"Ingatlah, Masalah yang kau hadapi bukan untuk menjatuhkanmu atau membuat mu terpuruk, tetapi agar kau bisa berfikir lebih dewasa dari hari ini, kemarin dan sebelumnya. Bangkit, itulah kunci nya."
- Jennifer Chardy
.
.
.
.
."Maaf sebelumnya tapi aku merasa raut wajah mu seperti gelisah dan bingung, ada apa? Bukankah kalian akan menikah? Apa ada yang kau khawatirkan?" tanya Jennifer, Olivia menggeser piring nya yang sudah kosong lalu ia hanya diam menatap baju yang ia memainkan, baju miliknya yang terkoyak.
"Emm--tidak perlu kau jawab jika tidak ingin, maaf aku memang terlalu cerewet, padahal kita baru saja bertemu." ucap Jennifer lagi dengan senyuman canggung nya, Olivia tersenyum seraya mengangkat kepalanya menatap Jennifer,
"tidak masalah, sebenarnya--" Olivia menghentikan ucapannya sesaat, ia bingung apa harus ia ceritakan saja pada Jennifer atau tidak.?Jennifer mengerti akan kebingungan Olivia, memang ini terlalu cepat untuk menceritakan masalah pribadi pada orang yang baru saja di kenal, maka Jennifer mengalihkan pembicaraan mereka,
"oh ya, Oliv. Pakaian siapa itu? Berikan pada ku, akan aku cuci." Jennifer berdiri dari duduknya dan hendak meraih baju yang Olivia pegang, Olivia segera ikut berdiri,"Tidak usah, Jennifer. Pakaian ku terkoyak karena-emm karena tersangkut dan sepertinya akan aku buang, dimana tempat sampah nya?" tanya Olivia seraya berjalan menjauhi meja makan, Jennifer menghampiri Olivia dan mengambil alih pakaian yang Olivia pegang.
"Biar aku yang buang, ooiya kau tidur bersama ku tidak masalah kan?"
"Tentu, justru aku senang. Maaf, aku merepotkan kalian."
Jennifer menaruh pakaian Olivia di tempat sampah lalu ia mengambil piring sisa makan Olivia dan menaruhnya di wastafel kemudian menghampiri Olivia dan mengajak Olivia pergi ke kamar nya.
"Tidak, sudah ku katakan kau tidak merepotkan kami. Justru aku senang jadi selama Adolf pergi aku ada teman di rumah, kau teman yang menyenangkan." ujar Jennifer.
Mereka sudah sampai di dalam kamar Jennifer, Olivia tidak merasakan kantuk sama sekali. Jennifer dan Olivia hanya berbaring tapi sama-sama tidak dapat tidur.
"Jadi, berapa usia mu, Jennifer?" tanya Olivia,
"22 tahun." jawab Jennifer, Olivia memilih posisi duduk ia menghadap Jennifer yang juga merubah posisinya menjadi duduk, mereka saling berhadapan.
"Kalian hanya tinggal berdua disini?" tanya Olivia lagi,
Jennifer mengangguk lalu berkata
"Sebenarnya aku sudah menikah dan memiliki seorang putra, usianya baru satu tahun.""Emm--maaf.." Olivia meminta maaf takut-takut ia salah dalam bertanya, Jennifer tersenyum seraya menggenggam tangan Olivia,
"Tidak masalah. Oliv, apa kau mau mendengarkan kisahku?" tanya Jennifer, Olivia mengangguk dengan senang hati, Jennifer mulai bercerita
"Sebenarnya aku dan Adolf baru saja pindah ke Paris dua hari yang lalu, beruntung Adolf dengan mudah mendapatkan pekerjaan di sebuah Club meski harus pulang tengah malam." Jennifer menghela nafas sesaat,
"Aku lahir di Italia dan Adolf lahir di Prancis, kami hanya berbeda 4 tahun. Kami dibesarkan di Paris Prancis, di kota ini. Namun, sebuah tragedi membuat aku dan Adolf harus pergi dan bersembunyi di Madrid Spanyol. Di sanalah, aku bertemu dengan Suamiku." Jennifer tertawa miris,
"Saat ini kami sedang dalam proses kabur dari suamiku, beruntung Adolf mahir berbahasa Prancis memudahkan kami melancarkan proses kabur." Jennifer tertawa kemudian melepaskan genggaman tangannya pada Olivia,
KAMU SEDANG MEMBACA
OGL| SUDAH DITERBITKAN
Genç KurguOLIVIA'S GAMES LIFE #1 in Teenfiction 28.11.2018 - 30.11.2018 #3 in Teenfiction 03.12.2018 - 08.12.2018 ⚠️WARNING 18+⚠️ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DETAIL KEKERASAN HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! . CERITA INI COCOK UNTUK KALIAN YANG SUKA BACA SEK...