Mata kuliah sedang berlangsung. Namun Amanda malah diam melamun. Perkataan David masih menghantui pikirannya. Ingin sekali dia meneriaki wajah David dengan sumpah serapah. Namun lagi-lagi Amanda harus sadar, David sedang amnesia. David tidak mengingat semua perasaan dan apa yang telah dilakukan bersama dirinya. Bahkan Amanda harus menerima perlakuan kasar David padanya. Amanda menghela napas kasar dan mengalihkan pandangannya keluar jendela. Amanda mengacungkan tangan.
"Maaf, Mam. Saya ingin mencuci muka."
"Iya silakan."
Amanda bangkit dari duduknya dan berjalan melewati lorong-lorong agar sampai di toilet. Matanya sempat menangkap bayang Albert yang duduk di kantin. Mata mereka sempat bertemu, namun ia tetap fokus pada tujuannya. Saat sampai di toilet, ia pun masuk.
"Aaaa!!! Aaaa!!! Tidak!! Aaaa!!!"
Albert berlari cepat menuju sumber suara diikuti Peter. Dia tidak peduli jika itu toilet wanita. Dia langsung masuk saja. Ia dapati Amanda yang duduk di lantai besandar dinding. Amanda menutup telinganya erat dan menyembunyikan wajahnya diatara lutut. Pundaknya tampak bergetar. Rambutnya sudah acak-acakan. Albert menghampirinya.
"Amanda! Amanda! Hey!"
Amanda mengangkat kepalanya dan menatap Albert. Tubuh Amanda bergetar. Ketakutan terlihat begitu jelas dari seluruh gesture Amanda. Albert memeluknya erat mencoba menenangkan. Peter mengedarkan pandangannya. Ia melihat cermin yang penuh dengan cairan merah. Ia menghirupnya dan baunya bukan darah. Di cermin itu terdapat tulisan 'MATI KAU!' hingga memenuhi bidang. Peter juga melihat kepala manequin yang berlumuran cairan yang sama dengan di cermin.
Di luar toilet, sudah banyak mahasiswa yang penasaran dengan apa yang baru saja terjadi. Mengapa Albert dan Peter sampai masuk ke toilet wanita? Mereka sedang tidak mencoba mengintip, kan? Setelah ketakutan Amanda mereda, Albert membantu Amanda berdiri dan keluar dari sana. Mereka duduk di bangku yang tidak jauh dari toilet. Peter menyodorkan sebotol air mineral pada Amanda. Amanda meminumnya hingga tinggal separuh. Pertanyaan-pertanyaan keluar dari mulut para mahasiswa yang bergerombol disana. Mereka berdiri mengerumuni Amanda. Albert, Peter, dan Amanda hanya diam sampai dosen dan satpam datang menenangkan.
"Aku mau pulang," tukas Amanda dengan air mata yang kembali meluruh.
"Okey! Pulanglah!" jawab Albert dengan membelai rambut Amanda.
"Nona!" Suara Reynand membuat mereka menoleh. Amanda berdiri dan memeluk Reynand erat. Reynand paham betul nonanya sedang ketakutan. Ia melemparkan tatapan horror pada Albert. Albert memutar bola matanya. Tak lama, Tn. Thomas mendekat.
"Sayang."
"Papa?!" Amanda beralih memeluk Tn. Thomas. "Aku takut, Pa! Aku takut!" Amanda menangis tersedu.
"Jangan takut, Sayang. Papa disini!" ucap Tn. Thomas menenangkan. Ia beralih menatap Albert. "Apa yang terjadi, Albert?"
"Amanda diteror, Om. Ini sudah kedua kalinya," Albert menjelaskan.
Tn. Thomas diam sejenak sambil memperhatikan Amanda. Sebenarnya bisa saja dia menghancurkan kampus ini dan memindahkan Amanda ke kampus lain. Tapi Tn. Thomas sepertinya memiliki rencana lain.
"Chris! Kau urus barang buktinya!"
"Baik, Tuan," tukas pria yang dipanggil Chris oleh Tn. Thomas. Ia berjalan menuju toilet diikuti dua orangnya.
"Sayang. Kamu pulang bersama Reynand. Papa akan mengurus masalah ini, okey?" ucap Tn. Thomas lembut pada Amanda. Amanda hanya mengangguk lalu melenggang pergi diikuti Reynand.
"Terimakasih, Albert!"
"Oh, tidak, Om. Saya hanya mendengar dia menjerit lalu menemukannya ketakutan. Itu saja," papar Albert.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Down [The Rest Of Life]
Romance#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat sinar mentari di pagi hari menampakkan segala aktivitasnya. Taburan bintang di langit malam dengan se...