PART 18

191 16 0
                                    

    Sinar matahari yang melesat melalui celah gorden membangunkannya. Ia mengerjapkan mata indahnya berulang-ulang. Hari ini dia harus pergi ke sekolah untuk persiapan wisuda. Satu minggu masuk dua hari. Ia bergegas mandi dan mempersiapkan diri. Tidak ada pelajaran yang mesti dibawa. Dia hanya membawa notebook dan bolpoin.

Setelah rapi, ia pun keluar dari kamar menuju ruang makan, menuruni tangga dengan cepat. Di sana ada Mommy, Daddy, Andrew dan juga Reynand. Paman Ed menjaga David di rumah sakit, meskipun para bodyguard juga dikerahkan untuk menjaganya.

"Amanda! Mari sarapan, Sayang!"

Amanda melempar senyum dan duduk di samping Mommy. Wajah Amanda begitu ceria. Setelah selesai sarapan, Amanda berpamitan pada mereka. Reynand akan mengantarnya ke sekolah.

"Reynand."

"Iya, Nona?"

"Menurutmu, di hari kelulusanku nanti, David sudah siuman belum, ya?"

Diam. Reynand tidak sanggup menjawab pertanyaan Nonanya. Lidahnya begitu kelu untuk mengatakan sesuatu. Amanda menatap Reynand dengan mata sendu. Ia tahu arti sikap Reynand. Ia menarik napas dan menatap jauh keluar jendela.

"Have a nice day!"

Amanda mengangguk dan berlari kecil memasuki sekolahnya. Sorot matanya berpura-pura bahagia. Ia tidak mau terlihat lemah di mata orang-orang. Sapaan dari adik-adik kelasnya ia balas dengan senyuman, hingga dia masuk ke dalam kelas.

"Amanda?!"

"Iya, Judy?"

"Ini benar kau? Aku kira kau tidak akan masuk."

Amanda hanya tersenyum. Ia duduk di bangkunya. Tak lama, Beby dan Stephanie masuk ke dalam kelas bersamaan. Di belakang mereka ada Felix dan Gherald.

"AMANDA!"

Amanda menutup kedua telinganya rapat. Teriakan Beby memang memekakkan. Mereka berhambur memeluk Amanda. Mereka sangat bahagia Amanda masuk hari ini. Kalau dihitung, mereka hanya akan masuk enam kali lagi, hingga hari kelulusan tiba.

"Ayo ke kantin!"

"Hey! Meskipun kita sudah selesai ujian, tetap saja harus tertib."

"Baik, Bos!"

"Tidak usah dengarkan Gherald. Ayo!"

"Hey! Beby!"

Beby berlari dengan menarik Amanda dan Stephanie. Mereka sampai di kantin. Duduk bertiga di bangku yang biasa mereka tempati. Beberapa siswa tampak sedang makan. Belum sarapan mungkin. Sepuluh menit lagi bel masuk akan berdering.

"Kau ini!"

"Sudahlah, Stephanie! Kan kita tidak ada pelajaran lagi."

"Ya, ya. Oh iya, Amanda. Hari kelulusan nanti kau akan make-up di mana?"

"Aku tidak memikirkan itu."

"Amanda. Kita harus tampil perfect! Aku yakin kau adalah lulusan terbaik tahun ini."

Beby berkata dengan mantap. Stephanie tersenyum dengan perkataan Beby. Sedangkan Amanda, ia menundukkan kepala. Matanya memanas. Apa David akan menepati janjinya jika aku menjadi lulusan terbaik? Aku berharap tidak menempati posisi itu. Jadi dia tidak perlu mengingkari janjinya.

"Amanda?"

Amanda mendongak dan tersenyum. Orang lain bisa saja dia tipu dengan senyum manisnya, tapi tidak dengan Stephanie dan Beby. Mereka tahu Amanda menahan tangis.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang