Wanita yang sedang hamil tiga bulan itu duduk terdiam di tepi kolam renang. Ia begitu malas melakukan apapun. Makan saja jarang-jarang. Membuat mertuanya begitu payah jika menghadapinya. Segala bujuk rayu tak mempan dilakukan.
"Amanda.. Makan, yuk! Kasihan bayi kamu tidak makan dari pagi." Ny. Chleo mencoba merayu yang entah keberapa kalinya.
"Amanda tidak mau makan, Mommy."
"Ayolah, Sayang!" Ny. Chleo menggelandang menantunya hingga ke ruang makan. Ia siapkan beberapa makanan untuk Amanda dan siap menyuapinya.
"Mommy, boleh David saja yang menyuapi Amanda?"
Ny. Chleo mengangguk dan menyerahkan piring itu pada David. Ny. Chleo ingat jika putra sulungnya akan datang hari ini. Ia berjalan ke depan untuk menunggu Andrewmeda.
"Mommy!" seru Andrew dan langsung memeluk ibunya. Mereka berjalan beriringan sambil bercanda dan menceritakan betapa rindu keduanya.
PYAAR!!
Andrew dan Ny. Chleo berlari menuju sumber suara. Andrew melotot saat melihat Amanda memasang wajah garang, sedangkan David masih memegang sendok dengan makanan di atasnya. David tampak mematung sambil melihat piring yang berkeping-keping bersama makanan berserakan di lantai.
"Amanda.." seru Ny. Chleo bergetar. Dengan angkuhnya, Amanda berjalan meninggalkan mereka semua.
"Biar Mommy yang bersihkan, Sayang," seru Ny. Chleo mencegah David yang akan membersihkan pecahan kaca dan makanan disana.
"Tidak, Mommy. Amanda istriku. Aku yang harus bertanggungjawab atas perbuatannya," seru David begitu lirih.
"Memangnya apa yang terjadi?" Andrew bertanya-tanya.
David menunduk dan membersihkan pecahan itu. Ny. Chleo berdiri dan menggiring Andrew untuk ikut bersamanya. Ny. Chleo menceritakan apa yang terjadi pada hubungan rumah tangga adiknya. Andrew mencoba menarik kesimpulan.
Keesokan harinya...
Mom and dad, Andrew, dan Amanda sudah duduk di ruang makan untuk sarapan. Sepertinya David belum selesai berdandan sehingga tak kunjung bergabung. Amanda hanya diam tak bersuara meskipun Andrew seringkali mengeluarkan gurauannya.
"Pagi, semuanya!" sapa pemilik mansion ini. Anthonio Luther Davidove mengambil duduk di kursinya. Bertepatan pantat David mendarat, Amanda menyudahi sarapannya. Kejam memang. Tapi itu kenyataannya. David mencoba tersenyum dan melanjutkan sarapan bersama keluarganya.
Amanda duduk di sofa yang menghadap taman belakang. Gemericik air kolam ikan juga ikut mengisi indra pendengarannya. Ia hanya diam tak bergeming.
"Sendirian saja, Nyonya Luther?" Kakak iparnya itu duduk di sebelahnya dan meletakkan secangkir teh. Amanda tetap pada posisinya. Andrew sedikit melirik adik iparnya yang katanya sudah seminggu ini bertengkar dengan suaminya.
"Sebegitu sakitnya, kah?" pertanyaan itu berhasil membuat Amanda menoleh. "Lebih sakit mana jika dia benar-benar hilang dari dunia ini?" Amanda menyipitkan matanya. "Dengar, ya, adik iparku tercinta! Perselingkuhan itu memang salah satu masalah dalam rumah tangga. Apalagi, suamimu itu seorang bos. Wajar saja dia sepert-"
"Wajar?!!"
"Lhoh? Kamu tidak tahu? Amanda, di dunia ini tidak ada yang bersih. Bos berselingkuh dengan sekretaris, bos mencari jalang, atau bahkan saling bertukar pasangan, itu sudah biasa. Aku pikir kau sudah dewasa."
"Sakit, Kak! Apalagi aku sedang hamil. Dia sudah bersumpah dihadapan Tuhan dan semua orang jika hanya aku seorang wanita yang akan dicintainya!"
Andrew menghela napas. "Lihat alasannya! Dia melakukan itu demi kelangsungan hidupmu. Dia juga menyesalinya. Dan aku dengar, mereka tidak sampai berhubungan badan, kan? Itu artinya David masih menjaga jika dirinya adalah milikmu, Amanda. Lagipula, sampai kapan kau akan terus marah seperti ini? Sampai kau lupa, atau sampai kau mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Down [The Rest Of Life]
Romance#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat sinar mentari di pagi hari menampakkan segala aktivitasnya. Taburan bintang di langit malam dengan se...