PART 10

247 16 0
                                    

"Mengapa sesakit ini tak diacuhkan? Dimana sikap masa bodohku? Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Bantu aku memecahkan teka-teki ini!"

Amanda Chaterine Williams

🌺🌺🌺🌺🌺

    Meskipun sedang ujian, kantin tetap saja ramai di pergantian mata pelajaran yang diujikan. Mereka berlima semakin hari semakin lengket saja seperti prangko. Sambil memakan berbagai camilan dan juga buku di tangan mereka.

"Bagaimana hubunganmu dengan Mr. David, Amanda?" Beby membuka suara.

Amanda hanya menggelengkan kepala seraya fokus membaca bukunya. Kacamata baca juga bertengger di hidung mancungnya. Mereka mengernyitkan dahi melihat balasan Amanda.

"Apa artinya itu?" Stephanie semakin penasaran.

"Dia mendiamkanku."

"Kenapa?" Felix menyambung. Amanda menggeleng lagi.

"Mungkin dia masih marah. Amanda tidak memberitahu dia, kan? Dia kecewa, mungkin." Gherald mencoba menengahi.

"Harusnya dia bersikap lebih dewasa, Gherald. Bahkan dia sudah merebut ciuman pertama Amanda." Penuturan Felix berhasil membuat mereka terperanjat.

"Darimana kau tahu itu, Felix?!"

"Pelankan suaramu, Beby!" tukas Stephanie penuh penekanan.

"Ya selama ini kan, Amanda tidak pernah dekat dengan laki-laki," jawab Felix asal.

"Ish! Kau ini!"

Amanda terdiam mengingat kejadian kemarin malam. Memang saat itu David diselimuti amarah. Tapi, saat menciumnya tidak ada amarah yang dirasakan oleh Amanda. Malah seakan hanya ketulusan dan rasa takut kehilangan. David begitu lembut mencium dan melumat bibirnya.

"Dia sangat posesif padamu. Bukankah dia bilang kau kekasihnya, gadis kecilnya? Seharusnya kalau memang dia memiliki perasaan padamu, ya diutarakan. Jangan membuat orang sepertiku berharap," tutur Felix dengan malu-malu. Semua tergelak mendengarnya. Amanda hanya tersenyum.

"Kau! Kau jangan mimpi, Felix!" tukas Beby dengan tawa yang pecah.

Hari pertama ujian berjalan dengan lancar. Meski beberapa soal terkesan sulit, tapi semua tetap terjawab dengan penuh keyakinan. Mereka berhamburan keluar dari kelas dan melenggang untuk pulang.

"Amanda, Beby! Aku pulang dulu ya?"

"Sejak kapan kau pulang dengan Gherald?" tanya Beby yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Stephanie. Kalau Beby memang sering pulang dengan Gherald maupun Felix. Meski Beby dan Felix selalu berdebat, Felix tetap mau jika Beby minta diantarkan pulang olehnya. Setelah keempat temannya melenggang meninggalkannya. Seseorang mendekat kearahnya.

"Nona. Mari."

Amanda tidak menjawab. Ia malah celingak-celinguk mencari sesuatu. Seorang laki-laki yang merupakan pengawal pribadi Amanda hanya mengulas senyum. Sejak kejadian di rumah Felix, Amanda mendapat pengawal pribadi untuk menemaninya 24 jam.

"Anda mencari Tuan David, Nona? Dia sedang ada meeting."

Amanda diam menanggapi penuturan Reynand Glofazky. Ia memasuki mobil dan menyandarkan punggungnya. Juga tidak mungkin kan dia menjenputku?, batin Amanda sambil menaikkan kedua alisnya.

Count Down [The Rest Of Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang