Chapter 102

6K 257 11
                                    

***

Raut wajah Gaby berubah drastis saat ia sampai di dalam Restoran , ia mengambil duduk di sebelah papanya dan Tya.

Hanya ada percakapan ringan papanya dan Ayah Alva terjadi disana, dan sesekali terdengar candaan bunda Alva dan tante Rahma yang tampak asik bercerita. Gaby, Tya Alva cuma diam mendengarkan.

Gaby memotong kecil-kecil steak di depannya, ia sama sekali tidak memakannya sedikit pun, hanya itu yang ia lakukan, Ia sama sekali tidak lapar, ia ingin sekali kabur dari sini. Gaby menganggkat kepalanya melirik satu-satunya orang yang bersamanya sekarang dengan wajah serius.

Alva lebih memilih main Game di ponselnya dari pada mendengarkan mereka bicara.
Pandangan nya berakhir pada papanya yang sedang berbicara membicarakan pekerjaan nya bersama ayah Alva.

Ia menatap dalam-dalam lelaki paruh baya itu, satu kata yang terlintas di kepalanya.

Jujur

Jika ia jujur, apa yang akan terjadi? Apakah papanya akan menolak dan marah padanya.

Jujur soal perasaan ia sebenarnya, kalau kenyataan nya dia belum siap menerima orang baru di hidupnya, belum siap melepaskan papanya untuk bersama orang lain, ia bahkan belum siap mendengar orang lain memanggil papanya dengan sebutan papa selain dirinya. dan ia juga belum siap untuk memanggil orang itu dengan sebutan mama, yah, semua sungguh sangat tidak mungkin.

bagaimana jika ia mengatakan semuanya, apa papanya menerima isi hatinya, atau justru menolak dan ia akan kehilangan papanya. Gaby menarik napasnya pelan dan menghembuskan nya berat.

Memikirkannya saja sudah terasa aneh, dan cukup membuat dadanya terasa sesak dan ia sulit bernapas, apalagi jika kenyataan.

" Gab, dengar Tante ngomong. nggak?"tanya bunda Alva serius ke arah Gaby. Gaby menoleh kaget, ia tersadar dari lamunannya melihat semua yang ada disana menatap nya bingung, ia sendiri tidak tahu sejak kapan ia melamun dan sudah berapa lama....?.

''Oh, apa tan..? Tanya Gaby polos.

'Ini sayang, kok makanannya nggak dimakan, cuma dipotong doang." tanya bunda Alva lagi. Gaby melirik ke piring nya sedikit tersenyum.

'Oh, dimakan kok tan," jawabnya serius.

'Dimakan? Dari tadi cuma dipotong dan dipelototi doang, mikir apa Gab?." ucap Tante Rahma ikutan.

"Nggak ada tan." balas Gaby cepat, ia meletakan garpu dan pisau yang dipegangnya di atas piring nya, melirik Alva yang sedari tadi ikut menatap nya bingung.

Gaby menarik napasnya, ia kembali fokus ke pikirannya, rasanya ia belum mampu kehilangan untuk kedua kalinya, secepat ini, ia bakal kehilangan semuanya. Mama dan sekarang harus kehilangan papanya, tapi kenyataannya memang sudah terjadi mulai saat ini. Gaby memegang kepalanya yang terasa berat, ia harus ikhlas dan bisa menerima nya.

Gaby mendadak tersenyum memikirkan jika yang berada disini itu ibunya, ibu kandung nya, berada di tengah-tengah keluarga Alva dan keluarnya, ia akan menjadi orang nomor satu paling bahagia didunia, jika itu terjadi, berkumpul bersama orang yang ia cintai, bersama mamanya. Memikirkannya saja sudah membuat Gaby tersenyum apalagi jika itu benar terjadi.

Tapi senyum itu pudar saat ia melihat kenyataan yang terpampang jelas di mata nya, di depan nya. Melihat tante Rahma tertawa bersama bunda Alva dan papanya. Bukan mama nya.

Gaby memukul dadanya yang terasa semakin sesak, ia berdiri, Sebelum air matanya tumpah disini. meraih tasnya dan beranjak dari tempat duduknya, papanya yang mendadak bingung melihat Gaby berdiri.

Starlight (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang