24 (Psychopath be there)

1.8K 104 14
                                    

WARNING!!!

ADA ADEGAN YANG GA PATUT UNTUK DITIRU DI PART INI, BUAT ANAK DIBAWAH UMUR GA COCOK BACA YAAA..
(MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN)
HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN
.
.
.
.

  "Ferran, banguuun.. Ayo bangun." Olivia terus mengguncang-guncang bahu Ferran tapi pria itu sepertinya enggan sekali membuka matanya,

"Ferran!" Olivia berteriak kecang tepat di kuping Ferran karena saking kesal nya dan seketika Ferran membuka matanya dan menjauhkan kepalanya dari Olivia, Ferran duduk mengusap-usap kuping kanan nya yang terasa berdenging.
Olivia yang masih berdiri di sisi kanan Ferran pun tersenyum manis tapi setelahnya Olivia kembali mendengus kesal karena Ferran malah kembali tidur dan kali ini dengan posisi tengkurap juga bantal yang menutupi kepalanya.

"Baiklah, tidur saja sepuasmu!" Olivia mengentakkan kakinya pada lantai, lalu ia keluar dari kamar Ferran dengan bibir yang mengerucut. Ia menutup pintu dengan kencang hingga menimbulkan suara keras.

Olivia ingin selama di Indonesia ia bersenang-senang, bukankah Ferran sendiri yang bilang? Tapi kenapa Ferran hanya bermalas-malasan seperti ini?
Dave yang sedang berada di kamar mandi sampai terlonjak kaget.
Dave menggeleng,

"Tadi berteriak-teriak, sekarang membanting pintu." gumam Dave dan kembali asyik dengan kegiatannya (mandi).

.

  Ferran tersenyum dalam tidurnya saat mendengar suara pintu yang menutup dengan suara keras, sebenarnya Ferran tidak tidur.
Ferran sudah bangun bahkan sebelum Olivia bangun, lalu Ferran sibuk menyusun semua rencana yang akan ia lakukan tak lupa Dave pun ikut membantu nya, karena Ferran yakin Mr.Nigam pasti sudah menyusun rencana yang matang jadi Ferran harus sedikit berhati-hati.

Ferran berbalik dari posisinya lalu duduk, ia mengusap kuping kanannya lagi dan tiba-tiba tersenyum geli dan tepat sekali Dave baru saja keluar dari dalam kamar mandi sambil bersenandung masih mengeringkan rambutnya dengan Handuk kecil, Dave berhenti bersenandung dan menatap Ferran aneh.

'Efek jatuh cinta pada anak remaja benar-benar membuat dirinya seperti remaja kasmaran.' batin Dave dan menggeleng pelan,

"Apa?!" tanya Ferran garang, Dave menelan ludahnya gugup. "Tidak." Dave segera membuka tas mengambil beberapa potong pakaian, lalu kembali ke kamar mandi untuk memakai pakaian.

"Ganti disini saja." ujar Ferran membuat Dave menatapnya dengan mata membulat penuh,
Ferran menaikkan sebelah alisnya, "Maksudku, aku ingin mandi dan kau berganti pakaian disini saja." Dave menghela nafas lega, hampir saja ia memikirkan hal yang tidak-tidak.

Ferran sudah masuk kedalam kamar mandi

"Senyum-senyum sendiri, lalu marah-marah." gumam Dave sambil memakai pakaiannya.
Dave menyisir rambutnya sambil bercermin dan tiba-tiba saja Dave teringat Regina.

"Dengan siapa dia di Negara ini?" ujar Dave sendirian

"Mungkin dengan kekasihnya. Ah bodoh, tentu saja dengan kekasihnya!" Dave menjadi merasa tidak semangat ia pun berjalan ke arah tas nya dan mengeluarkan pakaian-pakaiannya,

"Dave, masukkan lagi pakaianmu." Teriak Ferran dari dalam kamar mandi,

"Kenapa?" teriak Dave,

"Ck, dasar pikun!" Teriak Ferran membuat Dave mengernyit bingung untuk sesaat, "Padahal dia yang tua l, tapi aku yang dibilang pikun!" gumam Dave sambil melirik malas ke arah pintu kamar mandi.

Kemudian Dave teringat akan rencananya dengan Ferran, lalu merapikan kembali isi tasnya.
Tak lama Ferran keluar dengan celana training tanpa memakai baju. Ferran menggosok rambutnya dengan handuk kecil. "Aku sudah mengatur semuanya, aku akan mencari Olivia dulu." Baru saja Ferran akan membuka pintu kamar, suara Dave membuat Ferran menoleh.

OGL| SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang