23 (Bali >Indonesia)

1.7K 102 13
                                    

Terdengar ketukan pintu lalu Ferran pun mengizinkan seseorang itu masuk dan masuklah Pramugari cantik dengan senyuman tapi tetap saja senyuman itu hanya lah sebuah kesia-siaan karena Ferran tidak menoleh sama sekali,

"Tuan, satu jam dari sekarang Pesawat akan segera mendarat di Bandar udara Internasional Ngurah Rai Bali, Indonesia."

"Baiklah." Ferran berkata tanpa menatap Pramugari tersebut lalu Pramugari itu pun keluar,
Olivia mengernyit

"tidak sopan, kau harusnya menatap seseorang yang sedang berbicara pada mu." Olivia heran kenapa Ferran malah terus menatap nya padahal Pramugari itu yang berbicara padanya.

"Menatapnya? Untuk apa."

"Tentu saja untuk menghargainya."

"Aku menggaji atas kerja nya."

"Ck, bukan itu yang aku maksud."

"Lalu?"

Olivia memutar bola matanya malas, Ferran menjadi sangat menyebalkan hari ini.

"Kau harusnya menatap Pramugari Cantik itu, dia sedang berbicara padamu tadi."

"Jika dia terpesona padaku, bagaimana?" dengan enteng nya Ferran berkata seperti itu,
Olivia melongo sesaat

"Tinggi sekali rasa percaya dirimu, Tuan Jelek." ejek Olivia dengan wajah malasnya dan itu justru membuat Ferran semakin gencar untuk menjahili nya

"Terima kasih, aku memang sudah Tampan sedari bayi, Nona Imut." balas Ferran,
Olivia berdecak kesal

"Kenapa kau menatap ku seperti itu?" Olivia merasa sedikit gugup dengan tatapan Ferran padanya

"Kau bilang aku harus menatap orang yang sedang berbicara padaku."

"Tapi aku kan tidak berbicara padamu."

"Itu, kau bicara padaku."

"Ishh, itu hanya contoh!"  balas Olivia dengan kesal dan Ferran hanya ber-oh ria diiringi tawa di akhir,
Olivia mengerucutkan bibirnya kesal Ferran benar-benar menyebalkan.

"Ehem.. Aku harap disini aku bukan penonton yang tidak diharapkan." terdengar suara Dave dari tempat yang sedikit jauh dari Ferran dan Olivia.
ah benar, Ferran dan Olivia melupakan kehadiran satu makhluk yang bernyawa itu.

"Dave, kenapa kau duduk dengan sangat jauh seperti itu? Cepat duduk disini." ujar Olivia menepuk Sofa disampingnya. seketika Dave meringis dan menggeleng cepat,

"Tidak, ku rasa itu bukan ide yang bagus, Nona." gumam Dave yang masih dapat didengar oleh Olivia dan Ferran.
Dave kapok, ia tidak ingin lagi terlalu dekat dengan Olivia karena Ferran dapat melakukan apa saja, sedangkan Dave tentu masih menyayangi nyawanya.
Olivia cemberut melihat Dave yang menolak

"Kau itu kenapa? Tadi aku mengajak mu memasak Kue kau tidak mau sekarang pun kau menghindari aku." Olivia mencabik kesal,
Ferran yang sedang menyandarkan punggungnya pada sandaran Sofa sambil melipat kedua tangannya di depan dada pun seketika menatap tajam Dave.
Memberi isyarat agar Dave menuruti keinginan Olivia lewat matanya, Dave pun menghela nafas pasrah ia melangkahkan kakinya menuju Sofa samping Olivia tapi lagi-lagi Ferran menatap tajam Dave memberi isyarat lewat matanya agar Dave duduk sedikit lebih jauh, Dave pun meringis dan mengangguk paham.

Olivia tersenyum melihat Dave duduk di samping nya meski sedikit lebih jauh, sementara Dave mendengus dalam hati

'Beginilah nasibku.. Dekat salah menjauh lebih salah, eh saat dekat lagi malah semakin salah. Tuhan, semoga kau mengampuni dosa-dosa Tuan Ferran.' batin Dave

OGL| SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang