84 (Tony, oh Tony)

887 72 43
                                    

Ferran mengingat dimana ia meminta Olivia untuk mengurus sebuah butik tapi Olivia justru meminta toko permen, tanpa sadar Ferran tersenyum tipis 'jadi kau masih mengingat ku? Kau tidak menghilangkan marga ku?' batin Ferran.

"Tuan, mengenai apa yang kau ucapkan tadi, tentang kau yang akan membuat Olivia menderita, apa kau serius?" tanya Adolf, wajah Ferran kembali datar, "biarkan kebenaran nya terungkap dulu."

"Aku jamin kau akan sangat menyesal jika sampai kau benar-benar melakukan nya, sungguh Olivia tidak pernah mengkhianati mu, justru Tuan Tony lah yang menjadikan kita semua mainan nya." ujar Adolf mencoba menjelaskan, Ferran hanya diam lalu ia berjalan menuju nakas dan mengambil Remote, Ferran menekan sesuatu di Remote itu sampai pintu kamar tiba-tiba terbuka, tiga anak buah Ferran yang berjaga didepan kamar pun masuk kedalam kamar.

Mereka membungkuk sesaat sebagai penghormatan, "ada yang bisa kami lakukan, Tuan?"

"Kalian pasti ingin bertemu dengan Olivia, bukan?" tanya Ferran pada Mike, Dave dan Adolf.

"Ya, sangat." jawab Mike,

"Tentu." jawab Dave dan Adolf.

"Kau, Bawa mereka ke kamar Madam Bella. dan kau, bawa Ashley ke kamar Madam Bella." ucap Ferran memerintah kedua anak buahnya,

Mike, Dave dan Adolf berjalan keluar kamar, tiba-tiba Ferran memanggil Adolf, "Adolf."

Adolf berbalik,

"kau tolong obati luka-luka nya." ucap Ferran pada salah satu anak buahnya yang belum menerima tugas, "baik, Tuan." jawab anak buahnya,
Adolf tersenyum menatap Ferran, "Kau juga, obati luka di tangan mu, Tuan Ferran." ucap Adolf, Ferran sok angkuh dengan memalingkan wajahnya.

Adolf pun kembali berbalik dan pergi dari kamar Ferran, dalam hati Adolf berkata 'kau memang orang baik, Tuan. Mungkin saat ini kau hanya sedang dilingkupi amarah, tapi aku yakin kau akan kembali menjadi dirimu.' batin Adolf.

Ferran menatap pintu yang kini sudah tertutup lalu beralih menatap tangannya yang terluka dan penuh darah karena meninju jendela kaca tadi, Ferran menatap jendela kaca yang terdapat banyak bekas darah dari tangannya "kini aku tahu apa yang harus aku lakukan." ucap Ferran.

Ferran menghubungi salah satu anak buahnya, "aku ingin kalian semua berkumpul di ruang kerja ku, sekarang!" ucapnya pada seseorang di seberang telepon sana lalu mematikan panggilan tersebut sepihak, Ferran menatap tajam pada jendela yang penuh darah itu.

.

"Kakak ipar!"

Olivia menoleh ke arah pintu yang terbuka dan terlihat disana Mike, Dave dan Adolf berdiri, Mike berlari menuju Olivia dan memeluk Olivia,m yang terduduk bersandar di tempat tidur, kemudian Dave pun memeluk Olivia singkat.

Olivia tampak terkejut tapi senang, "kalian, mengapa kalian bisa disini?" tanya Olivia, Adolf tersenyum menatap Olivia yang tampak bahagia.

"Kami kesini untuk menjemput mu--ASTAGA! kakak ipar, kenapa tangan mu di infus?!" Mike mulai panik begitupula dengan Dave dan Adolf,

"Apa kau disakiti? Katakan pada kami!" ucap Dave,

"Oliv, kau tampak pucat." ucap Adolf.

"Hey, hey. Kalian tidak usah cemas, aku baik-baik saja." Olivia tersenyum menandakan bahwa semua baik-baik saja,

"Apanya yang baik-baik saja?! Kau di infus dan benar apa kata Adolf, wajah mu pucat." ucap Mike, Mike mengira Ferran telah melakukan sesuatu pada Olivia.

"Mike, tenanglah. Kenapa kau jadi marah? Aku baik-baik saja, aku hanya kecapean dan ini hal wajar." ujar Olivia, 'kalian tidak boleh tahu yang sebenarnya, semoga Tuan Abraham tidak mengatakan apapun pada kalian tentang kondisi ku.' batin Olivia.

OGL| SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang