81 (Depressed)

943 72 33
                                    


Ferran terus berjalan mondar-mandir dengan kedua tangan yang ia lipat didepan dada, Ferran masih merasa cemas sedari tadi malam hingga saat ini.
Hari menjelang sore dan sudah 19 jam Olivia tertidur tapi masih belum sadarkan diri sampai saat ini. Sebenarnya semalam Olivia menangis dalam pelukan Ferran sampai ia jatuh pingsan, Ferran jelas panik dan segera menghubungi Jack untuk menjemput mereka dan disinilah Olivia sekarang, terbaring dengan alat-alat medis yang menempel pada tubuhnya.
Olivia diberi makan melalui selang yang langsung tersambung dengan lambung nya melalui hidung, jika tidak begini kondisi Olivia akan semakin buruk karena 19 jam tertidur tanpa asupan apapun itu dapat membunuh nya perlahan.

Ferran sangat cemas karena Dokter mengatakan bahwa Olivia mengalami tekanan hebat dan stres berlebih juga adanya dampak dari obat-obatan yang selama ini ia konsumsi tanpa aturan pakai.
Sudah 10 tahun sejak saat itu hingga kini Olivia masih belum sepenuhnya pulih dari diagnosa Stres tapi ia selalu menutupi dari orang-orang dan bertingkah seolah ia baik-baik saja padahal dalam kesendirian Olivia selalu gelisah dan emosinya tidak bisa terkontrol.

Ferran berhenti dan menatap Olivia yang masih menutup matanya tenang dari tempatnya berdiri, "Aku masih tidak bisa percaya seseorang seperti mu yang selalu tampak santai dan ceria bisa mengonsumsi obat-obatan penenang dalam jangka waktu lama dan berlebih." ujar Ferran, perlahan Ferran berjalan menuju Olivia yang masih berbaring.

Ferran duduk di kursi samping tempat tidur, "apa yang membuat mu seputus asa ini sampai kau memilih jalan salah dengan mengonsumsi obat penenang tanpa takaran yang pas? Apa karena kematian suami mu? Kau masih belum bisa ikhlas dengan kepergian suami mu, hem?"
Ferran tidak henti-hentinya berfikir seberapa besarkah cinta Olivia untuk suaminya yang sudah meninggal itu sampai Olivia seperti ini?

"kau mengonsumsi obat penenang dalam jangka panjang? Kau benar-benar wanita yang pemberani dengan menghadapi maut mu sendiri," Ferran menggenggam tangan Olivia, "kau rapuh tapi kenapa kau pun begitu kuat?" lanjut Ferran lalu tertawa hambar, Ferran merasa sangat campur aduk, ia ingin marah dan menangis tapi entah untuk apa!

Ferran mengacak-acak rambutnya, "kau membuat ku berfikir terlalu banyak, sepertinya aku butuh obat mu." Ferran menghembuskan nafasnya perlahan.

.

Olivia merasakan pusing yang amat sangat, Olivia membuka matanya dan tiba-tiba saja di hadapannya ada seseorang yang duduk membelakangi nya, Olivia menatap lekat punggung seseorang itu, ingin rasanya Olivia mengeluarkan suara tapi seakan pita suaranya hilang, Olivia tidak bisa mengeluarkan suara nya sedikit pun.

Seseorang itu menoleh sesaat lalu berbalik badan untuk menghadap Olivia, seseorang itu tersenyum manis sangat manis, perlahan mata Olivia mengeluarkan air, Olivia menangis.
"Ferran." ujar Olivia tanpa suara, hanya gerakan bibir.

Pria yang sangat Olivia rindukan yang kini tengah menatap Olivia itu mengulurkan tangannya dan menghapus air mata Olivia seraya menggelengkan kepalanya pelan, "cukup, tidak lagi." ucap Ferran juga tanpa suara.
Olivia tersenyum lebar dan memeluk Ferran tapi belum sampai ia dapat memeluk Ferran tiba-tiba sosok Ferran menghilang membuat Olivia berteriak---

"JANGAN PERGI!" pekik Olivia kini ia sudah dalam posisi duduk,
Ferran yang tertidur di sofa terbangun dari tidurnya ia langsung berlari mendekati tempat tidur Olivia dan menatap Olivia cemas, Olivia sendiri diam menatap lurus kedepan dengan nafas terengah dan air mata.

Ferran mengambilkan minum dan menyentuh bahu Olivia, "kau mimpi buruk? Minumlah dulu." Ferran memberikan gelas berisi air tersebut pada Olivia, Olivia menoleh dan menatap Ferran beberapa saat, Ferran tersenyum dan membantu Olivia minum.

"Aku disini, jangan takut." ucap Ferran berharap perkataan nya dapat menenangkan Olivia, entahlah ia pun bingung untuk apa ia mengatakan itu?
Mendengar itu malah membuat Olivia semakin sedih dan menangis menyandarkan wajahnya pada kedua lutut yang ia tekuk depan wajah, "aku takut, aku sendirian, aku tidak mampu menjalani hari ku tanpa suami ku, aku lelah! AKU LELAH TERUS BERSANDIWARA!" lama kelamaan Olivia semakin histeris, Ferran memeluk Olivia erat meski Olivia meronta, Ferran segera berteriak memanggil anak buah yang berjaga didepan kamar lalu memerintahkan mereka untuk membawa Dokter ke kamar Olivia, Dokter yang menangani Olivia menginap di Mansion Ferran itu.

OGL| SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang