PART 07

271 16 2
                                    

"Aku tidak akan menyerah dengan apa yang sudah menjadi tujuanku. Bahkan jika Neptunus menghalangipun, aku akan tetap maju."

Sammuel Albert Benedict

🍃🍃🍃🍃🍃

    Ini merupakan hari kelulusan untuk seluruh siswa kelas tiga SMA. Hari yang paling dinanti-nantikan oleh seluruh siswa yang duduk dibangku SMA. Hari dimana terjadi kegalauan yang luar biasa. Pasalnya, nilai ujian mereka diumumkan hari ini. Meski semua tetap lulus, tapi jika nilainya hancur, tetap akan menyayat hati bukan?

Semua siswa kelas tiga dikumpulkan di aula kebesaran sekolah ini. Para wisudawan-wisudawati sudah cantik dan tampan dengan toga yang melekat di tubuh mereka. Mereka juga didampingi orang tua masing-masing. Adik kelas juga berada di ruangan yang sama, meski tempat mereka ada di jajaran bangku belakang.

Tampak Albert bersama dua orang wanita. Yang satu terlihat seperti ibunya, dan yang satu, entahlah siapanya. Masih muda dan cantik. Adik kelas perempuan sudah menebak-nebak siapa wanita itu. Amanda, Stephanie, dan Beby yang duduk berjajar pun ikut menoleh ke arah yang dibicarakan.

"Siapa gadis di samping Albert itu?" tanya Stephanie.

"Bukankah itu kakaknya? Camellia Angela Benedict," jawab Amanda santai.

"Darimana kau tahu? Bukankah selama ini kita mengira Albert itu anak tunggal?"

"Aku sempat bertemu dengannya beberapa waktu lalu. Nama keluarganya sama, ya aku pikir mereka saudara, kan?"

Beby dan Stephanie ber-oh-ria sambil menganggukkan kepala pelan. Prosesi wisuda pun berjalan dengan khidmat dan tiba saatnya pengumuman sepuluh lulusan terbaik. Wajah mereka sudah seperti akan diterkam singa. Siapa yang tidak tegang? Pasalnya, sepuluh lulusan terbaik sekolah ini akan mendapatkan beasiswa penuh di universitas yang mereka inginkan. Ya, tamu undangan acara wisuda sekolah ini banyak dari kampus-kampus ternama. Baik Dekan, Wakil Rektor, maupun Rektor langsung yang nenghadiri wisuda purna ini. Mereka juga akan mendapatkan bibit-bibit unggulan di sini.

Jeritan histeris menggema di setiap sudut ruangan ini. Nama demi nama diucapkan sebagai peraih sepuluh lulusan terbaik.

"Peringkat tiga, Sammuel Albert Benedict!"

Jeritan luar biasa histeris dengan tepuk tangan yang meriah menggelegar ketika nama Albert disebutkan. Albert memang menjadi idola para siswi di sekolah ini. Selain wajah yang rupawan, dia juga anak yang terbilang, multitalent.

Senyum kecil tersungging di bibir manis Leillya dengan tepuk tangan pelan menatap lekat setiap langkah yang diambil Albert menuju panggung. Bahkan dia mengabaikan panggilan nama di urutan nomor dua. Kesadarannya mulai kembali ketika MC menyebutkan,

"Peringkat pertama, Shonya Leillya Jonathan!"

Oh my God!, jerit batin Leillya. Ia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan. Semua temannya memberinya selamat. Ia pun berjalan dengan anggun menuju panggung. Pandangannya tidak lepas dari Albert yang berdiri di urutan nomor tiga.

Berbagai penampilan dan sambutan sudah rampung dilaksanakan. Siang ini, acara memorial itu sudah usai. Hari bersejarah ini akan terus melekat di hati mereka. Senyum merekah diiringi tangis haru menyelimuti penutupan acara. Mereka berfoto dan berpelukan.

"Amanda!"

Amanda menoleh ke sumber suara. Seorang laki-laki berlari kecil menghampirinya. Itu Albert. Mau apa dia?, Amanda membatin. Ia tersenyum kikuk ketika Albert berdiri tepat di depannya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang