"Suami ku sudah meninggal, sepuluh tahun yang lalu." ucap Olivia,
"Sepuluh tahun lalu?" Ferran mengernyit, Olivia menganggukkan kepalanya "ya, sepuluh tahun lalu suami ku meninggal karena suatu tragedi."
"Maaf, aku tidak bermaksud membahas nya."
"Tidak apa-apa, kau harus tahu agar kau tidak terus salah faham." entah kenapa Olivia hanya ingin menjelaskan bahwa Adolf bukan suami nya.
"Jadi, kau Single-parent di usia muda?"
Olivia mengangguk kecil, "bisa dibilang begitu, aku sudah menjadi janda sejak usia 18 tahun." Olivia tersenyum miris, ia ingat betul bagaimana dunia menyalahkan nya atas kematian Ferran, Olivia dicaci dihina diasingkan karena kesalahan yang tidak ia perbuat, ohayolah! Disini Olivia pun terluka atas kepergian Ferran tapi kenapa dunia justru menyalahkan Olivia atas kepergian Ferran?!
Mengapa selalu nasib seperti ini yang Olivia dapatkan?Dulu saat masih sekolah Olivia selalu menjadi bahan ejekan teman-teman nya karena ia miskin, Olivia kehilangan sosok teman karena tidak ada yang mau berteman dengan orang miskin hingga saat Highschool Zaskia datang dan hanya dia yang mau berteman dengan Olivia, lalu Olivia mulai merasakan apa itu kebahagiaan saat Ferran datang tapi, tak lama karena Ferran pergi.
lagi-lagi Olivia kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup nya tidakkah cukup Ibu dan Ayah nya saja yang pergi hingga Tuhan pun harus mengambil Ferran?
Kepergian Ferran membuat dunia menyalahkan Olivia, bahkan Olivia sampai putus asa dan berkali-kali mencoba untuk melenyapkan dirinya sendiri, tidakkah itu cukup membuktikan bahwa Olivia pun hancur?Kehilangan, diasingkan dan sendirian bagaikan sudah menjadi teman sejatinya.
Tanpa Olivia sadari Ferran tersenyum, "tidak adakah niatan untuk mu kembali berumah tangga? Maksud ku, puteri mu membutuhkan sosok Ayah, ohya berapa usia puteri mu?"
"10 tahun, selama ini kami hidup berdua dan aku fikir dia sudah cukup terbiasa dengan tidak adanya sosok Ayah."
Ferran menatap tidak suka, "jika seperti itu maka kau egois, Nyonya."
Olivia mengernyit menatap Ferran,
"Usia puteri mu 10 tahun dan suami mu meninggal sudah 10 tahun, itu berarti selama ini puteri mu benar-benar tidak pernah merasakan kehadiran sosok seorang Ayah, apa kau tidak kasihan? Itu tidaklah adil, puteri mu pasti iri pada teman-teman nya." ujar Ferran panjang lebar, Olivia diam 'benar, berarti aku egois selama ini? Aku menghakimi Ashley hanya karena keegoisan ku?' batin Olivia.
"Nyonya, maaf bukan maksud ku mencampuri urusan keluarga mu tapi tidakkah kau kasihan?"
"Ku fikir dengan paman-paman nya berada disisi nya itu saja cukup, aku juga tidak pernah membiarkan puteri ku kekurangan kasih sayang."
"Itu menurut mu tapi tetap saja sangat berbeda, paman dan Ayah jelas jauh berbeda."
Lagi-lagi Olivia dibuat bungkam, Ferran bersorak dalam hati semoga saja ini bisa menjadi peluang untuk nya mendekati Olivia.
Cukup lama mereka berbincang sampai Ferran melupakan sarapannya, Olivia pun ingat kedatangannya ke kamar Ferran sebenarnya adalah untuk menyampaikan sesuatu, "uhmm Tuan." Olivia berbalik tepat saat ia sudah keluar dari dalam kamar Ferran, Ferran yang berdiri di ambang pintu menjawab, "ya, Nyonya?"
"Terimakasih atas undangan nya, aku akan pergi siang nanti."
Ferran menghampiri Olivia, "kenapa terburu-buru?"
"Para tamu yang lain sudah pergi dan Sebenarnya ada undangan lain yang harus aku penuhi di New Zealand ini, setelah dari pesta itu aku baru akan kembali ke Andorra, aku sangat merindukan puteri ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
OGL| SUDAH DITERBITKAN
Teen FictionOLIVIA'S GAMES LIFE #1 in Teenfiction 28.11.2018 - 30.11.2018 #3 in Teenfiction 03.12.2018 - 08.12.2018 ⚠️WARNING 18+⚠️ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DETAIL KEKERASAN HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! . CERITA INI COCOK UNTUK KALIAN YANG SUKA BACA SEK...