Andrew tak menghiraukan panggilan David padanya. Ia sudah menerka jika David akan menanyakan tentang hal yang susah payah ia ingin lupakan. Membahas hal itu tentu saja membuka kembali luka yang memang belum kering. Selama ini ia terus dihantui dengan bayang-bayang masa lalu. Ia ingin sekali bangkit dari hal itu, namun itu bukanlah hal yang mudah.
"Hey! Kau tak mengacuhkanku." David menepuk pundak sang kakak.
"Sudahlah, David! Aku tahu apa maksudmu."
"Ya, kau memang sangat peka. Tapi kenapa ini begitu kebetulan sekali ya?" David seakan menerawang sambil mengulas senyum di bibirnya untuk menggoda Andrew.
Andrew benar-benar tidak suka jika dibahas masa lalunya. Sampai kapan ia akan mengingat itu, batin David.
"Kau mulai lagi kan? Sudahlah, bukankah kita ada meeting sebentar lagi?"
"Uughh kakakku yang rajin, aku tahu kalau soal itu." David terus saja menjawab dengan senyum menggoda.
Mereka melangkahkan kaki mengendarai mobil masing-masing. Mereka memang kakak-beradik. Dan benar saja nanti akan meeting bersama. Tapi perusahaan mereka berbeda. David bergerak di bidang property, sedang Andrew bergerak di bidang fashion dan culinary. Kebetulan sekali mereka akan bekerjasama membangun taman hiburan yang megah di salah satu kota besar disana.
Meski usia mereka terbilang masih sangat muda untuk memegang suatu perusahaan, tapi memang itulah kenyataannya. Mereka mengikuti kelas akselerasi sejak dari SMP. Dan ya, hasilnya di usia mereka yang ke 20, mereka sudah memegang perusahaan sendiri. Perusahaan itu merupakan cabang dari perusahaan sang Ayah. Luther Group, perusahaan raksasa yang mengampu berbagai macam bidang dalam kehidupan.
🍂🍂🍂🍂🍂
Amanda tengah duduk di tepi kolam renang salah satu fasilitas di mansion megah itu. Ia menangkap dirinya dalam bayang air. Pikirannya kosong entah kemana. Gadis itu memeluk kedua kakinya dengan lutut menopang dagu. Di balik sifat keras dan blakblakannya, ia menyimpan sejuta rahasia yang hanya dia dan Tuhan yang tahu."Nona."
"Aaa! Uh, kau mengagetkanku," kata Amanda sontak berdiri sambil memegangi dadanya yang masih berpacu.
Pelayan itu tersenyum. "Maaf, Nona. Saya tidak bermaksud mengagetkan Anda. Saya hanya ingin bertanya, apa Nona sudah mandi?"
"Emm, belum. Memangnya kenapa?" tanya Amanda penasaran.
"Tuan meminta saya untuk memastikan Nona sudah mandi dan berganti pakaian."
"Oohh ya. Aku akan mandi." Amanda melenggang pergi. Belum sampai tiga langkah kakinya melaju, iapun berhenti.
"Memangnya ada baju wanita untukku?" tanya Amanda.
"Ada, Nona. Tuan sudah membelikannya tadi malam untuk Anda. Baju itu sudah saya taruh di walk in closet kamar tempat Anda tidur tadi malam."
"Oohh, okay. Eits, tunggu! Dia membelinya untukku?"
"Benar, Nona."
Amanda melenggang pergi dengan dahi yang berkerut. Ia tak habis pikir. Untuk apa David membelikan dia baju? Niat sekali membawanya ke mansionnya. Seharusnya dia hanya perlu mengantarnya pulang ke apartemen. Itu sudah cukup baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Down [The Rest Of Life]
Romance#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat sinar mentari di pagi hari menampakkan segala aktivitasnya. Taburan bintang di langit malam dengan se...