Chapter 58

6.4K 345 4
                                    

***

Mereka sudah mengelilingi mall hampir satu jam, tapi Gaby belum menemukan yang ingin di beli nya. Ia masih ragu dan benar-benar tidak tahu apa yang akan ia berikan pada Caca nantinya.

"Gue,,,punya ide?" ucap Alva tersenyum. Alis Gaby terangkat, menatap Alva bingung.

"Apa...?" tanya Gaby serius.

"Ponsel, lo, pinjem dulu, lo punya foto Caca nggak" ucapnya serius. Gaby memutar otaknya, ia rasa Gaby hanya memiliki beberapa buah, ia dan Caca memang jarang berfoto. Gaby mengeluarkan ponsel dari saku tasnya dan menyodorkannya ke arah Alva.

"Cuma dikit...kenapa?" tanya Gaby bingung.

"Kita Cuci foto dia itu, gue juga punya beberapa, nanti kita gabungin, terus di tempel dalam sebuah buku, dan lo bisa tulis apa aja disana, lo ngerti kan...?" ucap Alva serius menatap Gaby yang mencoba mengingat apa yang dimaksud dengan ucapan Alva.
Alva menatap Gaby datar, ia menunggu jawaban cewek didepannya itu.

"Kliping, maksud lo?" ucapnya membuat Alva refleks mengangguk.
Lalu tersenyum.
"Yaaa..pinter...seperti itu Coklat..," ucap Alva tersenyum senang dan mengacak rambut Gaby. Gaby ikut tersenyum.

"kita bikin kayak kliping dan lo bisa nulis apa aja disana, sesuka lo" jelas Alva lagi. Gaby mengangguk paham, ia mengerti apa yang di maksud Alva sekarang.

"Good idea.. Boleh juga, jadi kita kemana duluan" tanya Gaby bersemangat ke arah Alva yang menatapnya tersenyum.

"studio foto..entar, baru cari buku yang bagus untuk tempel nya, ayo.." ajak Alva refleks menarik tangan Gaby dan mengengamnya membuat Gaby terdiam. Ia tidak mengerti dengan perubahan Alva padanya.

Gaby mengikuti Alva yang masih mengengam tangannya, ia tidak tahu apakah Alva sadar atau tidak dengan apa yang lakukan sekarang.

***
setelah mencuci foto dan membeli buku berukuran sedang, mereka duduk di sebuah Cafe. Gaby kebagian menggunting foto-foto tadi sesuai ide Alva. Alva sendiri Kebagian menggambar di buku itu, menggambar dalam bentuk boneka, bunga dan icon tersenyum. Dan tak lupa Alva menuliskan kata selamat ulang tahun disana.

Gaby telah selesai memotong foto-foto itu, kini ia fokus melihat Alva yang sibuk menggambar, ia sadar, Alva tak cuma pintar belajar tapi juga dalam banyak hal, termasuk menggambar seperti ini, rapi, bersih dan sangat bagus. Gaby benar-benar tambah iri sama cowok itu.

"Plisss, jangan natap gue kayak gitu, gue grogi" ucap Alva tersenyum menoleh ke arah Gaby yang langsung salah tingkah, karena ketahuan menatap Alva.

"Lo, hebat juga, lo bisa apa lagi" ucap Gaby serius.

"Banyak, gue juga bisa bikin gambar lo lagi manyun..." jawab Alva nyengir.

"Gue serius...tau" jawab Gaby manyun.
Alva tersenyum menyodorkan buku itu ke arah Gaby.

"gue juga serius, tempel disini fotonya, nanti habis itu, lo tulis kata-katanya disini, jangan rusak gambar gue, kalau rusak, gue nggak mau bikin lagi.." jelas Alva menujukan tempat dimana Gaby bisa menarok foto itu. Gaby mengangguk tersenyum.

"Ok..bos, siap, laksanakan" ucap Gaby bersemangat
la tersenyum, ia membiarkan Gaby melakukannya sendiri, kini gantian dia melihat cewek itu serius.

"Ooh, iya tunggu disini, gue cabut dulu, 5 menit" Alva berdiri dari tempat duduknya.

"Kemana? Nggak kabur kan, Al?" ucap Gaby menatap Alva serius.

Melihat raut muka Gaby, Alva jadi tertawa.

'' haha enggak...ngapain juga kabur, emang gue buronan," Sahut Alva.
Gaby kembali manyun, melihat Alva kesal.

"Kecuali buruan cinta..." jawab Gaby tersenyum.

"Nah, kalau itu, lo benar, gue cabut dulu..ntar kita bahas soal buronan cintanya" ucap Alva pamit, sedikit tersenyum. Gaby mengangguk, kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tepat lima menit, Alva kembali membawa kertas kado, berwarna pink dan kotak kecil. Alva meletak benda itu didepan Gaby yang langsung tersenyum.
Alva benar-benar tahu apa yang dia butuhkan. Tapi Gaby tidak mengerti dengan kotak kecil di depannya.

"Ini, buat Apa?" tanya Gaby serius. Alva tersenyum.

"Ini buat lo, terserah mau isi apa, tadi gue lihat bagus, jadi gue beli, hehe" jawabnya tersenyum.
Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aissst, kirain buat Apa? Ini udah, lo bungkus yah, gue nggak bisa, dan kalau gue paksain nanti semua nya hancur.." ucap Gaby serius. Alis Alva terangkat, ia baru tahu ada cewek yang nggak bisa bungkus kado. Alva mengambil kertas kado, lem, gunting dan buku itu. Mulai mengerjakan nya.

"Gue, baru nemu cewek yang nggak bisa bungkus kado, berarti lo hutang banyak ke gue," ucap Alva datar.
Gaby paham, ia bakal traktir cowok ini lagi untuk sekian kalinya.

"Iya, ntar ini gue bayar kok" tunjuk Gaby ke minuman Alva di depan nya, Alva mengangguk tersenyum.

"Bagus, lo paham dan ngerti cepat,, oh yeah, jangan bilang, kalau ide ini dari gue ke Caca yah, gue nggak mau ada kesalah pahaman jika lo bilang ini dari ide gue" kata Alva serius. Gaby memasang muka datar, mengangguk.

''kenapa? Kakak gue juga suka sama lo?" tebak Gaby membuat Alva mengangguk cepat. Lalu Alva tersenyum.

''Makanya, gue nggak mau dia salah paham soal ini, gue emang niat buat bantu lo kok, dan gue juga nggak mau kehilangan teman kayak Caca juga, kayak yang sudah-sudah" ucap Alva serius. Gaby mengangguk paham, ia mengerti maksud Alva apa dan dia juga tidak akan memberi tahu hal ini.

Alva selesai membungkusnya, ia baru ingat kalau Gaby harus menuliskan beberapa kata-kata disana, matanya melotot ke arah Gaby.

"Jangan bilang, lo lupa nulis sesuatu didalamnya" ucap Alva serius. Gaby menepuk jidat nya, menatap Alva dengan tatapan bersalah.

"Al..gue lupa, gimana nih?ucap Gaby terbata. Ia mengingit bibirnya, menyesal akan keteledorannya. Alva mengaruk kepalanya, sedikit kesal. Menatap Gaby yang memasang muka penuh penyesalan di depannya.

"Omegat, itu yang penting, masa lo lupain dan malah nyuruh gue bungkus lagi, yah dibongkar ulang dong, Gab.." jelas Alva datar dan kembali membuka kertas kado itu dengan wajah kesal, kesal karena bungkusannya begitu rapi dan mesti dibongkar ulang.

"Sorry, Al! Jangan marah yah, jangan tinggalin gue, gue nggak berani pulang sendiri" ucap Gaby dengan wajah memelas ke arah Alva. Bukannya marah Alva malah tertawa mendengar ucapan Gaby, ia sama sekali tidak berpikiran untuk Meninggalkan cewek itu dan menyuruh pulang sendirian.
Alis Gaby terangkat menatap Alva bingung. Mulutnya manyun.

"Lo, ngetawain gue" kesal Gaby memukul bahu Alva. Alva mengangguk tersenyum.

"Lo, lucu banget, kayak bunglon, bisa berubah kapan-kapan lo mau," jawabnya.

"Ajarin dong, ekspresi lo banyak banget, tapi gue suka pas lo lagi manyun gini" ucap Alva menirukan gaya mulut Gaby yang kayak bebek, lalu tertawa.

Hal itu membuat Gaby makin kesal dan makin manyun.

"Al, lo resek banget, cepat kerjain udah mau gelap ni, ntar oma marah.." ucap Gaby terdengar kesal. Alva masih tersenyum menatap ke arah Gaby yang masih memasang muka kesal.

"Baik, bu bos," jawab Alva kembali tersenyum.

***

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang