PART 46

146 11 0
                                    

    Perusahaan yang semakin berkembang pesat selama lima tahun terakhir ini semakin menunjukkan keperkasaannya. Tercatat Luther Property sudah masuk jajaran lima teratas dunia bahkan tepat di bawah induk perusahaan ini sendiri, yaitu Luther Group. CEO perusahaan ini sudah kembali bekerja ke kantor setelah insiden di New York sekitar tiga bulan yang lalu meski masih harus mengenakan kursi roda untuk mempermudah aktivitasnya.

"Langsung ke ruang rapat atau ke ruangan Anda dulu, Presdir?" tanya sekretarisnya yang ada di belakangnya mendorong kursi rodanya.

"Langsung ke ruang rapat saja, Ed. Lagipula sebentar lagi dimulai, kan?"

"Baiklah," setuju Eduardo dan langsung mendorong kursi roda yang di duduki Presdirnya.

Semua orang menoleh dan berdiri serempak memberi hormat pada pimpinan tertinggi mereka. Senyum terkembang di bibir seluruh orang yang ada di ruangan ini. Entah itu tulus atau tidak, CEO itu tidak peduli.

"Kami senang Anda kembali, Presdir," tukas Direktur pemasaran perusahaan ini.

Pria yang dipanggil 'Presdir' itu hanya tersenyum tipis dan memerintahkan untuk segera memulai rapatnya. Kali ini mereka akan membahas desain pusat perbelanjaan yang akan mereka bangun. Mega proyek ini menggerek beberapa perusahaan ternama untuk menjadi sponsor dalam grand openingnya.

Tatapan CEO muda nan berpengalaman itu tak lepas dari seorang wanita yang sedang berdiri di samping layar menjelaskan setiap detailnya rencana mereka. Sesekali pria itu memotong penjelasan wanita tersebut dengan pertanyaan mematikan. Semua peserta rapat seringkali tercekat dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Presdir mereka. Namun wanita itu dengan profesional menjawab setiap pertanyaan CEO Luther Property ini. Pria itu tersenyum salut dengan hasil kerja wanita itu.

"Darimana kau temukan wanita sehebat itu, Ed?"

Rapat memang sudah selesai. Namun semua peserta masih berada disana untuk bersiap beranjak. Penuturan pemegang perusahaan yang bernama lengkap Anthonio Luther Davidove itu membuat mereka terdiam sejenak. Apalagi wanita itu. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Ah, ya, Presdir. Nona Tatjana bekerja kurang lebih dua bulan ini. Namun karena keahliannya, kami memindahkan Nona Tatjana dalam divisi perancangan utama," papar Eduardo.

"Aku suka dengan cara kerjanya," ucapnya singkat lalu melenggang pergi dari sana bersama Eduardo.

Wanita muda bernama Tatjana itu tersenyum bahagia hingga pipinya merona. Para peserta rapat menatapnya dengan berbagai ekspresi. Senang, iri, jijik, dan lain sebagainya.

"Selamat, Tatjana! Jarang sekali Presdir memberi pujian pada bawahannya kecuali dia memang luar biasa," tukas Tyra, Direktur keuangan dengan gaya khasnya.

Setelah mengucapkan simpatinya, Tyra mengintil di belakang Eduardo dan David. Eduardo mengernyit saat menyadari Tyra yang sedang berjingkrak dengan membawa berkas di tangannya. David membuka suara.

"Kenapa kau mengintil, Tyra?" tukas David datar.

Tyra tersenyum malu-malu. "Saya ingin menyerahkan laporan ini, Presdir."

David hanya mengangkat kedua alisnya sekilas. Tyra memang pegawai perusahaan ini yang fenomenal. Entah berapa kali teguran dan surat peringatan yang sudah dilayangkan kepadanya. Namun dia tetap sama. Mengenakan pakaian sesuka hatinya. Blouse dan blazzer presbodi dan juga rok mini. Sungguh! Tubuhnya yang molek bisa menggoda siapa saja. Itu bertentangan dengan peraturan perusahaan ini. Tapi para petinggi perusahaan ini sudah tidak bisa berkutik. Mereka pasrah dengan kepribadian Tyra mempertimbangkan prestasinya yang luar biasa. Tidak mungkin mereka memecatnya karena belum tentu mendapat pegawai yang piawai seperti dirinya lagi.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang