PART 01

663 42 7
                                    

"Persetan dengan semuanya. Selama aku bisa menikmati hidupku, tidak ada masalah yang perlu dipikirkan. Anggap saja semua itu skenario Tuhan. Toh, aku juga masih bernapas disini."

Amanda Chaterine Williams

🍀🍀🍀🍀🍀

    Semburat cahaya menerobos masuk ketika gorden itu terbuka. Sepasang mata itu mengernyit sembari tangan terayun menutup matanya. Ia mencoba memfokuskan penglihatannya, kemudian menoleh ke arah jendela dimana gordennya yang baru saja dibuka.

Tampak seorang wanita paruh baya tersenyum manis ke arahnya. Ketulusannya sangat tampak hingga membuat gadis itu mengulas senyum tipis di bibirnya.

"Kau boleh keluar, Mariah," terdengar suara pria memecah keheningan.

Gadis itu menoleh ke sumber suara. Seorang pria tengah duduk di tepi ranjang tempat ia berbaring. Ia tampak mengamati dengan saksama, karena hanya terlihat dari samping saja. Gadis itu terus menatapnya sambil terus berpikir. Sepertinya aku pernah melihatnya, batin gadis itu.

"Baik, Tuan," ucap wanita paruh baya itu dengan hormat. Lalu melenggang pergi.

Pria itu merasa dari tadi ditatap dengan aneh, lalu ia menoleh. Terlihat gadis itu sedang berposisi setengah duduk dengan siku sebagai tumpuannya. Tampangnya semakin aneh dengan dahinya yang mengernyit serta mata yang menyipit. Ketika sudah benar-benar menamatkan siapa pria itu, gadis itu membelalakkan matanya.

"Kau!!"

"Apa?!" balas pria itu kaget.

"Bagaimana bisa?! Aku dimana?" Gadis itu mengamati sekeliling. Sepertinya ia sedang berada di kamar yang mewah. Interiornya sangat memukau setiap mata yang memandang.

"Kau ada di mansionku."

"Apa?!" teriak gadis itu memekakkan telinga. Ia lantas menarik selimut hingga menutup dadanya. Ekspresinya berubah menjadi curiga dan mengintimidasi menatap lekat-lekat pria di depannya. Sesekali ia melihat dadanya, dan matanya melotot serta mulut yang menganga.

"Apa yang kau lakukan padaku?! Bagaimana bisa aku memakai pakaian ini? Apa kau.. Oh god! Tololnya aku. Aku sudah kehilangan kesucianku," ucap gadis itu tanpa celah. Pria itu bingung tak percaya. Kenapa dia berpikiran sekotor itu. Oh, itu hal yang wajar. Seorang gadis tak sadarkan diri. Ketika membuka mata, ia berada di tempat asing dengan pakaian yang sudah diganti. Meskipun itu piama sih.

"Apa yang kau lakukan tadi malam, hah?! Jawab! Kau pasti merebut keperawananku, kan? Jawab! Penculikan kemarin itu hanya akal-akalanmu saja kan? Oh.. Aku tahu, kau pasti bekerjasama membuat adegan seakan-akan kau tidak tahu apa-apa, iya kan?!"

"Ba- bagaimana bisa kau berpikir seburuk itu padaku! Aku hanya menolongmu. Seharusnya kau berterima kasih! Bukan malah menuduh yang tidak-tidak!" papar pria itu.

"Ooo, jadi kau tidak mengaku. Akui saja kalau kau memang melakukannya! Dasar berengsek!"

"Apa buktinya?!"

"Buktinya, aku ada di rumahmu! Dan aku mengenakan pakaian ini, bukan pakaianku tadi malam!"

Tampak pria itu menarik napas dalam sambil memejamkan matanya. Lalu mengembuskannya perlahan. Ia menatap gadis itu seraya bangkit dari duduknya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang