***Gaby melepaskan pelukannya, mundur beberapa langkah dari hadapan Alva. Ia merapikan rambutnya yang berantakan, masih berusaha terlihat biasa saja padahal hatinya benar-benar bahagia, detak jantungnya masih berdetak tak karuan dan sangat sulit ia artikan, Alva tersenyum geli melihat tingkah lucu Gaby yang terlihat jelas salah tingkah didepan nya.
''Imut banget sih Gab, kalau jutek gitu. Cuma setahun." ucap Alva lagi mengikuti Gaby pergi.
'Enggak bisa, kita harus kesana bareng." jawabnya masih kesal.
"Gab, ayah sama bunda juga nggak dukung, sekarang kamu, gimana aku bisa nggak kuliah."jawabnya membuat Gaby langsung menoleh, menatap Alva tersenyum.
'Itu bagus banget, berarti gue bisa kompakan sama mereka," jawab Gaby bersemangat, meraih bola di bawahnya dan melemparkan nya pada Alva.
''Gab, lo kompak ke gue bisa nggak, sih! nggak kasian lo." jawabnya lirih. Gaby menggeleng serius.
"Sambil kuliah lo juga bisa belajar musik." sahut Gaby serius.
'Iya, tapi Gab, gue bosen belajar. Gue mau bebas dari buku dulu, gue capek, masak lo nggak ngerti sih, kalau nggak lo yang ngertiin gue, siapa lagi." ucapnya kesal. Gaby tersenyum menggeleng.
''Bodoh amat, gue nggak peduli. " jawabnya jutek.
''Gab, gue serius nih. Masa nggak ngerti sih, ngerti dikit aja, tadi katanya lo juga sayang sama gue.'' ucapnya serius. Alva berjalan ke arah Gaby dengan langkah gontai, ia sama sekali seperti tak bertenaga membuat Gaby mendadak diam menatap Alva bingung.
"dengerin aku, cuma setahun, Habis itu aku kuliah kok." jawabnya serius. Gaby menggigit bibirnya kesal. Bujukannya sama sekali nggak berlaku.
'Oh, ya udah kita putus aja, kata Chisa kalau lo sayang sama gue lo bakal ngikutin semua kemauan gue, berarti tadi lo bohong." ucapnya datar.
''Lo, kok nyebelin sih." ucap Gaby kesal memukul bahu Alva. Alva tersenyum mengacak rambut Gaby.
'Sini gue peluk lagi." ucapnya menarik Gaby kembali memeluknya tersenyum.
"Al,,, kuat banget, gue nggak bisa napas nih." ucap Gaby kesal memukul punggung Alva. Alva tersenyum meregangkan pelukannya.
"bilang yang tadi lagi, baru gue ikutin ke ingin lo." ucapnya membuat Gaby bingung.
'Yang mana?" jawabnya polos. Sedikit tersenyum.
''Yang pas lo meluk gue tadi.'' sahut Alva tersenyum mengecup puncak kepala Gaby.
"Ohh, males." jawab Gaby jutek, kembali tersenyum.
'Bilang nggak, atau gue cium nih." sahut Alva serius. Ia meregangkan pelukannya menatap Gaby yang juga menatap nya datar.
''Enggak males, gue lupa, emang gue bilang apa tadi." jawabnya bohong.
''Oh, berarti siap gue cium nih." ucap Alva memajukan wajahnya ke wajah Gaby. Gaby menjauh tapi Alva menahannya membuat Gaby mendadak bingung.
''Al, jauh... Apaan sih, ia gue bilang lagi." jawabnya kesal memukul dada Alva. Alva tersenyum mengangguk.
''Ya udah, cepat." jawabnya datar.
'Oke, tapi jauh dulu, tangan lo jangan pegang pinggang gue, gue geli " jawabnya jujur, Alva tersenyum melepaskan Gaby. Gaby tersenyum mengangguk.
''Oke, makasih, yuk latihan lagi." kata Gaby membuat Alva sedikit tersenyum.
''Pinter banget yah, ngalih pembicaraan, gue serius nih, gue cium nih." ancam Alva kembali mendekat menarik pinggang Gaby, Gaby mendadak gugup. Matanya membulat ke arah Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Jugendliteratur"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...