***"Kenapa Papa lo. Dia juga di hianatin temannya?" tanya Gaby penasaran, Alva mengangguk.
"Parah banget malah. Kadang gue mikir, orang-orang itu baiknya pas kita ada aja, coba kalau nggak, dia bakal ninggalin kita gitu aja, gue pernah mikir, sekarang gue lagi banyak teman itu karena kata orang gue keren, ganteng, tapi bisa jadi besok atau lusa gue jadi jelek dan gue yakin orang yang dulu baik ke gue pada kabur semua" ucap Alva sedikit tersenyum. Gaby menatap Alva datar. Ia tak sependapat dengan cowok itu.
"Kalau gue nggak gitu, gue setia kok sama teman, kecuali dia salah duluan" ucap Gaby tertawa.
Alva tertawa mendengar ucapan Gaby, dia tak percaya sama sekali dengan ucapan itu."Nggak yakin gue mah, kecuali lo berhati malaikat kayak papa gue, dan itu udah langkah banget di jaman kids now."
"Papa lo? Kenapa? Cerita dong" ucap Gaby penasaran.
Alva tersenyum, ia menatap cewek itu bingung. Ia ragu cerita atau tidak, tapi ia menyerah karena Mengingat cewek itu juga sudah bercerita banyak tentangnya. Alva menghembuskan nafasnya pelan dan mulai bercerita."Waktu gue kelas 2 SMP kemaren, Papa sempat bangkrut, dia di tipu sama sahabatnya sendiri, milyaran, dia mesti jual rumah dan semua benda yang dia punya untuk nutup hutang itu, awalnya kita nggak percaya kalau om Rahman itu bakal ngelakuin itu, papa percaya banget sama dia, dia itu teman kecil papa, mereka udah kayak kakak adik, tapi dia ternyata bohongin papa dan bikin papa bangkrut dan ngutangin papa sana sini untuk urusan pribadi dia, papa terpaksa nutup utang itu semua, orang-orang yang dulu selalu dekat pas lagi papa di atas, mereka ninggalin papa yang lagi bangkrut, mereka nggak ada satupun yang datang lagi kerumah, mereka menghilang gitu aja, papa cuma bisa ngelus dada dan jadiin itu pelajaran terbaik dia, dan karena itu juga gue pindah kesini, waktu itu kita cuma punya satu mobil lagi, itu atas nama gue, hadiah ultah gue, baru beli, jadi papa nggak mau jual karena gue, padahal gue udah iklasin aja, tapi papa nggak mau jualnya, papa jual rumah, kita tinggal di kontrakan yang cuma satu kamar doang dan sempit banget. papa nggak nyalahin temannya itu, dia cuma bilang kecewa sama om Rahman itu," jelas Alva panjang lebar.
Gaby terdiam mendengarkan Alva yang serius.
"Teruss? sekarang, gimana papa lo bisa bangkit lagi?" tanya Gaby serius.
"Teman dia dulunya waktu SMA, minjamin modal untuk papa, dia baru ketemu waktu itu nggak sengaja, papa lagi pompa ban motor butut nya, dan temannya itu juga disana, mereka ngobrol soal papa bangkrut itu, dia bilang mau bantuin papa berapa papa mau nya, papa kaget dan awalnya nggak percaya tapi temannya itu datangin rumah gue dan bilang serius, jadi karena itu papa bangkit lagi dan ngulang bisnis nya dari nol lagi, gue rasa gue ngerasain hidup susah itu setahun lebih, semua teman gue juga pada kabur dan bilang gue anak gembel yang punya banyak hutang, lucu banget, jadi gue langsung yes aja pas papa sama mama bilang mau pindah kesini pas gue lulus SMP, gue benar-benar nggak datang pas lulusan karena waktu itu puncak nya gue hancur banget." ucap Alva sedikit tersenyum.
"Omg...miris juga hidup lo Al" Gaby mengeleng tak percaya mendengar cerita Alva.
"Banget, lo punya cerita tragis juga pas SMP dan gue juga punya, haha" Alva tertawa merasa lucu dengan hidupnya.
"Trus, teman papa lo gimana sekarang?" Tanya Gaby.
"Dia udah meninggal, gue baru tahu beberapa minggu ini, dia papanya Chisa." ucap Alva langsung membuat Gaby melotot tak percaya.
"Omg.. Jadi papanya Chisa, pantes aja lo dekat banget sama dia, gue kira cuma teman SMP doang." jawab Gaby paham.
"Oh, nggak sih, dia teman gue sejak lahir malah, soalnya kita cuma beda 2 bulanan gitu, dekat banget malah, gue udah anggap dia adik gue sendiri." jelas Alva lagi.
"Tapi Bunda udah nggak ngebolehin gue untuk dekatin orang-orang itu lagi, jadi gue nggak bilang ke Bunda kalau Chisa sekolah disini, kalau gue bilangin mungkin dia nyuruh gue pindah sekolah, Chisa juga takut banget ketemu sama Bunda." tambah Alva sedikit tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Teen Fiction"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...