpukan coklat didepannya. Tak lupa ia memasang earphone di telinga nya
Ia berusaha konsentrasi untuk kali ini, ia sudah tidak mau lagi memikirkan hal-hal yang tidak penting dan berusaha fokus ke ujian besok.Caca masuk, ia menatap Gaby serius, beranjak ke arah lemari kulkas dan mengambil minum dan kemudian duduk di depan Gaby. Gaby tahu Caca sedang berada di depannya, tapi ia berusaha tidak peduli. Dan terus fokus ke bukunya
"Gaby, gue mau ngomong." ucap Caca dengan suara tinggu, ia tahu Gaby kalau pake earphone sangat kencang.
"Gaby..." Caca mulai kesal selalu di abaikan melepas paksa earphone di telinga Gaby membuat Gaby melotot ke arah Caca.
"Lo, kenapa? Gue udah minta maaf sama lo, tapi tetap aja lo abaikan." Ucap Caca serius.
Gaby tersenyum, ia tidak tahu kenapa ia sangat aneh untuk berbicara Pada Caca saat ini.
"Karena gue rasa nggak ada yang perlu di maafin, lo nggak punya salah ke gue, yang salah itu gue, gue rebut teman lo, jadi gue minta maaf. Gue udah jauhin dia kok, seperti yang lo mau." jelasnya membuat Caca melotot tak percaya.
"Udah kan, kita emang nggak perlu bicara. gue juga udah ngatain semuanya." tambah Gaby kembali memasang earphone nya. Caca masih memandang Gaby tak percaya. Caca kembali menarik earphone Gaby kesal.
"Plisss, jangan bikin gue terus merasa bersalah sama lo, sikap lo kayak gini bikin gue muak." ucap Caca serius. Disaat bersamaan oma dan mamanya masuk, melihat kedua orang itu tak percaya.
'Muak, oh, lo aja yang ngerasa gitu, gue nggak, lo bisa pergi gue mau belajar." ucap Gaby serius, ia memang sangat tidak mau untuk berdebat dengan Caca saat ini. Ia pikir terlalu bodoh berdebat sama hal yang nggak masuk akal.
"Gaby...gue serius, kita perlu kayak dulu lagi.." ucap Caca sedikit berteriak. Gaby menoleh, lalu Tersenyum.
''Lo, aneh deh, gue kayak biasa aja, lo aja yang ngerasa kita nggak kayak dulu lagi." jawab Gaby serius. Caca mengeleng tak percaya melihat perubahan sikap Gaby, ia tak pernah melihat Gaby tersenyum seperti itu sebelumnya...
"Gab...lo kok berubah." Ucap Caca terbata.
."nggak ada yang berubah, gue masih sama, lo bisa pergi sekarang, gue juga muak lihat muka lo." sahutnya kesal, kembali fokus ke bukunya...''Gab,,, lo benci sama gue karena...?" Gaby menoleh, matanya membulat ke arah Caca, ia tidak perlu lanjutan ucapan itu, karena ia tahu siapa yang di maksud Caca..
"Lo, lucu deh, ngapain juga gue benci sama lo, cuma aja..."Gaby menarik napasnya berat lalu kembali berucap
" gue kecewa sama sikap lo minggu lalu ke gue, lo yang harusnya mikir kalau lo itu yang berubah karena seorang cowok ke gue, dan lo juga yg ngajarin gue buat benci sama lo, walau sebenarnya gue nggak bisa." ucapnya membuat Caca kaget, matanya membulat ke arah Gaby.
Gaby tersenyum lagi.
"Lo tahu nggak, gue memang sedih, sekaligus kecewa sama sikap nggak dewasa lo, lo tahu gue kira selama ini lo orang paling dewasa yang gue kenal, ternyata gue salah. Dan lo ngancurin kepercayaan gue selama kita hidup disini." jelasnya lagi. Caca masih diam tak berkutik, ia menatap Gaby tak percaya...
''Jadi gue rasa lucu aja, kenapa hidup gue selalu lucu dan aneh banget. lo mau gue jujur lagi." tambah Gaby, ia menyeka air mata di sudut matanya. Oma dan mama caca diam tak berkutik di belakang keduanya,
"Lo tahu siapa yang bikin gue paling iri didunia ini, itu lo Ca.... Kakak gue sendiri, li tahu gue iri banget sama lo. " ucapnya membuat Caca kembali melotot, ia pikir Gaby selama ini sangat iri pada Alva, ternyata ia salah.
"Lo tahu kenapa, karena lo punya semuanya, Ca. Gue iri banyak hal sama lo, pertama, lo tahu oma lebih sayang sama lo dari gue, Ca." jelasnya membuat Caca kaget, termasuk oma di belakang.
"Lo tahu oma lebih nyaman ngomong sama lo daripada ke gue, lo tahu itu karena dia sayang sama lo. dan ke gue, oma cuma bicara apa adanya, itu karena dia nggak nyaman ke gue, dan kedua, lo punya banyak teman Ca, lo bisa teman sama siapa aja, nggak kayak gue. Ketiga lo punya mama yang bisa lo akan curhat, lo juga punya papa yang selalu ada buat lo, dan gue merasa lucu sendiri sama hidup gue ini, gue tahu semua orang di rumah ini peduli ke gue cuma karena kasihan ke gue Ca.
Papa juga nggak pernah ada buat gue, sekali pun, dia sibuk kerja dan kerja. Terus soal belajar juga, lo pernah dengar nggak oma nanyain soal peringkat kelas gue kalau nggak lo sendiri yg heboh kasih info sana sini. Nggak pernah, Ca. Sekalipun. Yang sering lo bilang ke teman lo, itu benar Ca. kalau gue emang nggak pintar banget kalau gue sendiri nggak mati-matian buat Belajar gue nggak bakal bisa apa-apa, lo tahu kenapa, itu karena gue bukan suka belajar, itu cuma pelarian buat gue lupa sama banyak hal yang gue rasa cukup lucu di hidup gue." jelasnya sedikit tersenyum. Ia merasa semua yang di laluinya sangat lucu.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...