PART 55

162 10 0
                                    

    Pria berambut cokelat keemasan itu tengah asyik memanaskan mobil. Sembari menunggu gadis yang tinggal di rumah pantai itu selesai dengan urusannya, dia mengelap mobilnya. Keningnya mengernyit saat melihat sebuah mobil yang sangat familier memasuki area pantai. Bola matanya membulat ketika mobil itu berhenti tepat di samping mobilnya.

"Tuan Thomas?" tukasnya saat seorang pria paruh baya keluar dari mobil itu.

Pria itu mendekat. "Dimana putriku, Rey?"

Reynand meneguk salivanya dengan susah payah. "Di dalam, Tuan. Mungkin masih bersiap-siap," ucapnya penuh hati-hati.

Pasangan paruh baya itu berjalan bersama dengan membawa sebuket bunga mawar merah dan juga kue ulang tahun. Terlihat kotak kecil yang terbungkus kertas kado tengah bertengger di atas penutup plastik kue tart. Reynand mengamati mereka dengan tegang. Orang kepercayaan Tn. Thomas, Christian Carlson, berdiri di sampingnya dengan menatap majikannya.

TOK! TOK!

"Iya, Rey!" suara seorang gadis menjawab. "Tumben pakai ketuk pintu. Biasanya juga langsung masuk," tambahnya berbicara pada diri sendiri.

"Sebentar, Rey. Kan a-"

"Selamat ulang tahun, Sayang!" ucap wanita paruh baya itu.

Wajah semringah Amanda berubah. "Pergi kalian!" bentak Amanda.

BRAAK!

"Amanda! Amanda! Buka pintunya, Sayang! Mama mau bertemu denganmu. Jangan seperti ini! Mama mohon, Sayang. Mama mohon!"

"Pergi!!" pekikkan suara Amanda melengking hingga keluar.

Ny. Millene menempelkan tangannya di pintu kayu sederhana itu. Ia terus meneriakkan nama putri keduanya. Deraian air mata mengucur. Tn. Thomas menoleh meminta Christian mendekat pada mereka. Tn. Thomas memberikan buket bunga dan kue tart itu pada Christian. Ia mendekap tubuh istrinya dan menggiringnya pergi.

"Kau taruh kadonya di depan pintu atau titipkan pada Reynand, Chris!"

"Baik, Tuan."

Ny. Millene terus menoleh ke belakang berharap putri cantiknya akan membukakan pintu. Namun sampai dia duduk di bangku mobil pun, pintu rumah itu tak kunjung terbuka.

"Maaf, Tuan," ucap Reynand dengan menundukkan kepala.

Tn. Thomas menepuk pundak Reynand jantan lalu masuk ke dalam mobil. Christian mengemudikan mobil SUV silver itu jauh dari sana.

Amanda Chaterine Williams. Gadis yang sejatinya manja, cengeng, dan perasa itu ingin mengulang kembali pada dirinya saat menjadi gadis kasar, berandal, dan tak berperasaan. Rasanya sudah cukup air mata yang dikeluarkan untuk menangisi kisah hidupnya yang memilukan. Biar saja publik menganggapnya gadis tak beretika. Namun menjadi diri itu sungguh menepiskan rasa sedihnya. Meski terkadang di suatu malam ia menangis sendiri dan tak ada satu orangpun yang tahu.

"No! Reynand, stay there! Aaaa! Jangan kejar aku!"

"Jangan lari, Nona! Awas saja nanti!"

"Hahaha! Kau tidak akan bisa membalasku, Rey!"

Gelak tawa dua insan Tuhan itu mengiringi matahari yang akan beristirahat. Mereka berjalan melewati perkampungan. Sebenarnya bisa saja mereka lewat jalan raya. Namun karena petang akan datang, mereka memilih perkampungan yang masih memancarkan cahaya dari lentera kecil depan rumah sederhana.

"Kak Amanda!"

"Hay!" jawab Amanda saat anak-anak kecil menyapa dirinya. Dua bulan tinggal disini membuat dirinya sudah dikenal. Karena setiap hari dia melewati rumah-rumah ini. Bahkan anak-anak kecil menganggap Reynand adalah kekasih Amanda.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang