***
Papa Gaby, oma, mama caca dan Caca mulai frustasi, jam sudah menunjukan pukul 9 malam, ia belum menemukan kemana Gaby pergi.
"Caca bahkan sudah lebih dari 50 kali menelpon ponsel Gaby. jawaban nya tetap sama, tidak ada. Pak Rahmat dan Caca juga sudah mencari Gaby kesana kemari, tetap tidak ada.
Bahkan Caca sudah menghubungi Cilla dan Aurel lebih dari 5 kali.
"Sekarang gimana?" tanya oma serius.
"Kita tunggu saja ma, aku yakin Gaby pasti pulang kok." ucap Mama Caca serius, padahal ia sendiri tidak yakin kalau Gaby akan pulang.
Papanya bahkan sudah mencari Gaby ke makam mamanya dan kerumah lamanya, Gaby juga tidak ada disana.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, dan tanda Gaby pulang juga tidak ada. Oma mulai khawatir.
caca juga sudah mulai menyerah, ia sudah mengunjungi semua tempat termasuk perpustakaan sekolah bersama pak Rahmat, tapi tetap tidak ada. Ia hanya ingat satu nama sekarang. Alva. Entah kenapa ia ingat akan satu orang itu.
Caca mencari nama Alva di kontak ponselnya cepat dan mencoba menelpon nomor itu, ia menempelkan benda itu di telinganya, suatu tuutt terdengar cukup panjang, dan di akhiri dengan suara operator menjelaskan bahwa tidak dapat dihubungi, Caca bergumam kesal dan kembali mencoba hingga tiga kali dan tetap tak dijawab.
***
Antara sadar dan tidak Alva meraih ponselnya yang berada tak jauh dari tempat dia tidur. dengan mata sedikit terbuka, Alva melihat 3 panggilan dari Caca. Ia menoleh ke jam di ponselnya menujukan pukul 11 kurang.Ia sendiri bingung kenapa cewek ini malah nelpon selarut ini padanya. Sedikit penasaran Alva kembali menelpon cewek itu. Suatu tutut cukup singkat karena yang punya ponsel udah standby sejak tadi pulang sekolah dengan ponselnya.
"Hallo, Al. Udah tidur, sorry ganggu. Tapi ini mendadak." ucap Caca terdengar samar di telinga Alva.
"Iya, ada apa?" sahut Alva seadanya.
"Gaby hilang, dan kira udah nyari dia kesemua tempat, tapi nggak ketemu" ucap Caca serius, mata Alva terbuka lebar dan ia tidak sadar sekarang ia sudah berdiri...
"Omg, kok, bisa..sejak kapan?" tnya Alva serius, meraih kunci mobilnya dan jaket di sandaran kursi belajarnya. Dah beranjak keluar kamarnya.
"Pulang sekolah, mana tahu dia nelpon lo tadi, ini masalah papa nya Gaby Al, dia bawa mama baru, dan...Gaby cukup syok tadi, jadi gue mohon kalau lo tahu dia dimana kabari kita, mungkin dia mau jawab telpon lo, kita khawatir banget Al, dia juga nggak ada ditempat mamanya." jelas Caca serius.
"Oh, ya udah, ntar gue telpon coba" sahut Alva menutup telponnya. Ia melihat pak Ujang penjaga rumahnya sedang menonton pertandingan bola. Ia Melihat Alva bingung.
"Pak, pamit keluar dulu, mau cari teman." ucap Alva serius.
"Oh, jangan pulang lama yah, " sahut pak ujang. Alva mengangguk dan bergegas pergi.
Dia cuma punya dua tempat yang akan ia tuju sekarang, Cafe dan karoke, karoke tempat paling mungkin Gaby disana. Alva memacu mobilnya dengan cepat.
***"
Yang tadi kamu telpon siapa, Ca." tanya mama serius."Alva ma, teman satu kelas Gaby, Tapi kaya nya Alva juga tidak tahu." lirih Caca.
Papa Gaby masuk, ia baru saja dari taman tempat Gaby dan Mamanya sering main.
"Gimana...?" tanya oma cepat. Papa Gaby menggeleng, duduk dengan wajah frustasi. Ia tampak kusut dan seperti sudah tidak bertenaga lagi.
"Mama sama Caca tidur aja, biar kita Cari lagi." ucap Mama Caca serius. Oma menggeleng cepat, ia tidak akan tidur jika Gaby belum ketemu. Begitu juga Caca.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight (Completed)
Fiksi Remaja"Tahap Revisi" ☺ Ada baiknya follow dulu baru baca. "Gaby, gadis yang menganggap nilai adalah segalanya bagi nya, dan berharap masuk ke kelas terbaik ketika SMA, tapi semua berubah setelah dia masuk ke kelas itu dan ia jadi membenci cowok yang jadi...