2 (Psychopath)

3.7K 204 16
                                    

⚠WARNING⚠

ADA ADEGAN YANG GA PATUT UNTUK DITIRU DI PART INI, BUAT ANAK DIBAWAH UMUR GA COCOK BACA YAAA..
(MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN)
HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN
.
.
.
.

Olivia masih terbaring lemah di atas tempat tidur yang empuk dan nyaman dengan selang infus yang tertancap di punggung tangan kirinya dan alat oksigen yang menutupi hidung juga mulutnya.

Disisi kanannya ada seseorang yang sejak dua hari lalu setia menemaninya, seseorang itu hanya diam menggenggam tangan Olivia seraya menatapnya penuh kecemasan, tapi siapa sangka dalam hatinya bergejolak amarah yang siap meledak pada siapa saja yang mengganggu. Ia berjanji jika hari ini Olivia masih belum sadar, maka ia akan benar-benar membuat ekspektasinya menjadi kenyataan.

"Bangun sayang, apa mimpimu terlalu indah, hem? Apa kau tidak ingin berkenalan denganku?" gumamnya seraya menciumi tangan kanan Olivia,

Ia menatap gadisnya penuh prihatin, ini salahnya tapi kenapa Darius malah menyiksa Olivia? Darius salah jika ia berfikir Ferran akan lemah dengan ia menyiksa Olivia. Justru dengan ia melukai Olivia, maka Ferran akan semakin lebih sadis lagi membalasnya nanti, lihat dan saksikan saja.

"Tuan Ferran." suara Dave membuat Ferran mengusap air matanya, Ferran menangis!

"Masuklah, Dave." ujarnya, Dave merasa aneh dengan suara bosnya itu, tapi ia tidak ingin terlalu penasaran.

"Darius sudah di temukan, Darius ku tahan di ruang bawah tanah, dia terus memberontak membuat anak buahmu terpaksa memukulnya hingga pingsan." tutur Dave,

"Sialan! Sudah ku bilang jangan lukai dia! Aku ingin tanganku langsung yang melukainya, brengsek!" maki Ferran dengan suara pelan tapi cukup mendominasi dan dalam. Dave dibuat merinding mendengarnya, meski sudah terbiasa tapi tetap saja sisi lain dari diri bosnya itu perlu di hindari.

Ferran mencium kening Olivia, lalu tanpa sepatah kata pun, ia pergi dari kamar itu melewati Dave begitu saja. Di sadari atau tidak, tapi Dave menahan nafas saat Ferran melewatinya tadi,

"Huuu, Kau payah Dave. Sudah bertahun-tahun kau bekerja padanya, tapi tetap saja kau gemetar." Dave pun ikut pergi keluar tapi Olivia tetap tidak dibiarkan sendirian karena Dave memerintahkan beberapa suster untuk masuk ke kamar Olivia.

"Kasihan ya luka lebamnya banyak." ujar salah satu suster,

"Iya, kasihan. Banyak juga bekas-bekas luka yang mulai memudar, sepertinya ini bukan pertama kalinya." timpal satunya lagi,

"Ssstt, sudah jangan membicarakan apapun disini." ucap salah satu suster yang sedang memeriksa infusan Olivia lalu semua pun mengangguk dan diam.

.

Suara langkah kaki seseorang terdengar menggema disepanjang lorong yang ditimbulkan sepatu mahal milik Ferran bersentuhan dengan lantai.
Darius yang baru saja sadar dari pingsannya terkejut melihat ke sekeliling banyak pria-pria bertubuh tinggi dan kekar dengan pakaian serba hitam dan wajah yang ditutup kain hitam tengah menjaganya, Darius merasa tangannya sakit, ia ingin duduk tapi kemudian ia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, ia merasa bulu kuduknya meremang.

Darius jelas tahu bahwa semua pria-pria bertubuh tinggi dan kekar ini adalah para anak buah Ferran, terlihat dari arloji yang mereka pakai terdapat ukiran emas didalamnya berbentuk R.
Darius merasa keringat membasahi tubuhnya, ia jelas mengetahui apa kesalahannya yang membuat Ferran marah besar hingga ia mengerahkan semua anak buahnya untuk menyusuri kota London demi mencari Darius selama dua hari terakhir ini.

OGL| SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang